Sinopsis
Novel Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari - Selamat siang, selamat berjumpa lagi
dengan blog MJ Brigaseli. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi sinopsis
novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka
Utama pada tahun 1993.
Karangsoga merupakan sebuah desa kecil
yang miskin. Kebanyakan penduduknya bekerja sebagai penderes nira kelapa untuk
dibuat gula merah. Karena nafkah utama berasal dari penderesan nira dan
pembuatan gula kelapa saja, maka mayoritas penduduknya hidup dalam kemiskinan.
Di desa itu ada sepasang suami istri bernama Darsa
dan Lasi. Hidup mereka serba kekurangan dan apa adanya. Lasi
berkulit putih dan memiliki mata yang khas, mempunyai nilai fisik di atas
rata-rata istri-istri para penyadap lain. Itu tak lain karena hasil perkawinan antara Jawa dengan Jepang. Ibunya adalah orang Indonesia, sedangkan ayahnya
adalah bekas serdadu Jepang. Perbedaan Lasi dengan gadis-gadis yang lain di desanya malah membuat Lasi tidak nyaman hidup di desanya. Lasi selalu diejek oleh teman-temannya bahkan orang-orang di desanya. Ia dijuluki Lasi-Pang, Lasi anak Jepang.
Darsa yang penderes, Hasil menderesnya
hanya cukup untuk makan sehari-hari. Selama tiga tahun mereka menikah, mereka
belum dikaruniai seorang anak. Tetapi, Darsa tetap bahagia karena ia mempunyai
istri secantik Lasi yang berbeda dengan perempuan-perempuan di desanya.
Suatu hari Darsa belum juga pulang dari
menyadap nira hingga hari hampir petang. Lasi pun bingung dan sangat khawatir,
karena pekerjaan Darsa adalah pekerjaan yang berbahaya dan bertaruh dengan
nyawa. Ketika Lasi menantikan kedatangan Darsa, samar-samar dia melihat ada
bayangan yang mendekat. Betapa bahagianya Lasi yang mengira Darsa telah kembali
pulang. Tetapi, semua kebahagiaan itu sirna ketika Lasi tahu bahwa yang datang
adalah Darsa yang digendong oleh salah seorang temannya. Darsa jatuh dari pohon
kelapa yang disadapnya dan Darsa hanya terbaring lemah tak berdaya.
Akibat terjatuh, Darsa sempat
menderita kelainan di sekitar alat
reproduksinya, lemah syahwat. Namun, kemiskinan yang dialami Darsa hanya mengantarkannya
dirawat oleh seorang dukun bayi, Bunek. Lasi pun dengan setia
tetap menemani suaminya meski dalam kondisi lemah dan selalu ngompol. Lama
kelamaan, karena pengobatan intensif yang dilakukan Bunek terutama pada sekitar
selangkangan Darsa, dia pun bisa
pulih kembali.
Pada malam saat Darsa dinyatakan sehat kembali, Bunek
minta agar dicobakan pada Sipah, perawan tua anak Bunek sendiri. Meski
mengalami kebimbangan luar biasa karena pergulatan seru antara nilai-nilai kesetiaan,
norma sosial, nafsu birahi, serta
utang budi, akhirnya Darsa pun memenuhi
permintaan Bunek. Sipah pada akhirnya minta untuk dikawin karena ia telah
mengandung anak Darsa. Pengkhianatan Darsa membuat hati kecil Lasi bergoncang dengan hebat. Dia lalu nekat
minggat dari desanya dengan menumpang truk pengangkut gula, menuju Jakarta.
Lasi sebagai perempuan desa yang cantik yang telah
terbiasa hidup dengan segala kemiskinannya selama dua puluh empat tahun, secara
tiba-tiba dihadapkan dengan norma-norma kehidupan kota besar yang amat sangat
asing baginya. Ia yang
ditampung sementara oleh ibu Koneng, pengelola warung tempat para sopir truk
mampir yang juga menjadi tempat berpangkalnya para perempuan “pacar” para sopir
truk, menyaksikan nilai-nilai sosial yang teramat sulit dipahami oleh seorang
perempuan desa yang sederhana dengan tingkat pendidikan yang rendah. Keintiman
lelaki dan perempuan yang selama ini dipahami sebagai perilaku yang didasari
oleh percikan jiwa dan cinta, di warung itu bisa terjadi dengan begitu gampang,
oleh siapa saja, dengan dasar beberapa lembar uang kertas.
Lasi, yang mempunyai kelebihan bentuk tubuh dan wajah
yang indah, menjadi “barang dagangan baru” yang langka dan sangat berharga bagi
ibu Koneng, yang lalu diserahkan ke ibu Lanting,
mucikari tingkat tinggi yang melayani para pejabat, dengan imbalan sebentuk
cincin berlian. Para pejabat pemerintah saat itu mempunyai kebiasaan mencari
“pacar” atau istri kesekian yang mempunyai wajah mirip orang Jepang. Ini akibat
dari perilaku latah birokrat karena Pemimpin Besarnya memasukkan seorang geisha
ke istana dan akhirnya menjadi ibu negara.
Seperti Lasi, Ia yang mempunyai wajah seorang perempuan Jepang, menjadi incaran para
pejabat. Iapun lalu ditukar dengan sebuah
mobil Mercedes dan beberapa puluh juta rupiah oleh ibu Lanting kepada Pak
Handarbeni, seorang overste purnawira yang menjadi pejabat, berumur hampir enam puluh lima tahun, gemuk, dan sudah mempunyai dua istri. Lasi pun menjadi seekor bekisar yang menjadi pajangan di rumahnya yang baru dan
mewah di Slipi.
Lasi akhirnya dikawini Pak Handarbeni, menikmati
segala kemewahan materi yang tidak pernah terbayangkan oleh bekas seorang istri
penderes nira dari desa Karangsoga. Lasi yang cantik menjadi hiasan bagi orang
kaya, Pak Handarbeni. Lasi memilih menjadi bekisar merah karena ia sendiri sudah
lelah dengan kehidupannya yang penuh dengan kesengsaraan dan penderitaan karena
dikhianati oleh suaminya.
Namun, di balik segala kemewahan materi, penderitaan
batin Lasi pun sangat
berat. Dia merindukan desanya, emaknya, dan Kanjat, teman sepermainannya waktu
sekolah yang sekarang sudah menjadi mahasiswa dan hampir lulus.
Pertemuan-pertemuan dengan tokoh-tokoh lama dalam hidupnya membuat Lasi makin
linglung karena berdiri di antara dua nilai kehidupan yang dipisahkan oleh
jurang yang teramat dalam.
Itulah
tadi sinopsis novel Bekisar Merah
karya Ahmad Tohari.
Semoga bisa bermanfaat dan menghibur pembaca semuanya.
0 Response to "Sinopsis Novel Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari"
Posting Komentar