Sumber:
Tokopedia
Fabel: Pengertian,
Ciri, Unsur, Jenis, Struktur, Kaidah, Langkah, dan Contohnya
Pengertian Fabel
Secara
etimologis fabel berasal dari bahasa latin fabulat.
Fabel merupakan cerita tentang kehidupan binatang yang berperilaku menyerupai
manusia. Fabel termasuk jenis cerita fiksi, bukan kisah tentang kehidupan
nyata. Fabel sering juga disebut cerita moral karena pesan yang ada di dalam
cerita fabel berkaitan erat dengan moral. Teks cerita fabel tidak hanya
mengisahkan kehidupan binatang, tetapi juga mengisahkan kehidupan manusia
dengan segala karakternya.
Ciri Fabel
1. Fabel
mengambil tokoh para binatang.
2.
Watak tokoh para binatang digambarkan
ada yang baik dan ada yang buruk (seperti watak manusia).
3.
Tokoh para binatang bisa berbicara
seperti manusia.
4.
Cerita memiliki rangkaian peristiwa yang
menunjukkan kejadian sebab-akibat. Rangkaian sebab-akibat diurutkan dari awal
sampai akhir.
5.
Fabel menggunakan latar alam (hutan,
sungai, kolam, dll).
6. Ciri bahasa yang digunakan:
a. kalimat
naratif/peristiwa,
b. kalimat
langsung yang berupa dialog para tokoh,
c. menggunakan
kata sehari-hari dalam situasi tidak formal (bahasa percakapan).
Unsur Fabel
1. Tema
Tema adalah gagasan
yang mendasari cerita. Tema dapat ditemukan dari kalimat kunci yang diungkapkan
tokoh, atau penyimpulan keseluruhan peristiwa sebab-akibat pada cerita.
2.
Tokoh
Tokoh adalah orang/hewan
yang menjadi pelaku dalam cerita (tokoh protagonis, atau antagonis, tokoh utama
atau tokoh pembantu). Ciri tokoh utama adalah (1) sering dibicarakan; (2)
sering muncul; dan (3) menjadi pusat cerita (menggerakkan jalan cerita). Tokoh
pembantu adalah tokoh tambahan.
3.
Penokohan
Penokohan adalah
pemberian karakter pada tokoh. Karakter bisa bersifat protagonis/yang disukai
atau tokoh antagonis/yang tidak disukai. Watak tokoh dapat disimpulkan dari
penggambaran fisik, penggambaran tindakan tokoh, dialog tokoh, monolog, atau
komentar/narasi penulis terhadap tokoh.
4.
Alur atau plot
Alur atau plot adalah
cerita yang berisi urutan kejadian yang terjadi. Namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan
secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya
peristiwa yang lain.
5.
Setting atau latar
Setting atau latar
adalah tempat dan waktu kejadian serta suasana dalam cerita. Ada tiga jenis
latar, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
6.
Sudut pandang
Sudut pandang digunakan
untuk menentukan arah pandang pengarang terhadap peristiwa-peristiwa di dalam
cerita sehingga tercipta suatu kesatuan cerita yang utuh.
7.
Amanat
Amanat adalah pesan
yang disampaikan penulis secara tidak langsung. Amanat disimpulkan dari sikap
penulis terhadap permasalahan yang diangkat pada cerita.
Jenis Fabel
Dari
segi paparan watak tokohnya, fabel dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu
jenis fabel alami dan fabel adaptasi.
1. Fabel
alami
Fabel alami menggunakan
watak tokoh binatang seperti pada kondisi alam nyata. Misalnya, kura-kura
diberi watak lamban, singa buas dan ganas. Selain itu, fabel alami menggunakan
alam sebagai latar (hutan, sungai, kolam, dsb).
2.
Fabel adaptasi
Fabel adaptasi adalah
fabel yang memberikan watak tokoh dengan mengubah watak aslinya pada dunia
nyata dan menggunakan tempat-tempat lain sebagai latar (di rumah, di jalan
raya). Misalnya, landak yang pemalu berulang tahun di rumah makan.
Dari
segi kemunculan pesan, fabel dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu fabel
dengan koda dan tanpa koda.
1. Fabel
dengan koda
Fabel dengan koda
berarti fabel dengan memunculkan secara eksplisit pesan pengarang di akhir
cerita.
2.
Fabel tanpa koda
Fabel tanpa koda tidak
memberikan secara eksplisit pesan pengarang di akhir cerita.
Struktur Fabel
1. Orientasi
Bagian awal dari suatu
cerita yang berisi pengenalan tokoh, latar tempat, dan waktu.
2.
Komplikasi
Konflik atau permasalahan
antara satu tokoh dengan tokoh yang lain. Komplikasi menuju klimaks.
3.
Resolusi
Bagian yang berisi
pemecahan masalah.
4.
Koda (boleh ada boleh tidak)
Bagian terakhir fabel
yang berisi perubahan yang terjadi pada tokoh dan pelajaran yang dapat dipetik
dari cerita tersebut.
Kaidah Kebahasaan Fabel
1. Penggunaan
pilihan kata atau diksi
Contoh: kala itu, pada
zaman dahulu
2.
Penggunaan sinonim dan antonim
Contoh: senang = riang
gembira (sinonim), rajin x malas (antonim)
3.
Penggunaan kalimat langsung
Contoh: “Makanya Semut, kau
harus berlatih berenang!“ kata Ulu.
4.
Penulisan kata seru
Contoh: Wah, bukan main!
5.
Penggunaan kata sandang si dan sang
Contoh: Kedua orang itu, si
Kecil dan si Kancil, adalah pembantu di pasar.
6.
Penggunaan kata depan
Contoh: Pada keesokkan harinya
Gajah datang lagi dan seperti biasa ia akan melewati rumah-rumah semut merah.
Langkah Memerankan Isi
Fabel
1. Merancang
tokoh, watak, dialog, latar sesuai isi fabel yang dibaca
Menentukan tokoh,
watak, dialog, dan latarnya.
2.
Menentukan urutan cerita
Membuat kerangka urutan
peristiwa cerita fabel.
3.
Merancang pemeranan dari fabel yang
dibaca
Merancang kalimat
narasi, dialog-dialog tokoh, dan musik pengiring/suasana/properti yang sesuai
isi fabel.
Contoh Fabel beserta
Strukturnya
Gajah
yang Baik
Orientasi
Siang
hari itu suasana di hutan sangat terik. Tempat tinggal si Kancil, Gajah, dan
lainnya seakan terbakar. Kancil kehausan. Dia berjalan-jalan mencari air.
Komplikasi
Di
tengah perjalanan dia melihat kolam dengan air yang sangat jernih. Tanpa pikir
panjang dia langsung terjun ke dalam kolam. Tindakan Kancil sangat ceroboh, dia
tidak berpikir bagaimana cara ia naik ke atas. Beberapa kali Kancil mencoba
untuk memanjat tetapi ia tidak bisa sampai ke atas.
Si
Kancil tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya berteriak meminta tolong. Teriakan
si Kancil ternyata terdengar oleh Si Gajah yang kebetulan melewati tempat itu.
‘’Hai, siapa yang ada di kolam itu?’’
‘’Aku..
si Kancil sahabatmu.’’
Kancil
terdiam sesaat mencari akal agar Gajah mau menolongnya.
‘’Tolong
aku mengangkat ikan ini.’’
“Yang
benar kau mendapat ikan?’’
‘’Bener..benar!
Aku mendapatkan ikan yang sangat besar.’’
Gajah
berpikir sejenak. Bisa saja ia turun ke bawah dengan mudah tetapi bagaimana
jika naiknya nanti.
‘’Kau
mau memanfaatkanku, ya Cil?’’ Kau akan menipuku untuk kepentingan dan
keselamatanmu sendiri?’’ Tanya Gajah.
Kancil
hanya terdiam.
‘’Sekali-kali
kamu harus diberi pelajaran,’’ kata Gajah sambil meninggalkan tempat itu.
Gajah
tidak mendengarkan teriakan Kancil. Kancil mulai putus asa. Semakin lama berada
di tempat itu Kancil mulai merasa kedinginan. Hingga menjelang sore tidak ada
seekor binatang yang mendengar teriakannya.
‘’Aduh
gawat! Aku benar-benar akan kaku di tempat ini.’’ Dia berpikir apa ini karma
karena dia sering menjaili teman-temannya.
Resolusi
Tidak
lama, tiba-tiba Gajah muncul lagi. Kancil meminta tolong kembali.
“Bagaimana
Cil?”
“Tolong
aku, aku berjanji tidak akan iseng lagi”
“Janji?”
gajah menekankan.
‘’Sekarang
apakah kamu sudah sadar? Dan akan berjanji tidak akan menipu, jahil, iseng dan
perbuatan yang merugikan binatang lain?’’
‘’Benar
Pak Gajah, saya benar-benar berjanji.’’
Gajah
menjulurkan belalainya yang panjang untuk menangkap Kancil dan mengangkatnya ke
atas. Begitu sampai di atas Kancil berkata.
‘’Terima
kasih Pak Gajah! Saya tidak akan pernah melupakan kebaikanmu ini.’’
Koda
Sejak
itu Kancil menjadi binatang yang sangat baik. Ia tidak lagi berbuat iseng
seperti yang pernah ia lakukan pada beruang dan binatang-binatang yang lainya.
Memang
kita harus berhati-hati kalau bertindak. Jika tidak hati-hati akan celaka. Jika
kita hati-hati kita akan selamat. Bahkan bisa menyelamatkan orang lain.
Sumber:
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia
SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
0 Response to "Fabel: Pengertian, Ciri, Unsur, Jenis, Struktur, Kaidah, Langkah, dan Contohnya"
Posting Komentar