Sinopsis Novel Sekayu Karya Nh. Dini - Selamat malam, selamat berjumpa
lagi dengan blog MJ Brigaseli. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi
sinopsis novel Sekayu karya Nh. Dini yang diterbitkan pertama kali oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun
1981.
Novel ini berisi
serangkaian cinta masa remaja, gelora menulis, melebarnya pergaulan, dan rasa
kehilangan yang dialami gadis belasan tahun pada tahun 1950-an di Semarang dan
daerah sekitarnya.
Dini, gadis itu,
pertama-tama mengalami cinta monyet pada tahun-tahun terakhir sekolah dasar.
Dia mendapatkan surat cinta dari seorang teman sekelas. Tapi, sang penulis
surat bersikap seakan surat itu tidak pernah ditulis tiap kali dia bertemu
dengan Dini. Pada titik ini kebingungan Dini akan rasa cinta dimulai.
Lalu, pada
kesempatan lain Dini didekati oleh seorang guru yang dikenalnya dalam kegiatan
pemberantasan buta huruf. Dalam hubungan ini Dini tidak nyaman karena merasa
lelaki itu terlalu mendikte dan memiliki pandangan yang kelewat tradisional
tentang perempuan, misalnya perempuan hanya boleh pakai rok sebagai bawahan.
Lalu, Dini
juga sempat menjadi pemuja rahasia teman Maryam, kakaknya. Tiga pengalaman itu
cukup berkesan bagi Dini. Tapi, ketiganya kalah membuatnya mabuk kepayang
daripada dua pengalaman cinta selanjutnya. Dua lelaki selanjutnya adalah Marso
dan Dirga, kakak-beradik. Yang disebut belakangan adalah yang lebih tua. Marso
adalah bintang sekolah sedangkan Dirga tidak terlalu menonjol. Meskipun
kemudian lebih dekat dengan Marso, Dini sebenarnya pertama-tama jatuh cinta
pada Dirga. Karena sangat jatuh cintanya pada Dirga, Dini sampai melakukan
tindakan-tindakan kekanak-kanakan saat dia patah hati, seperti menghindari
kegiatan-kegiatan pelajar yang diikuti Dirga juga padahal Dini bisa dibilang
aktif juga dalam kegiatan-kegiatan tersebut.
Di sisi
lain, rasa sayang pada Marso justru tumbuh perlahan tapi pasti. Peristiwa yang
membuat hatinya terbuka pada Marso adalah darmawisata ke Parangtritis. Tapi,
pada akhirnya hubungan Dini dan Marso pun membeku pula. Sebagai bintang
sekolah, Marso memiliki banyak penggemar. Ada dua yang sangat dekat padanya.
Salah satunya marah pada Marso saat melihat kertas lirik yang tulis Dini atas
pesanan Marso. Di kertas itu ada gambar yang berbentuk huruf ‘D’ dan ‘M’.
Perempuan itu marah karena menyangka Dini sengaja menulis inisial itu sebagai
upaya penyelewengan sementara perempuan itu dan Marso sedang dekat-dekatnya.
Lalu, yang
terakhir adalah Mas Nur. Dia adalah lawan main Dini pada pementasan Eka Kapti.
Cintanya tumbuh selama proses garapan. Pada akhirnya kandas juga. Tapi, justru
Dini merasa rasa cinta dan patah hatinya pada Mas Nur lebih mendidik ketimbang
pada Dirga. Pada masa puber itu Dini mengalami banyak kekecewaan cinta.
Pada masa
itu Dini memulai debut menulis profesionalnya. Sebuah stasiun RRI di kotanya
memiliki acara sastra. Isinya adalah pembacaan tulisan-tulisan yang diterima
redaksi. Pertama-tama, Dini hanya mengirim tulisan-tulisannya saja. Lama-lama
Dini juga terlibat sebagai pembaca tulisan-tulisan yang diterima radio
tersebut. Pada bagian yang membahas hal ini Dini bicara juga soal motif ekonomi
dalam kerja kreatifnya. Dia secara terus terang mengatakan bahwa dia menulis
demi uang.
Memang,
masa-masa awal dia mengirimkan tulisan-tulisannya bertepatan dengan masa-masa
paceklik ekonomi keluarga karena baru ditinggalkan ayahnya. Ibunya benar-benar
memutar otak supaya mereka sekeluarga memiliki cukup biaya hidup, apalagi
setelah Jawatan Kereta Api menolak untuk memberi almarhum ayahnya pensiunan
karena dianggap tidak kooperatif selama masa revolusi kemerdekaan dan agresi
militer.
Tampaknya
ini juga salah satu hal yang mendorong Teguh, kakaknya, untuk mengirim tulisan
ke radio. Sebelumnya, tidak disebutkan bahwa Teguh memiliki ketertarikan
terhadap bidang tulis-menulis. Kemudian mereka sering tampil berdua di radio.
Dini juga sempat mengikuti lomba menulis yang diselenggarakan Palang Merah
Indonesia.
Di sisi
lain, aktivitas Dini di bidang tulis-menulis terdengar juga sampai sekolahnya.
Setidaknya dalam buku ini ada dua guru yang sangat mengapresiasi kiprah Dini
dan dianggap berpengaruh pada kiprahnya. Yang satu adalah Pak Purnomo. Dia
menyebarkan kabar tentang kiprah Dini ke seantero sekolah. Yang satu lagi
adalah Pak Ramuno. Dia dan Dini beberapa kali berdebat tapi mereka akrab. Dia
juga adalah salah satu orang yang dipersembahi buku Sekayu oleh Nh Dini.
Kehadiran pendukung yang spesifik mendukung bidang yang digeluti seseorang
membuatnya lebih bersemangat berkiprah.
Selain
mengalami kehilangan yang asam-manis seperti yang dialaminya dengan cinta-cinta
monyetnya, Dini mengalami kehilangan-kehilangan yang sepenuhnya pahit. Yang
paling utama adalah kematian ayahnya. Tapi, rasa kehilangan ini jadi menonjol
justru karena tidak diceritakan. Yang diceritakan hanya pengalaman terakhir
kali pergi ke pasar malam bersama ayahnya.
Di situ pun
yang diceritakan adalah kejadian-kejadian yang lucu. Misalnya, Teguh yang
terpencar sendiri sampai sekeluarga kerepotan mencari-carinya, tapi saat
akhirnya ditemukan dia malah sebenarnya sedang senang-senang sendiri. Juga
kekonyolan-kekonyolan ayahnya selama di pasar malam. Tidak ada adegan yang
menggambarkan kematian ayahnya atau pemakaman. Hanya disebutkan bahwa adegan ke
pasar malam itu adalah pengalaman terakhir bersama ayahnya. Memang, kadang
tidak menceritakan sesuatu adalah salah satu cara bercerita yang dahsyat.
Kehilangan
lainnya dialami Dini saat Maryam menikah. Berbeda dengan saat Heratih, kakaknya
sulung, menikah dengan Utono, saat Maryam menikah Dini justru tidak ingin
berada di tempat resepsi. Dia malah bersembunyi di tempat rahasia di kebun
dekat rumahnya saat resepsi dilaksanakan. Di sana dia membaca. Dia pun merasa
tidak sreg dengan lelaki pilihan Maryam karena menurutnya lelaki itu tidak bisa
mengambil hatinya sebagaimana Utono saat dulu hendak menikahi Heratih. Maryam
sendiri adalah kakaknya yang paling dekat dengannya. Dini merasa pernikahan itu
berarti kepergian Maryam dari keluarganya. Di antara semua kehilangan yang
dialaminya, justru Dini memilih kisah paling ceria untuk menggambarkan sikapnya
atas kehilangan yang paling tidak mungkin dielakkan.
Melebarnya
pergaulan Dini pertama-tama disebabkan oleh semakin dia dewasa. Dia sudah SMP.
Dia aktif dalam kegiatan-kegiatan pelajar. Dia menjadi salah seorang penampil
dalam acara pembukaan Panca Lomba Sekolah Menengah Seluruh Indonesia, bahkan
bersalaman dengan Bung Karno, peristiwa yang hanya dijadikan ledekan oleh
ibunya.
Karena
kiprahnya di bidang menulis, dia makin mengenal banyak orang. Dia menjadi akrab
dengan orang-orang RRI Semarang. Dia juga bersurat-suratan dengan seorang
pelukis Yogya, Rusli. Kegiatannya di Eka Kapti pun berkembang, bahkan dia
sempat menjadi aktor dalam salah satu pementasannya. Dia juga sempat terlibat
dalam kegiatan pemberantasan buta huruf di lingkungannya, bahkan dia menjadi
punggawa dalam mengajak perempuan-perempuan dewasa untuk menjadi peserta.
Di sisi
lain, pelebaran pergaulan ini didorong juga oleh keadaan rumah Dini. Ayahnya
sudah meninggal. Maryam dan Nugroho kuliah di UGM. Di rumah keluarganya hanya
ibunya dan Teguh, walaupun ada beberapa anak indekos. Peristiwa di rumah lebih
sedikit jumlahnya daripada peristiwa di luar rumah. Sekayu menjadi penanda
terbangnya Dini dari rumahnya.
Sekayu
adalah kisah tentang siapa-siapa yang datang dan pergi dalam hidup Dini pada
masa dia melebarkan sayapnya dari rumah sambil diliputi gejolak kawula muda.
Itulah tadi
sinopsis novel Sekayu karya Nh. Dini. Semoga bisa bermanfaat dan menghibur
pembaca semuanya.
0 Response to "Sinopsis Novel Sekayu Karya Nh. Dini"
Posting Komentar