Sinopsis Novel Langit dan Bumi Sahabat
Kami Karya Nh. Dini - Selamat malam,
selamat berjumpa lagi dengan blog MJ Brigaseli. Pada kesempatan kali ini saya
akan berbagi sinopsis novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini yang
diterbitkan pertama kali oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 1979.
Pada masa
pendudukan Sekutu, Dini tidak bisa berhubungan dengan orang-orang yang dekat
secara emosional dengannya: Mariam, kakaknya, dan Edi, sepupunya. Hubungannya
dengan anak-anak tetangga pun hanya selintas saja. Dini sendiri bukan anak yang
suka berbicara walaupun tidak berarti tidak punya pendapat tentang apa-apa yang
terjadi di sekitarnya. Dia sudah bisa membaca. Bapaknya mengajarinya membaca
dengan buku Rabindranath Tagore. Dia juga sering diajarkan lagu-lagu yang lazim
dinyanyikan anak-anak pada masa itu.
Dalam
keadaan semacam itulah tumbuh perlahan nalurinya untuk mengekspresikan
perasaannya, terutama kerinduannya pada dua orang tadi. Pada awalnya dia hanya
mengubah lirik-lirik lagu yang diketahuinya dengan hal-hal yang mengekspresikan
kerinduannya itu. Lama-lama dia menuliskannya. Ekspresinya itu membuatnya bisa
bertahan dalam kesepian itu. Di sini naluri menulis muncul dari kesepian dan
pertama-tama digunakan untuk melipurnya.
Di tengah
keadaan itu Dini mendapatkan kesadaran tentang hubungan antara laki-perempuan.
Yu Kin melahirkan. Dia mengeluhkan keadaan fisik bayinya pada Yu Saijem, mantu
pembantu keluarga Dini. Yu Saijem berkata soal “suami-istri campur” saat
menjelaskan persoalan Yu Kin. Dini, seorang anak yang rasa ingin tahunya besar,
yang menjadi saksi percakapan itu kemudian bertanya lebih lanjut pada Yu
Saijem. Itulah pertama kalinya dia mendapatkan penjelasan yang sangat gamblang
tentang persetubuhan laki-perempuan. Lebih jauh lagi, Dini kemudian mengetahui
pelacuran lewat Yu Saijem.
Kang Marjo,
suami Yu Saijem, ditangkap tentara Sekutu. Keadaan ekonomi sedang sulit. Pada
masa itu Dini sering melihat Yu Saijem jalan dengan lelaki yang berbeda-beda.
Rasa ingin tahu itu mengantarkannya pada pengetahuan tentang pelacuran. Dalam
menerima dua pengetahuan ini, Dini bersikap reseptif, atau lebih tepatnya
polos. Meskipun demikian, kecenderungannya untuk merenung justru membuat dia
tidak bersikap menghakimi atas persoalan semacam itu. Dia menilainya dengan
mempertimbangkan kebutuhan ekonomi dan kebutuhan seksual seseorang.
Pada masa
pendudukan Sekutu di Semarang, barang-barang kebutuhan serba sulit karena
jalan-jalan ke luar kota diblokade. Sumber-sumber air pun kering atau kotor.
Bahan makanan yang beredar di pasaran berkualitas buruk karena terlalu lama
ditimbun. Harga-harga mahal di pasaran umum, apalagi di pasar gelap. Dampaknya,
apa pun yang bisa dijadikan bahan makanan gratis diperebutkan. Tumbuhan dan
pohon di tanah kosong di tangsi polisi dekat rumah Dini dihisap habis oleh
orang-orang.
Pada
masa-masa ini kemampuan masak ibu Dini menyelamatkan perut keluarga.
Bahan-bahan yang kurang enak diolah jadi bisa diterima lidah. Segala sumber
daya diusahakan diamankan, terutama dari tentara Sekutu yang suka seenaknya
mengambil barang-barang di rumah warga. Keluarga Dini menyembunyikan ayam agar
telurnya bisa dijual, ditukar, atau dimakan sendiri. Barang-barang dijual
supaya dapat modal untuk membeli kebutuhan. Sistem barter pun digunakan lagi.
Sering keluarga Dini bolak-balik ke Pasar Johor untuk membarter barang dengan
apa-apa yang dijajakan di sana.
Pada masa
ini Dini mendapatkan pelajaran etika tentang kepemilikan, berbagi, dan sikap
politis. Palang Merah Belanda memberikan bantuan pada warga. Bapak Dini menolak
menerimanya karena tidak mau bekerja sama dengan kubu Sekutu, sedangkan ibunya
justru menerimanya. Mereka pun berdebat.
Pembelaan
ibu Dini adalah barang-barang ini bisa diberikan pada kenalan-kenalan yang
membutuhkan. Saat itu keluarga mereka bisa mencukupi kebutuhan-kebutuhannya.
Tidak apa-apa melakukan tindakan itu kalau demi menolong orang lain, apalagi
keluarga mereka sudah bisa mencukupi kebutuhan-kebutuhannya, sebagaimana pernah
dilakukan saat mereka memasang pompa air.
Bapak Dini
terlibat dalam gerakan bawah tanah. Dini sering mendapati dia berunding
sembunyi-sembunyi dengan orang-orang tidak dikenal di kebun sekitar rumahnya
pada malam hari. Pak Sarosa, paman Dini, masuk ke Semarang dengan menyamar dan
melalui jalan-jalan tikus. Anak-anak dilarang berbicara tentang kehadirannya di
rumah pada orang lain.
Saat situasi
memanas, bapak Dini, Kang Marjo (suami Yu Saijem), dan beberapa orang lelaki
yang tinggal di rumah mereka ditangkap Sekutu. Penangkapan ini kemudian
berdampak buruk pada kesehatan bapak Dini secara umum. Sementara itu, ada warga
yang mendadak menjadi kaya tanpa jelas sebabnya.
Menjelang
pendudukan berakhir rumah warga itu dibakar. Mereka inilah yang dianggap
mata-mata yang terlibat dalam penangkapan bapak Dini dan yang lainnya. Teguh,
kakak Dini, mensyukuri nasib sial yang menimpa mereka. Pada saat inilah Dini
mendapatkan etika untuk bersikap adil. Bapaknya menegur Teguh karena sikapnya.
Situasi perang yang mendesak orang untuk menjadi kolaborator musuh atau tetap
memberontak merembetkan rasa permusuhan atau rasa persahabatan, bergantung pada
kepentingannya.
Itulah tadi
sinopsis novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini. Semoga bisa
bermanfaat dan menghibur pembaca semuanya.
0 Response to "Sinopsis Novel Langit dan Bumi Sahabat Kami Karya Nh. Dini"
Posting Komentar