Sinopsis Novel
Kering Karya Iwan Simatupang - Selamat malam, selamat berjupa
lagi dengan blog MJ Brigaseli. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi sinopsis
novel Kering karya Iwan Simatupang yang diterbitkan pertama kali oleh Gunung
Agung pada tahun 1972.
Matahari Lohor tak kenal ampun, teriknya melecut langit.
Embun segumpal tak ada. Udara bergetar, di sana-sini ia beruap. Berkepul-kepul,
dekat ke permukaan tanah. Ia sampai di mata air kecil, sedikit di balik bukit
kecil, batas utara ladangnya. Kering! Mata air kecil itu pun akhirnya
kering juga.
Begitulah, kekeringan yang amat panjang telah
mengimpit perkampungan kecil para petani transmigran. Satu-satunya mata air
yang selama ini menjadi tumpuan penghidupan mereka, kini kering sudah. Sementara
permintaan bahan makanan kepada para pejabat pemerintah yang berwenang, tak
kunjung datang juga. Mereka mulai dilanda ketakutan akan bahaya kelaparan yang
berkepanjangan.
Kepala desa berusaha menenangkan penduduk. Namun, satu
per satu warganya meninggalkan daerah itu. Tokoh Kita juga mencoba meyakinkan
para penduduk agar tetap bertahan di tempat perkampungan itu sambil mencari
upaya menanggulangi masalah yang sedang mereka hadapi, tetapi sia-sia. Sampai
akhirnya, hanya Tokoh Kita yang tinggal.
Dengan sisa-sisa makanan yang ditinggalkan penduduk,
Tokoh Kita tetap bertahan. Hanya satu pekerjaan yang setiap hari dilakukan, yaitu menggali sumur; mencoba
mencari mata air. Dalam kesendiriannya itu, Tokoh Kita yang ternyata bekas
mahasiswa yang jenius, terpaksa mencoba berkawan dengan benda-benda dan alam di
sekitarnya. Pekerjaan menggali, masih tetap dilakukannya. sampai akhirnya
persediaan bahan makanan habis, dan lelaki itu pingsan entah berapa lama.
Beruntung, ada petugas transmigran yang datang ke
daerah tandus itu. Ia menemukan Tokoh Kita dalam keadaan pingsan. Petugas itu
kemudian membawanya ke rumah sakit dan ia dirawat di sana untuk beberapa
lamanya.
Merasa dirinya tidak sakit, Tokoh Kita tak mau lagi
dirawat di sana. Dalam perjalanan yang entah ke mana, Tokoh Kita bertemu dengan
Si Gemuk Pendek, bekas transmigran yang kini sudah kaya raya. Penyelundupan dan
uang palsu telah membawa Si Gemuk Pendek mempunyai segala-galanya. Tokoh Kita
lalu dibawanya ke rumah mewahnya. Namun, hanya sebentar saja karena diluar
dugaan sahabatnya, Tokoh Kita tidak mau beristirahat atau ikut menikmati
kemewahannya. ia tetap bertekad untuk meneruskan perjalanannya yang entah
ke mana itu.
Di sebuah perkampungan aneh, Tokoh Kita bertemu dengan
orang tua aneh. Ternyata ia adalah bekas pejuang yang jadi gerombolan.
Belakangan, setelah ia membunuh semua anak buahnya, lelaki tua itu pun
menghentikan kegiatannya dan hidup menyendiri. kini, kedua manusia yang
sama-sama aneh itu pun hidup bersahabat.
Pada suatu hari, salah satu dari kedua mata air yang
masih mengeluarkan air, kering. Keduanya kini sadar bahwa tak ada lagi mata air
di daerah itu. Setelah terjadi serangkaian diskusi panjang, satu kesimpulan
akhirnya mereka peroleh; keduanya bersepakat untuk meninggalkan daerah itu.
"Pernah aku cerita padamu tentang kawanku si penyelundup, bukan?
bagaimana, bila kita cari pondokan padanya saja?" Si Janggut setuju.
Mereka ke sana. (Iwan Simatupang, 1985:93).
Sampai di rumah Si Gemuk Pendek, mereka disambut
perempuan simpanannya yang disebut wanita VIP. Tokoh Kita dan Si Janggut
diterima secara sangat istimewa. Bahkan pada malamnya, di kamar masing-masing
sudah tersedia wanita cantik yang siap melayani mereka. Ternyata, apa yang
dilakukan Tokoh Kita dan Si Janggut itu, di luar dugaan kedua wanita cantik
itu. Mereka sama sekali tak disentuhnya, bahkan diberi berbagai wejangan dan
nasihat. Bagi kedua wanita itu, ini merupakan penghinaan sekaligus
penghormatan. Sebuah pengalaman yang selama karirnya sebagai wanita penghibur,
baru pertama kali itu mereka rasakan. Hal itu membuat mereka merasakan jatuh
cinta.
Hujan yang sudah lama ditunggu pun akhirnya turun
juga. Namun, rupanya turunnya hujan telah membawa bencana pula. beberapa orang
disambar petir. Penduduk ketakutan. Mereka kemudian bermaksud mengungsi. Kota
yang dibangun oleh Tokoh Kita dari harta pemberian Si Gemuk Pendek yang telah
mati ditembak pun ikut hancur. Pada saat iringan pengungsi itu mulai
meninggalkan kota, Tokoh Kita segera mencegatnya. "Kita bangun
kembali...," begitu ajakan Tokoh Kita. Dengan tekad itu, mereka tak jadi
mengungsi. Kota yang sudah hancur akan segera dibangun kembali dengan semangat
dan tekad baru. Sejak saat itu gairah baru telah merebut seluruh dirinya.
Itulah tadi sinopsis novel Kering karya Iwan
Simatupang. Semoga bisa bermanfaat dan menghibur pembaca semuanya.
0 Response to "Sinopsis Novel Kering Karya Iwan Simatupang"
Posting Komentar