Sinopsis
Novel Jejak Langkah Karya Pramoedya Ananta Toer - Selamat sore selamat berjumpa
lagi dengan blog MJ Brigaseli. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi
sinopsis novel Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer. Novel ini merupakan
novel tetralogi Buru, setelah novel Bumi Manusia dan novel Anak Semua Bangsa.
Minke, seorang anak bupati dari provinsi Jawa Timur
adalah seorang pribumi yang banyak mengecap pendidikan Eropa. Hal ini membuat
pandangannya berbeda dari pandangan kaum pribumi kebanyakan. Ia adalah seorang
pekerja keras, pandai, dan pantang menyerah. Tidak seperti kebanyakan pribumi
yang dalam bahasa Jawa disebutkan sebagai bangsa yang “alon-alon waton klakon
dan nrimo ing pandum” (sedikit-sedikit asal tetap berjalan, dan menerima apa
adanya).
Minke memasuki sekolah STOVIA, sekolah dokter Jawa.
Baru sehari ia berada di asrama, ia sudah membuat ulah. Perpeloncohan yang
dilakukan oleh para seniornya membuat Minke marah. Perpeloncohan itu dirasa
keterlaluan oleh Minke. Minke dilucuti tanpa pakaian di dalam kamar, kemudian
dijadikan sebagai bahan olok-olokkan. Minke tidak bisa mengendalikan amarahnya.
Ia meninju salah seorang seniornya hingga dua giginya rontok. Kejadian ini
tidak membuat para senior marah, tetapi justru membuat mereka sadar setelah
Minke mengatakan bahwa tidak pantas seorang intelek berbuat semacam itu.
Hari demi hari dilalui oleh Minke di dalam asrama.
Sering sekali Minke mendapat teguran dari direktur asrama karena ketidakdisiplinannya.
Sedari remaja Minke sudah aktif mengikuti perkumpulan dan pertemuan-pertemuan.
Ia juga aktif dalam menulis. Sampai pada suatu hari, ia diundang untuk
menghadiri acara gubernur jenderal Hindia Belanda. Undangan ini membuat
direktur asrama segan dan sering memberikan dispensasi kepada Minke.
Suatu hari Minke dititipi surat oleh sahabatnya dari
Tionghoa. Sahabat itu pernah ditolong oleh Minke ketika menghadapi kesulitan
untuk memperjuangkan nasionalisme di Cina. Melalui surat itu, terjadilah
perkenalan antara Minke dengan Ang Sang Mei, seorang gadis Tionghoa yang
mengabdikan dirinya untuk nasionalisme Cina.
Pertemuan demi peretemuan sering mereka lakukan.
Sampai pada suatu hari Ang Sang Mei jatuh sakit dan dirawat oleh Minke hingga
sembuh. Sekian waktu berjalan membuat mereka jatuh hati. Dengan masih
menyandang status sebagai pelajar STOVIA, Minke melamar Ang Sang Mei.
Kesibukannya bersama sang istri membuat Minke sering menduakan sekolahnya.
Akibatnya pelajaran Minke mulai ketinggalan, dan karena nilainya yang jelek, ia
dikeluarkan dari STOVIA dan harus mengganti semua biaya asrama dan biaya
belajarnya selama ini.
Penyakit yang diderita Mei semakin lama semakin parah,
ditambah lagi dengan aktivitasnya sebagai seorang pergerakan yang semakin
padat. Hal ini membuatnya kalah melawan penyakit tersebut. Mei meninggal dalam
usia yang masih cukup muda. Ketika akan meninggalkan suaminya, Mei berpesan
agar Minke merealisasikan perjuangan bangsanya dengan cara membuat organisasi.
Semangat yang ditiupkan istrinya membuat semangat Minke berkobar. Mula-mula ia
mendirikan sebuah organisasi yang ia namai Syarikat Dagang Islam. Organisasi
ini tumbuh menjadi organisasi yang besar.
Sebelum Syarikat Dagang Islam terbentuk, organisasi
yang pertama kali muncul di Indonesia pada masa kependudukan Belanda adalah
organisasi-organisasi bangsa Eropa, disusul organisasi-organisasi bangsa
Tionghoa, baru kemudian organisasi pribumi. Di tengah kesibukannya menjalankan
Syarikat Dagang Islam, ia mulai mendirikan sebuah penerbitan bulanan untuk
menyuarakan semua aspirasinya. Minke mendirikan penerbitan Medan. Semakin lama
pembaca Medan semakin banyak. Akhirnya Medan diubah menjadi Koran harian.
Medan memuat bermacam -macam surat pembaca yang
sebagian besar berisi kritik terhadap pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
Salah satu surat berasal dari seorang putri raja yang ikut dibuang di tanah Jawa
bersama ayahnya. Ia minta tolong agar Minke mau membantunya untuk pergi ke
kampung halamannya. Walaupun hubungan Minke dekat dengan gubernur, tetapi ia
tidak bisa membantu sang putri.
Untuk meredam gerakan sang putri, gubernur menyuruh
sang raja untuk mengawinkan putri. Sang raja terpesona dengan tindakan-tindakan
Minke, dan ia menyuruh Minke untuk menjadi menantunya. Bersama Prinses
Kasiruta, Minke melanjutkan perjuangan organisasinya. Suara organisasi semakin
lama semakin lantang menentang pemerintahan gubernur. Gubernur hanya
memperingatkan Minke dengan halus agar berhati-hati dengan tulisannya, karena
sebentar lagi ia akan digantikan dengan gubernur yang baru, dengan begitu maka
tidak akan ada lagi yang melindunginya.
Pergantian gubernur telah membuat warna baru di
Indonesia. Ia sangat berhati-hati terhadap segala macam perlawanan dalam bentuk
organisasi. Segala macam organisasi yang melawan pemerintahannya akan ia awasi
dengan hati-hati.
Minke merupakan tokoh Syarikat Dagang Islam yang
berbahaya bagi pemerintahan Belanda. Ia merupakan pioner kebangkitan
organisasi-organisasi pribumi. Melalui sebuah peristiwa yang sudah dirancang
oleh pemerintah Belanda, diciptakanlah sebuah insiden yang membuat Minke
kelihatan bersalah terhadap pemerintah Hindia Belanda. Akhirnya ia dibuang ke
luar Jawa.
Itulah sinopsis novel Jejak Langkah karya Pramoedya
Ananta Toer. Semoga bisa bermanfaat dan menghibur pembaca semuanya.
0 Response to "Sinopsis Novel Jejak Langkah Karya Pramoedya Ananta Toer"
Posting Komentar