Sinopsis Novel Sitti Nurbaya Karya
Marah Rusli – Selamat sore, selamat berjumpa lagi
dengan Blog MJ Brigaseli. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi sinopsis novel
Sitti Nurbaya karya Marah Rusli yang pertama kali diterbitkan oleh penerbit Balai
Pustaka pada tahun 1922.
Novel
ini berkisah tentang cinta antara Sitti Nurbaya dengan kekasihnya dan Samsulbahri.
Sitti adalah anak dari Bangsawan Baginda sulaiman dan Samsulbahri anak pembesar
bernama Sutan Mahmud syah. Pengakuan cinta mereka baru muncul saat Samsulbahri
hendak pergi ke Batavia.
Tokoh
lainnya bernama Datuk Maringgih. Ia seorang yang terpandang di desanya. Ia
menyimpan rasa dengki atas keberhasilan ayah Sitti. Ia kemudian berbuat jahat
dan menjatuhkan usaha Baginda Sulaiman dan membuatnya bangkrut dan tak berdaya.
Dengan
maksud yang licik, Datuk Maringgih meminjamkan uangnya pada Baginda Sulaiman.
Berkat pinjaman uang dari Datuk Maringgih tersebut, usaha dagang Baginda maju
pesat. Namun sayang, rupanya Datuk Maringgih menjadi iri hati melihat kemajuan
dagang yang dicapai oleh Baginda Sulaiman ini, maka dengan seluruh orang
suruhannya, yaitu pendekar lima, pendekar empat serta pendekar tiga, serta yang
lainnya, Datuk Maringgih memerintahkan untuk membakar toko Baginda Sulaiman.
Dan toko Baginda pun habis terbakar. Akibatnya Baginda Sulaiman jatuh bangkrut
dan sekaligus dengan hutang yang menumpuk pada Datuk Maringgih. Di
tengah-tengah musibah tersebut, Datuk Maringgih menagih hutangnya kepadanya.
Jelas, tentu saja Baginda Sulaiman tidak mampu membayarnya.
Hal
ini memang sengaja dilakukan oleh Datuk Maringgih, sebab dia sudah tahu pasti
bahwa Baginda Sulaiman tidak mampu membayarnya. Dengan alasan hutang tersebut,
Datuk Maringgih langsung menawarkan bagaimana kalau Sitti Nurbaya, Putri
Baginda Sulaiman dijadikan istri Datuk Maringgih. Kalau tawaran Datuk Maringgih
ini diterima, maka hutangnya lunas. Dengan terpaksa dan berat hati, akhirnya Sitti
Nurbaya diserahkan untuk menjadi istri Datuk Maringgih.
Waktu
itu Samsulbahri, kekasih Sitti Nurbaya, sedang menuntut ilmu di Jakarta. Namun
begitu, Samsulbahri tahu bahwa kekasihnya diperistri oleh orang lain. Hal
tersebut ia ketahui dari surat yang dikirim oleh Sitti Nurbaya kepadanya. Ia
sangat terpukul oleh kenyataan itu. Cintanya yang menggebu-gebu padanya kandas
sudah. Begitupun dengan Sitti Nurbaya sendiri, hatinya pun begitu hancur pula,
kasihnya yang begitu dalam pada Samsulbahri kandas sudah akibat petaka yang menimpa
keluarganya.
Tidak
lama kemudian, ayah Sitti Nurbaya jatuh sakit karena derita yang menimpanya
begitu beruntun. Dan, kebetulan itu Samsulbahri sedang berlibur, sehingga ia
punya waktu untuk mengunjungi keluarganya di Padang. Disamping kepulangannya ke
kampung pada waktu liburan karena rindunya pada keluarga, sebenarnya ia juga
hendak mengunjungi Sitti Nurbaya yang sangat ia rindukan.
Ketika
Samsulbahri dan Sitti Nurbaya sedang duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul
Datuk Maringgih di depan mereka. Datuk Maringgih begitu marah melihat mereka
berdua yang sedang duduk bersenda gurau itu, sehingga Datuk maringgih berusaha
menganiaya Sitti Nurbaya. Samsulbahri tidak mau membiarkan kekasihnya dianiaya,
maka Datuk Maringgih dipukul hingga terjerembab jatuh ke tanah.
Karena
saking kaget dan takutnya, Sitti Nurbaya berteriak-teriak keras hingga
terdengar oleh ayahnya di rumah yang sedang sakit keras. Mendengar teriakan
anak yang sangat dicintainya itu, ia berusaha bangun, namun karena ia tidak
kuat, ayah Sitti Nurbaya kemudian jatuh terjerembab di lantai. Dan rupanya itu
juga yang membuat nyawa Baginda Sulaiman langsung melayang. Karena kejadian
itu, Sitti Nurbaya oleh Datuk Maringgih diusir, karena dianggap telah mencoreng
nama baik keluarganya dan adat istiadat.
Sitti
Nurbaya kembali ke kampungnya dan tinggal bersama bibinya. Sementara Samsulbahri
yang ada di Jakarta hatinya hancur dan penuh dendam kepada Datuk Maringgih yang
telah merebut kekasihnya. Sitti Nurbaya menyusul kekasihnya ke Jakarta, namun
di tengah perjalanan ia hampir meninggal dunia, ia hampir terjatuh ke laut
karena ada seseorang yang mendorongnya. Tetapi Sitti Nurbaya diselamatkan oleh
seseorang yang telah memegang bajunya hingga dia tidak jadi jatuh ke laut.
Rupanya,
walaupun ia selamat dari marabahaya tersebut, akan tetapi marabahaya berikutnya
tengah menunggunya di daratan. Setibanya di Jakarta, Sitti Nurbaya ditangkap
polisi, karena surat telegram Datuk Maringgih yang memfitnah Sitti Nurbaya
bahwa dia ke Jakarta telah membawa lari emasnya atau hartanya. Samsulbahri
berusaha keras menolong kekasihnya itu agar pihak pemerintah mengadili Sitti Nurbaya
di Jakarta saja, bukan di Padang seperti permintaan Datuk Maringgih. Namun
usahanya sia-sia, pengadilan tetap akan dilaksanakan di Padang. Karena tidak
terbukti bersalah, akhirnya Sitti Nurbaya bebas.
Belum
puas, Datuk Maringgih menyuruh seseorang meracuni Sitti Nurbaya, yang
mengakibatkan Sitti Nurbaya meninggal. Hal ini mengakibatkan ibu Samsulbahri
sedih dan meninggal. Samsulbahri yang mengetahui hal tersebut sangat sedih dan
mencoba bunuh diri, namun ia berhasil diselamatkan.
Beberapa
waktu kemudian, Samsulbahri yang sudah naik pangkat menjadi Letnan dikirim oleh
pemerintah Belanda ke Padang untuk memberantas para pengacau yang ada di daerah
padang. Para pengacau itu rupanya salah satunya adalah Datuk Maringgih, maka
terjadilah pertempuran sengit antara orang-orang Letnan Mas (gelar Samsulbahri)
dengan orang-orang Datuk Maringgih. Letnan Mas berduel dengan Datuk Maringgih.
Datuk Maringgih dihujani peluru oleh Lentan Mas, namun sebelum itu Datuk Maringgih
telah sempat melukai letnan Mas dengan pedangnya. Datuk Maringgih meninggal di
tempat itu juga, sedangkan Letnan Mas dirawat di rumah sakit.
Sewaktu
di rumah sakit, sebelum ia meninggal dunia, ia minta agar dipertemukan dengan
ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Ayah Samsulbahri juga sangat
menyesal telah mengata-ngatainya tempo dulu, yaitu ketika kejadian Samsul Bahri
memukul Datuk Maringgih dan mengacau keluarga orang yang sangat melanggar adat
istiadat dan memalukan itu.
Setelah
berhasil betemu dengan ayahnya, Samsulbahri pun meninggal dunia. Namun sebelum
meninggal, ia minta kepada orang tuanya agar nanti dikuburkan di Gunung Padang
dekat kekasihnya Sitti Nurbaya. Permintaan itu dikabulkan oleh ayahnya, ia
dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan kuburan kekasihnya Sitti Nurbaya. Dan
di situlah kedua kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.
Sang ayah yang terkejut dan berduka, ikut meninggal dunia keesokan harinya.
Itulah
tadi sinopsis novel Sitti Nurbaya karya Marah Rusli. Semoga bisa bermaanfaat
untuk pembaca semuanya.
0 Response to "Sinopsis Novel Sitti Nurbaya Karya Marah Rusli"
Posting Komentar