Sejarah Desa Eretan Wetan - Desa Eretan Wetan adalah salah satu desa yang terletak
di wilayah pesisir Pantura. Dulu desa ini bernama Wanakerta yang berarti hutan
yang ramai. Tidak dapat dilacak kapan persisnya perubahan dari nama Wanakerta
ini menjadi Eretan Wetan, namun dari presentasi bapak Murcita, sesepuh
masyarakat Eretan dalam diskusi “Bedah problema dan Solusi Desa Eretan” di
Jakarta, tanggal 26-27 Mei 2005. Dalam catatan singkatnya dinyatakan bahwa saat
itu Wanakerta sudah memiliki kuwu/kepala desa.
Pertama kuwu Basman
yang memerintah selama dua tahun dari tahun 1920-1922, kemudian dilanjutkan
oleh penerusnya Kuwu Embat-embat selama kurang dari satu tahun (1922 awal-1922
akhir). Setelah kuwu Embat-embat ini nama Eretan Wetan baru muncul. Jadi perkiraan nama Eretan Wetan muncul antara tahun 1922 sampai tahun 1923,
bersamaan saat bangsa Indonesia melakukan pergolakan untuk melepaskan diri dari
belenggu penjajahan asing.
Nama Eretan Wetan sendiri berasal dari kata eret,
yaitu aktifitas menarik rakit atau getek dengan tambang yang saat itu
merupakan media transportasi satu-satunya yang menghubungkan dua desa,
Wanakerta (Eretan Wetan sekarang) dengan desa Kerta Jaya (Eretan Kulon
sekarang) dan Kertawinangun (hasil pemekaran dari Eretan Kulon). Sejak adanya
media transportasi yang dieret atau ditarik ini, nama Eretan menjadi
terkenal, sementara nama Wanakerta menjadi hilang sampai saat ini. Maka nama
Wanakerta berubah menjadi nama Eretan Wetan.
Letak Eretan Wetan Secara geografis dari arah utara berbatasan
langsung dengan laut Jawa dan berbentuk memanjang sepanjang bibir pantai, oleh
karenanya secara alamiah mayoritas penduduk Eretan Wetan terdorong menjadi
masyarakat nelayan dan menggantungkan hidupnya dari hasil laut, baik sebagai
nelayan tangkap, pengusaha/bakul ikan, buruh pengolah atau jasa lainnya. Kalau
ditotal di sektor ini profesi penduduk Eretan Wetan mencapai angka kurang lebih 80% dari total jumlah
penduduk Eretan.
Luas wilayah Eretan Wetan 179,800 ha. Sementara seluas
49,266 ha adalah wilayah pemukiman penduduk, sisanya berupa persawahan, lahan
tambak, ladang garam, lahan kuburan, dan lain-lain. Hasil sensus tahun 2015,
menyatakan bahwa Eretan Wetan memiliki jumlah penduduk 11.413 jiwa dengan
komposisi 5979 jiwa adalah laki-laki, sedangkan sebanyak 5434 jiwa adalah kaum
perempuan. Data ini menjadikan Eretan Wetan sebagai salah satu desa dengan
jumlah penduduk terbesar dan pemukiman padat ke dua setelah Karanganyar di
wilayah kecamatan Kandanghaur.
Secara geografis Eretan juga berada pada posisi yang
strategis, yaitu berada di jalur transportasi utama jalan Negara
Cirebon-Jakarta. Hal ini tentunya secara ekonomis sangat menguntungkan Eretan,
karena ramai dan potensial, dan juga menjadikan Eretan sebagai salah satu
daerah tujuan transit, baik dari arah laut melalui pelabuhannya atau melalui
jalur darat dengan restoran, rumah-rumah makan, maupun tempat wisata yang
membentang sepanjang desa Eretan.
Letak Eretan yang strategis ini membuat interaksi
masyarakat Eretan dengan dunia luar berjalan secara massif dan dialektis, hal
ini terjadi dari dulu hingga sekarang, yang tentunya hal tersebut dapat
dipastikan akan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Eretan, terutama
yang berkaitan dengan kemudahan dan penguatan akses yang ditawarkan, baik dari
segi perdagangan maupun informasi, di samping juga membawa ancaman dan dampak
negatif lainnya. Potensi ini membuat Eretan bertahan sebagai salah satu daerah
sentra produksi ikan terbesar di Indramayu-Jawa barat dengan pasokan hasil laut
sebesar 30 % dari kebutuhan masyarakat Indramayu-Jawa Barat.
Keberadaan Eretan sebagai daerah transit yang
strategis baik melalui jalur darat ataupun melalui jalur laut adalah sesuatu
yang otentik, salah satu buktinya adalah saat kedatangan pertama kali pasukan
tentara Jepang ke Indonesia (Baca : Jawa) dalam perang dunia II melawan sekutu
adalah melalui pantai Eretan Kulon di samping melalui Kragan-Demak Jawa Tengah
dan Teluk Banten, informasi ini penulis ketahui dari sebuah catatan pada Museum
Sri Baduga Bandung. Saat itu kalau kita kaitkan dengan periodesasi pemerintahan
di Eretan Wetan, maka kedatangan pasukan tentara Jepang ini terjadi saat Eretan
Wetan dipimpin oleh Kuwu Sunadi yang
memerintah dari tahun 1942 sampai 1950 atau kuwu yang ke enam terhitung sejak
masih bernama desa Wanakerta.
Dalam catatan sejarah perjuangan bangsa disebutkan,
bahwa pasukan tentara Jepang mendarat di pantai Eretan, Kragan dan Teluk Banten
pada tanggal 1 Maret 1942 M. setelah sebelumnya mendarat dan menguasai wilayah
Tarakan Kalimantan Timur pada tanggal 11 Januari 1942, kemudian menduduki
wilayah Palembang pada tanggal 16 Februari 1942, sehingga terbukalah pulau Jawa
bagi tentara Jepang. Setelah itu terjadilah pertempuran antara Jepang dan
pemerintah kolonial Belanda di Jawa. Tanpa diduga, pasukan Belanda tidak dapat
menghadapi keperkasaan tentara Jepang. Akibatnya belanda menyerah tanpa syarat
pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati Subang, satu desa yang letaknya tidak
begitu jauh dari Eretan, berjarak kisaran
70 Km.
Dalam diskusi dengan Bapak Murcita (Sesepuh desa dan
Mantan ketua LPM Desa Eretan Wetan periode 1998-2008), Beliau menjelaskan bahwa
saat perjuangan kemerdekaan banyak putra pribumi Eretan Wetan yang ikut
terjun sebagai pejuang perintis kemerdekaan. Saat itu banyak pemuda Eretan Wetan
yang tergabung dalam GPPI (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), gerakan dari
para santri ini dipimpin oleh Abdul Wahid dan Wail (Alm), dengan anggota
Saripin, Basuki, Muklas, Ilyas, dan Raswad, yang semuanya telah meninggal dunia,
kecuali Raswad masih hidup, beliau sekarang lebih dikenal dengan nama H.
Mustakim (Blok Condong). Markas GPPI saat itu bertempat di rumah yang
sekarang ditempati Wawat atau Anhar Zorqi. Adapun dari kalangan orang tua saat
itu yang aktif dalam pergerakan sosial dan politik di ormas NU adalah Kyiai
Abdul Halim, Kyiai Sarwin, dan Muin Rais. Sementara yang berjuang melalui wadah
Masyumi tercatat nama Kyiai Karjum dan Kyiai Tama.
Sebagian pemuda Eretan Wetan yang lain aktif dalam
gerakan GP Ansor di bawah kepemimpinan Jayadi. sementara di kalangan
pemuda nasionalis Eretan Wetan banyak yang terlibat dalam gerakan Pembela
Rakyat Indonesia (PELOPOR). Gerakan ini bermarkas di rumah Ibu Turinah
(Alm), sekarang menjadi tanah kosong di samping rumah Bapak Murcita.
Pimpinan gerakan ini adalah Mutholib dengan anggota Limin palak, Leman Kamintra,
Tadi bin Arsa, Tarsiman bin Dar, Raswad bin Sungeb, dan Kaslam.
Salah satu peristiwa heroik yang dikenang masyarakat Eretan
Wetan sampai saat ini adalah saat Raswad dan tiga orang kawannya mengawal MA.
Sentot dengan perahu dari Eretan Wetan ke Ujung Ori (Indramayu) berhasil dengan
selamat sampai tujuan dalam pengejaran Belanda. Padahal saat itu Sentot adalah
target utama penjajah Belanda di wilayah utara Jawa Barat. Tiga teman yang
mendampingi Raswad saat itu adalah Carmita (Alm), Kembar (Alm), dan Jana (Alm).
Pada saat itu semangat perjuangan ditunjukkan seluruh bangsa Indonesia, tidak
terkecuali rakyat dan para pemuda Eretan Wetan.
Pemerintahan desa Eretan Wetan datang silih berganti
laksana aliran air, satu selesai datang yang kedua, satu habis yang lain
melanjutkan. Regenerasi ini mengalir dari masa pra kemerdekaan hingga hari ini.
Dalam catatan sekitar 19 kuwu pernah memimpin desa ini. Dari Kuwu Eretan Wetan pertama sampai
kuwu Suminta atau kuwu yang ke tujuh desa Eretan Wetan, semuanya diangkat atau
ditunjuk oleh masyarakat, yang biasanya ditunjuk berdasarkan kekuatan fisik dan
kemampuan kanuragan yang dimiliki di samping sifat perbawa tentunya. Karena
tantangan dan ancaman yang sering terjadi di desa saat itu adalah para perampok atau
perompak yang sering mengganggu warga desa, maka dibutuhkan pemimpin yang kuat
dan ahli kanuragan/silat untuk menghalau kedatangan mereka.
Kebijakan ini berubah setelah kuwu Suminta (1964-1966)
karena saat itu pengangkatan kuwu dilakukan dengan cara pemilihan yang
dilakukan secara demokratis seperti pemilihan yang kita alami sekarang ini.
Dalam periodesasi pemerintahan desa Eretan Wetan Kuwu/kepala
Desa atau pejabat kuwu yang pernah memimpin Eretan Wetan sepanjang keberadaan
desa ini adalah:
Desa Wanakerta:
- 1. Basman tahun 1920-1922
- 2. Embat-embat tahun1922 awal-1922 akhir
Desa Eretan Wetan:
- 3. Capang tahun 1923-1924
- 4. Wasil tahun 1924-1938
- 5. Dargi tahun 1938-1942
- 6. Sunadi tahun 1942-1950
- 7. Runtah tahun 1950-1963
- 8. Tasan (PJ) tahun 1963-1964
- 9. Suminta tahun 1964-1966
- 10. Sawita (PJ) tahun 1966-1967
- 11. Jayadi (PJ) tahun 1967-1969
- 12. Muslimin tahun 1969-1970
- 13. Maksudin tahun 1971-1983
- 14. Madamin (PJ) tahun 1983-1985
- 15. Mahyudin (PJ) tahun 1985-1987
- 16. Syafrudin Yuafi tahun 1988-1997
- 17. Imron ( PJ) tahun 1997-1997
- 18. Nono suwarno tahun 1998-2008
- 19. H, Edi Suhaedi tahun 2008-sekarang
Dari berbagai sumber.
0 Response to "Sejarah Desa Eretan Wetan"
Posting Komentar