Sinopsis Novel Dan Perang Pun Usai Karya Ismail Marahimin - Assalamualaikum, selamat sore. Selamat berjumpa lagi dengan blog MJ Brigaseli. Pada kesempatan kali ini saya mau berbagi sinipsi mengenai novel Dan Perang Pun Usai Karya Ismail Marahimin.
Dan
Perang pun Usai adalah roman mutakhir Indonesia yang bernilai sastra tinggi.
Roman ini adalah salah satu karya dari Ismail Marahimin. Roman ini mendapat
hadiah kedua dalam sayembara mengarang roman oleh Dewan Kesenian di Jakarta
pada tahun 1977. Dan tahun 1984 mendapat hadiah sastra The Pegasus Prize for
Literature yang disponsori pihak perusahaan mobil Amerika. Yakni, mobil Oil
Corporation bagi suatu karya sastra bangsa yang bernilai tinggi untuk
diperkenalkan ke seluruh dunia.
Roman
ini diterbitkan pertama kalinya pada tahun 1982 oleh Penerbit Sinar Harapan.
Tema
cerita: Perjuangan dan Revolusi.
Setting
Cerita: Teratak Buluh, di daerah Sumatera.
Tokoh-tokoh
dan watak:
Gentaro
Ose: seorang Kepala Kamp tawanan milik Jepang yang memiliki sifat cukup baik.
Sersan
Kiguchi: Dia ialah Wakil Kepala Kamp Tawanan yang memiliki sikap yang bengis
kepada para tawanan.
Kliwon:
pemuda bangsa Indonesia, bekas Romusha. Dia memiliki sikap rela berkorban dan
pantang menyerah.
Wimpie:
seorang tawanan bangsa Belanda yang selalu ingin melarikan diri dari kamp
tawanan Jepang.
Lena:
Anak haji Zen. Dia adalah kekasih Kliwon yang punya misi sama dengan Kliwon.
Van
Roscott: seorang tawanan bangsa Belanda. Dia juga seorang pastor.
Haji
Zen: tokoh masyarakat Teratak Buluh. Beliau memiliki semangat juang yang tinggi
dan rela berkorban.
Pak
Tua Hasan: orang pribumi yang ikut membantu pelarian para tawanan.
Ringkasan
Cerita:
Dengan
hati-hati beberapa tawanan yang berada di Kamp Tawanan, Teratak Buluh milik
Jepang merencanakan akan melarikan diri. Namun, rencana pelarian tersebut
pertama kali diajukan oleh Wimpie, seorang tawanan dari bangsa Belanda. Hal itu
belum mendapat kesepakatan oleh semua tawanan yang berada dalam kamp.
Di antara para tawanan, waktu itu
terjadi beda pendapat antara yang pro Wimpie atau setuju hendak kabur dengan
kontra pimpinan pastor Van Roscott yang punya firasat bahwa perang segera
berakhir. Akibatnya, dalam kamp tersebut di antara para tawanan yang terdiri dari 31 orang Belanda dan 1
orang pribumi bekas romusha yang bernama Kliwon sering terjadi
ketegangan-ketegangan.
Letnan
Gentaro Ose sebagai pimpinan kamp yang mengepalai sepuluh orang prajurit
Jepangnya itu, tidak tahu menahu akan
rencana para tawanan Belanda itu. Dari wakilnya, Sersan Kiguchi, dia hanya mendapat
laporan-laporan bahwa di antara
para tawanan terjadi ketegangan-ketegangan. Namun, penyebab-penyebab
ketegangan-ketegangan itu adalah ia sendiri. Dia hanya menduga-duga bahwa pasti
akan terjadi dalam Kamp Tawanan, nantinya.
Pihak-pihak
yang pro atau kabur itu, kemudian menyusun rencana pelarian itu dengan penuh
rinci. Jalan-jalan yang akan dilewati nantinya ditentukan oleh Kliwon. Kliwon
sendiri tidak mempunyai hasrat untuk melarikan diri, namun karena aibnya banyak
diketahui oleh Wimpie seperti perbuatan maksiatnya dengan anak Haji Zen, yaitu
Lena serta perbuatan aib lainnya maka terpaksa dia harus menyetujui rencana
Wimpie. Dia takut Wimpie akan
menyebarluaskan semuanya itu ke semua orang. Dan kalau itu dilakukan oleh
Wimpie, pasti Haji Zen akan marah padanya dan pasti akan malu besar dia terhadap Haji Zen.
Dalam
rencana itu, haji Zen bertindak sebagai pembantu menyiapkan persediaan makanan
dan segala kebutuhan pelarian yang dibutuhkan. Sedangkan Pak Tua Hasan akan
dijadikan sebagai penunjuk jalan untuk menuju sebuah desa terasing, tempat
nantinya mereka sembunyi. Akibat kekalahan Jepang di daerah Asia-Pasifik, para
komandan Jepang yang berada di Sumatera
dipanggil ke Kota Pekanbaru guna mendapat pengarahan dari pusat perhubungan
dengan Gentaro Ose, maka pimpinan sementara Kamp Tawanan Teratak diserahkan
kepada wakilnya, yakni Sersan Kiguchi.
Di
bawah kepemimpinannya, para tawanan dalam kamp tersebut mendapat siksaan yang
cukup berat. Mereka diharuskan kerja siang malam. Bagi siapa saja yang
melanggar perintahnya, tidak saja dihukum bekerja berat tapi juga disiksa
secara fisik dengan pukulan dan
tendangan dari prajurit-prajurit Jepang atas
perintah Sersan Kiguchi. Kliwon menyaksikan semuanya. Malah ketika dia hendak
memasuki kamp sewaktu akan pulang dan kencannya dengan Lena, Kliwon tidak jadi
pulang dari kamp. Dia tidur di atas rel kereta api. Hampir saja, Kliwon mati
dilindas kereta api paginya, untung saja itu tidak terjadi.
Sementara
itu, Letnan Ose menerima pengarahan dari pusat yakni dari Kaisar Jepang bahwa
Jepang telah kalah dan menyerah terhadap Sekutu maka seluruh komando
diperingatkan agar menjaga tawanan dengan baik sambil menunggu kedatangan
tentara Sekutu yang akan menyelesaikan semuanya di Indonesia.
Tiba
di Kamp Tawanan Teratak Buluh, Letnan Ose langsung mengumpulkan para prajurit
Jepang di halaman Kamp guna menyampaikan pesan
dari Kaisar. Rupanya, para tawanan menerjemahkan dengan versi lain. Mereka
menganggap bahwa kedatangan prajurit Jepang yang dipimpin langsung oleh Letnan
Gentaro Ose tersebut adalah suatu pengarahan pembantaian terhadap para tawanan.
Karena
berpikiran begitu, ketika para prajurit Jepang datang, para tawanan itu pun melakukan rencana pelarian
mereka. Rombongan pelarian itu bertambah satu orang lagi, yakni Lena yang memaksa ikut bersama Kliwon kekasihnya itu.
Walaupun sudah diberi nasihat oleh Pak Tua Hasan,
namun Lena tetap bertekad ikut. Hal ini dia
lakukan, sebab dia tidak rela Kliwon
meninggalkannya, padahal Kliwon sudah sering
menidurinya. Dia pun tidak mau menikah dengan pemuda lain yang belum dikenalnya
dan tidak dicintainya.
Sebelum
rombongan ini tiba di tempat tujuan yaitu desa terasing yang telah dijanjikan
oleh Kliwon. Namun, rombongan itu berhasil ditemukan oleh prajurit-prajurit
Jepang. Dengan segala upaya, para tawanan itu berusaha meloloskan diri dari
kepungan prajurit-prajurit Jepang yang dipimpin oleh Letnan Ose dan Sersan
Kiguchi. Sayang, nasib sial menimpa Pastor Van Schott, Kliwon dan Lena.
Ketiganya tak berhasil meloloskan diri dari kepungan sedangkan tawanan lainnya
berhasil meloloskan diri. Ketiga orang ini mati ditembak oleh terpaan
peluru-peluru senapan yang dimuntahkan dari sepuluh senapan prajurit Jepang
atas komando Letnan Gentaro Ose.
Para
tawanan yang telah bebas, kini bisa berbahagia dan bersyukur. Mereka tidak lagi
disiksa dan ditindas oleh penjajah. Karena, Indonesia telah menjadi bangsa yang
merdeka dan berdaulat tak lama setelah Jepang menyerah
kepada Sekutu.
Itulah sedikit sinopsis novel Dan Perang Pun Usai Karya Ismail Marahimin. Semoga bermanfaat. Wassalamualaikum.
0 Response to "Sinopsis Novel Dan Perang Pun Usai Karya Ismail Marahimin"
Posting Komentar