Kumpulan Puisi KH. A. Mustofa Bisri - Assalamu’alaikum…
selamat pagi, selamat berjumpa lagi dengan blog MJ Brigaseli. Pada kesempatan
di pagi hari ini saya akan mencoba berbagi tentang kumpulan puisi KH. A. Mustofa Bisri.
Langsung saja ya….
Kiyai, penyair, novelis, pelukis, budayawan dan cendekiawan
muslim, ini telah memberi warna baru pada peta perjalanan kehidupan sosial dan
politik para ulama. Ia kiyai yang bersahaja, bukan kiyai yang ambisius. Ia
kiyai pembelajar bagi para ulama dan umat. Pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut
Thalibin, Rembang, Jawa Tengah, ini enggan (menolak) dicalonkan menjadi Ketua
Umum PB Nahdlatul Ulama dalam Muktamar NU ke-31 28/11-2/12-2004 di Boyolali,
Jawa Tengah.
KH Achmad Mustofa Bisri, akrab dipanggil Gus Mus, ini
mempunyai prinsip harus bisa mengukur diri. Setiap hendak memasuki lembaga
apapun, ia selalu terlebih dahulu mengukur diri. Itulah yang dilakoninya ketika
Gus Dur mencalonkannya dalam pemilihan Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama pada
Muktamar NU ke-31 itu.
Lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944, dari
keluarga santri. Kakeknya, Kyai Mustofa Bisri adalah seorang ulama. Demikian
pula ayahnya, KH Bisri Mustofa, yang tahun 1941 mendirikan Pondok Pesantren
Roudlatut Thalibin, adalah seorang ulama karismatik termasyur.
Ia dididik orang tuanya dengan keras apalagi jika menyangkut
prinsip-prinsip agama. Namun, pendidikan dasar dan menengahnya terbilang kacau.
Setamat sekolah dasar tahun 1956, ia melanjut ke sekolah tsanawiyah. Baru
setahun di tsanawiyah, ia keluar, lalu masuk Pesantren Lirboyo, Kediri selama
dua tahun. Kemudian pindah lagi ke Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Di
Yogyakarta, ia diasuh oleh KH Ali Maksum selama hampur tiga tahun. Ia lalu
kembali ke Rembang untuk mengaji langsung diasuh ayahnya.
KH Ali Maksum dan ayahnya KH Bisri Mustofa adalah guru yang
paling banyak mempengaruhi perjalanan hidupnya. Kedua kiyai itu memberikan
kebebasan kepada para santri untuk mengembangkan bakat seni.
Kemudian tahun 1964, dia dikirim ke Kairo, Mesir, belajar di
Universitas Al-Azhar, mengambil jurusan studi keislaman dan bahasa Arab, hingga
tamat tahun 1970. Ia satu angkatan dengan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Menikah dengan Siti Fatimah, ia dikaruniai tujuh orang anak,
enam di antaranya perempuan. Anak lelaki satu-satunya adalah si bungsu Mochamad
Bisri Mustofa, yang lebih memilih tinggal di Madura dan menjadi santri di sana.
Kakek dari empat cucu ini sehari-hari tinggal di lingkungan pondok hanya
bersama istri dan anak keenamnya Almas.
Setelah abangnya KH Cholil Bisri meninggal dunia, ia sendiri
memimpin dan mengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, didampingi putra
Cholil Bisri. Pondok yang terletak di Desa Leteh, Kecamatan Rembang Kota,
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, 115 kilometer arah timur Kota Semarang, itu
sudah berdiri sejak tahun 1941.
Keluarga Mustofa Bisri menempati sebuah rumah kuno wakaf
yang tampak sederhana tapi asri, terletak di kawasan pondok. Ia biasa menerima
tamu di ruang seluas 5 x 12 meter berkarpet hijau dan berisi satu set kursi
tamu rotan yang usang dan sofa cokelat. Ruangan tamu ini sering pula menjadi
tempat mengajar santrinya.
Di luar kegiatan rutin sebagai ulama, dia juga seorang
budayawan, pelukis dan penulis. Dia telah menulis belasan buku fiksi dan
nonfiksi. Justru melalui karya budayanyalah, Gus Mus sering kali menunjukkan
sikap kritisnya terhadap budaya yang berkembang dalam masyarakat. Tahun 2003,
misalnya, ketika goyang ngebor pedangdut Inul Daratista menimbulkan pro dan
kontra dalam masyarakat, Gus Mus justru memamerkan lukisannya yang berjudul
Berdzikir Bersama Inul. Begitulah cara Gus Mus mendorong perbaikan budaya yang
berkembang saat itu.
Bakat lukis Gus Mus terasah sejak masa remaja, saat mondok
di Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Ia sering keluyuran ke rumah-rumah pelukis.
Salah satunya bertandang ke rumah sang maestro seni lukis Indonesia, Affandi.
Ia seringkali menyaksikan langsung bagaimana Affandi melukis. Sehingga setiap
kali ada waktu luang, dalam bantinnya sering muncul dorongan menggambar. Saya
ambil spidol, pena, atau cat air untuk corat-coret. Tapi kumat-kumatan,
kadang-kadang, dan tidak pernah serius, kata Gus Mus, perokok berat yang
sehari-hari menghabiskan dua setengah bungkus rokok.
Gus Mus, pada akhir tahun 1998, pernah memamerkan sebanyak
99 lukisan amplop, ditambah 10 lukisan bebas dan 15 kaligrafi, digelar di
Gedung Pameran Seni Rupa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Kurator seni rupa, Jim Supangkat, menyebutkan, kekuatan ekspresi Mustofa Bisri
terdapat pada garis grafis. Kesannya ritmik menuju zikir membuat lukisannya
beda dengan kaligrafi. Sebagian besar kaligrafi yang ada terkesan tulisan yang
diindah-indahkan, kata Jim Supangkat, memberi apresiasi kepada Gus Mus yang
pernah beberapa kali melakukan pameran lukisan.
Sedangkan dengan puisi, Gus Mus mulai mengakrabinya saat
belajar di Kairo, Mesir. Ketika itu Perhimpunan Pelajar Indonesia di Mesir
membikin majalah. Salah satu pengasuh majalah adalah Gus Dur. Setiap kali ada
halaman kosong, Mustofa Bisgus musri diminta mengisi dengan puisi-puisi
karyanya. Karena Gus Dur juga tahu Mustofa bisa melukis, maka, ia diminta bikin
lukisan juga sehingga jadilah coret-coretan, atau kartun, atau apa saja, yang
penting ada gambar pengisi halaman kosong. Sejak itu, Mustofa hanya menyimpan
puisi karyanya di rak buku.
Namun adalah Gus Dur pula yang mengembalikan Gus Mus ke
habitat perpuisian. Pada tahun 1987, ketika menjadi Ketua Dewan Kesenian
Jakarta, Gus Dur membuat acara Malam Palestina. Salah satu mata acara adalah pembacaan
puisi karya para penyair Timur Tengah. Selain pembacaan puisi terjemahan, juga
dilakukan pembacaan puisi aslinya. Mustofa, yang fasih berbahasa Arab dan
Inggris, mendapat tugas membaca karya penyair Timur Tengah dalam bahasa
aslinya. Sejak itulah Gus Mus mulai bergaul dengan para penyair.
Sejak Gus Mus tampil di Taman Ismail Marzuki, itu
kepenyairannya mulai diperhitungkan di kancah perpuisian nasional. Undangan
membaca puisi mengalir dari berbagai kota. Bahkan ia juga diundang ke Malaysia,
Irak, Mesir, dan beberapa negara Arab lainnya untuk berdiskusi masalah kesenian
dan membaca puisi. Berbagai negeri telah didatangi kyai yang ketika muda pernah
punya keinginan aneh, yakni salaman dengan Menteri Agama dan menyampaikan salam
dari orang-orang di kampungnya. Untuk maksud tersebut ia berkali-kali datang ke
kantor sang menteri. Datang pertama kali, ditolak, kedua kali juga ditolak.
Setelah satu bulan, ia diizinkan ketemu menteri walau hanya tiga menit.
Kyai bertubuh kurus berkacamata minus ini telah melahirkan
ratusan sajak yang dihimpun dalam lima buku kumpulan puisi: Ohoi, Kumpulan
Puisi Balsem (1988), Tadarus Antologi Puisi (1990), Pahlawan dan Tikus (1993),
Rubaiyat Angin dan Rumput (1994), dan Wekwekwek (1995). Selain itu ia juga
menulis prosa yang dihimpun dalam buku Nyamuk Yang Perkasa dan Awas Manusia
(1990).
Sebagai cendekiawan muslim, Gus Mus mengamalkan ilmu yang
didapat dengan cara menulis beberapa buku keagamaan. Ia termasuk produktif
menulis buku yang berbeda dengan buku para kyai di pesantren. Tahun 1979, ia
bersama KH M. Sahal Mahfudz menerjemahkan buku ensiklopedia ijmak. Ia juga
menyusun buku tasawuf berjudul Proses Kebahagiaan (1981). Selain itu, ia
menyusun tiga buku tentang fikih yakni Pokok-Pokok Agama (1985), Saleh Ritual,
Saleh Sosial (1990), dan Pesan Islam Sehari-hari (1992).
Ia lalu menerbitkan buku tentang humor dan esai, Doaku untuk
Indonesia? dan Ha Ha Hi Hi Anak Indonesia. Buku yang berisi kumpulan humor
sejak zaman Rasullah dan cerita-cerita lucu Indonesia. Menulis kolom di media
massa sudah dimulainya sejak muda. Awalnya, hatinya panas jika tulisan
kakaknya, Cholil Bisri, dimuat media koran lokal dan guntingan korannya
ditempel di tembok. Ia pun tergerak untuk menulis. Jika dimuat, guntingan
korannya ditempel menutupi guntingan tulisan sang kakak. Gus Mus juga rajin
membuat catatan harian.
Seperti kebanyakan kyai lainnya, Mustofa banyak menghabiskan
waktu untuk aktif berorganisasi, seperti di NU. Tahun 1970, sepulang belajar
dari Mesir, ia menjadi salah satu pengurus NU Cabang Kabupaten Rembang.
Kemudian, tahun 1977, ia menduduki jabatan Mustasyar, semacam Dewan Penasihat
NU Wilayah Jawa Tengah. Pada Muktamar NU di Cipasung, Jawa Barat, tahun 1994,
ia dipercaya menjadi Rais Syuriah PB NU.
STASIUN
kereta rinduku datang menderu
gemuruhnya meningkahi gelisah dalam
kalbu
membuatku semakin merasa
terburu-buru
tak lama lagi bertemu, tak lama lagi
bertemu
sudah kubersih-bersihkan diriku
sudah kupatut-patutkan penampilanku
tetap saja dada digalau rindu
sabarlah rindu, tak lama lagi
bertemu
tapi sekejap terlena
stasiun persinggahan pun berlalu
meninggalkanku sendiri lagi
termangu
GELISAHKU
gelisahku adalah gelisah purba
adam yang harus pergi mengembara
tanpa diberitahu
kapan akan kembali
bukan sorga benar yang kusesali
karena harus kutinggalkan
namun ngungunku mengapa kau
tinggalkan
aku sendiri
sesalku karena aku mengabaikan
kasihmu yang agung
dan dalam kembaraku di mana
kuperoleh lagi kasih
sepersejuta saja kasihmu
jauh darimu semakin mendekatkanku
kepadamu
cukup sekali, kekasih
tak lagi,
tak lagi sejenak pun
aku berpaling
biarlah gelisahku jadi dzikirku
Jakarta, 2002
SUJUD
Bagaimana kau hendak bersujud pasrah
sedang wajahmu yang bersih sumringah
keningmu yang mulia
dan indah begitu pongah
minta sajadah
agar tak menyentuh tanah.
Apakah kau melihatnya
seperti iblis saat menolak menyembah
bapakmu
dengan congkak,
tanah hanya patut diinjak,
tempat kencing dan berak
membuang ludah dan dahak
atau paling jauh hanya jadi lahan
pemanjaan nafsu
serakah dan tamak.
Apakah kau lupa
bahwa tanah adalah bapak
dari mana ibumu dilahirkan,
tanah adalah ibu yang menyusuimu
dan memberi makan
tanah adalah kawan yang memelukmu
dalam kesendirian
dalam perjalanan panjang
menuju keabadian.
Singkirkan saja
sajadah mahalmu
ratakan keningmu,
ratakan heningmu,
tanahkan wajahmu,
pasrahkan jiwamu,
biarlah rahmat agung
Allah membelai
dan terbanglah kekasih
BAGI MU
Bagimu kutancapkan kening
kebanggaanku pada
rendah tanah,
telah kuamankan sedapat mungkin
maniku,
kuselamat-selamatkan Islamku
kini dengan
segala milikMu ini
kuserahkan kepadaMu Allah
terimalah.
Kepala bergengsi yang terhormat ini
dengan kedua
mata yang mampu menangkap
gerak-gerik dunia,
kedua telinga
yang dapat menyadap kersik-kersik
berita,
hidung yang bisa mencium wangi
parfum
hingga borok manusia,
mulut yang sanggup menyulap
kebohongan jadi kebenaran
seperti yang lain hanyalah
sepersekian percik tetes anugrahMu.
Alangkah amat
mudahnya Engkau
melumatnya Allah,
sekali Engkau
lumat terbanglah cerdikku,
terbanglah gengsiku
terbanglah kehormatanku,
terbanglah kegagahanku,
terbanglah kebanggaanku,
terbanglah mimpiku,
terbanglah hidupku.
Allah,
jika terbang-terbanglah,
sekarangpun aku pasrah,
asal menuju haribaan rahmatMu.
DI ARAFAH
Terlentang aku
seenaknya dalam pelukan bukit-bukit
batu bertenda langit biru,
seorang anak entah
berkebangsaan apa
mengikuti anak mataku
dan dalam
isyarat bertanya-tanya
kapan Tuhan turun?
Aku tersenyum.
Setan mengira dapat mengendarai
matahari,
mengusik khusukku apa tak melihat
ratusan ribu hati putih
menggetarkan bibir,
melepas dzikir,
menjagamu
dari jutaan milyar malaikat
menyiramkan berkat.
Kulihat diriku
terapung-apung
dalam nikmat dan sianak
entah berkebangsaan apa
seperti melihat arak-arakan
karnaval menari-nari
dengan riangnya.
Terlentang aku
satu diantara jutaan tumpukan
dosa yang mencoba menindih,
akankah
kiranya bertahan dari banjir
air mata penyesalan
massal ini
Gunung-gunung batu
menirukan tasbih kami,
pasir menghitung wirid kami
dan sianak
yang aku tak tahu
berkebangsaan apa
tertidur dipangkuanku
pulas sekali
KAUM BERAGAMA NEGRI INI
Tuhan,
lihatlah betapa baik
kaum beragama
negeri ini
mereka tak mau kalah dengan kaum
beragama lain
di negeri-negeri lain.
Demi mendapatkan ridhomu
mereka rela mengorbankan
saudara-saudara mereka
untuk merebut tempat
terdekat disisiMu
mereka bahkan tega menyodok
dan menikam hamba-hambaMu sendiri
demi memperoleh RahmatmMu
mereka memaafkan kesalahan dan
mendiamkan kemungkaran
bahkan mendukung kelaliman
Untuk membuktikan
keluhuran budi mereka,
terhadap setanpun
mereka tak pernah
berburuk sangka
Tuhan,
lihatlah
betapa baik kaum beragama
negeri ini
mereka terus membuatkanmu
rumah-rumah mewah
di antara gedung-gedung kota
hingga di tengah-tengah sawah
dengan kubah-kubah megah
dan menara-menara menjulang
untuk meneriakkan namaMu
menambah segan
dan keder hamba-hamba
kecilMu yang ingin sowan kepadaMu.
NamaMu mereka nyanyikan dalam acara
hiburan hingga pesta agung
kenegaraan.
Mereka merasa begitu dekat denganMu
hingga masing-masing
merasa berhak mewakiliMu.
Yang memiliki kelebihan harta
membuktikan
kedekatannya dengan harta
yang Engkau berikan
Yang memiliki kelebihan kekuasaan
membuktikan kedekatannya dengan
kekuasaannya yang Engkau limpahkan.
Yang memiliki kelebihan ilmu
membuktikan
kedekatannya dengan ilmu
yang Engkau karuniakan.
Mereka yang engkau anugerahi
kekuatan sering kali bahkan merasa
diri Engkau sendiri
Mereka bukan saja ikut
menentukan ibadah
tetapi juga menetapkan
siapa ke sorga siapa ke neraka.
Mereka sakralkan pendapat mereka
dan mereka akbarkan
semua yang mereka lakukan
hingga takbir
dan ikrar mereka yang kosong
bagai perut bedug.
Allah hu akbar walilla ilham.
Rembang – menjelang Idul Adha 1418 /
1998
DI PELATARAN AGUNG MU NAN LAPANG
Di pelataran agungMu
nan lapang kawanan burung merpati
sesekali sempat memunguti
butir-butir
bebijian yang Engkau tebarkan
lalu terbang lagi
menggores-gores biru langit
melukis puja-puji
yang hening
Di pelataran agungMu
nan lapang aku setitik noda
setahi burung merpati menempel pada
pekat
gumpalan yang menyeret warna bias
kelabu
berputaran mengatur
melaju luluh dalam gemuruh
talbiah, takbir dan tahmit
Dikejar dosa-dosa
dalam kerumuman dosa
ada sebaris doa
siap kuucapkan
lepas terhanyut air mata
tersangkut di kiswah nan hitam
Di pelataran agungMu
nan lapang
aku titik-titik tahi merpati
menggumpal dalam titik noda
berputaran,
mengabur, melaju, luluh
dalam gemuruh talbiah,
takbir dan tahmit
mengejar ampunan dalam lautan
ampunan
terpelanting dalam qouf dan roja.
IBU
Kaulah gua
teduh
tempatku bertapa bersamamu
Sekian lama
Kaulah kawah
dari mana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi
yang tergelar lembut bagiku
melepas lelah dan nestapa
gunung yang menjaga mimpiku
siang dan malam
mata air yang tak brenti mengalir
membasahi dahagaku
telaga tempatku bermain
berenang dan menyelam
tempatku bertapa bersamamu
Sekian lama
Kaulah kawah
dari mana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi
yang tergelar lembut bagiku
melepas lelah dan nestapa
gunung yang menjaga mimpiku
siang dan malam
mata air yang tak brenti mengalir
membasahi dahagaku
telaga tempatku bermain
berenang dan menyelam
Kaulah,
ibu, laut dan langit
yang menjaga lurus horisonku
Kaulah, ibu, mentari dan rembulan
yang mengawal perjalananku
mencari jejak sorga
di telapak kakimu
yang menjaga lurus horisonku
Kaulah, ibu, mentari dan rembulan
yang mengawal perjalananku
mencari jejak sorga
di telapak kakimu
(Tuhan,
aku bersaksi
ibuku telah melaksanakan amantMu
menyampaikan kasihsayangMu
maka kasihilah ibuku
seperti Kau mengasihi
kekasih-kekasihMu
Amin).
aku bersaksi
ibuku telah melaksanakan amantMu
menyampaikan kasihsayangMu
maka kasihilah ibuku
seperti Kau mengasihi
kekasih-kekasihMu
Amin).
1414
NAZAR IBU DI KARBALA
pantulan mentari
senja dari kubah keemasan
mesjid dan makam sang cucu nabi
makin melembut
pada genangan
airmata ibu tua
bergulir-gulir
berkilat-kilat
seolah dijaga pelupuk
agar tak jatuh
indah warnanya
menghibur bocah berkaki satu
dalam gendongannya
tapi jatuh juga akhirnya
manik-manik bening berkilauan
menitik pecah
pada pipi manis kemerahan
puteranya
“ibu
menangis ya, kenapa?”
meski kehilangan satu kaki
bukankah ananda selamat kini
seperti yang ibu pinta?”
“airmata bahagia, anakku
kerna permohonan kita dikabulkan
kita ziarah kemari hari ini
memenuhi nazar ibumu.”
cahaya lembut masih memantul-mantul
dari kedua matanya
ketika sang ibu tiba-tiba brenti
berdiri tegak di pintu makam
menggumamkan salam:
“assalamu ‘alaika ya sibtha rasulillah
meski kehilangan satu kaki
bukankah ananda selamat kini
seperti yang ibu pinta?”
“airmata bahagia, anakku
kerna permohonan kita dikabulkan
kita ziarah kemari hari ini
memenuhi nazar ibumu.”
cahaya lembut masih memantul-mantul
dari kedua matanya
ketika sang ibu tiba-tiba brenti
berdiri tegak di pintu makam
menggumamkan salam:
“assalamu ‘alaika ya sibtha rasulillah
salam
bagimu, wahai cucu rasul
salam bagimu, wahai permata zahra.”
lalu dengan permatanya sendiri
dalam gendongannya
hati-hati maju selangkah-selangkah
menyibak para peziarah
yang begitu meriah
salam bagimu, wahai permata zahra.”
lalu dengan permatanya sendiri
dalam gendongannya
hati-hati maju selangkah-selangkah
menyibak para peziarah
yang begitu meriah
disentuhnya
dinding makam seperti tak sengaja
dan pelan-pelan dihadapkannya wajahnya ke kiblat
membisik munajat:
“terimakasih, tuhanku
dalam galau perang yang tak menentu
engkau hanya mengujiku
sebatas ketahananku
engkau hanya mengambil suami
gubuk kami
dan sebelah kaki
anakku
tak seberapa
dibanding cobamu
terhadap cucu rasulmu ini
engkau masih menjaga
kejernihan pikiran
dan kebeningan hati
tuhan,
kalau aku boleh meminta ganti
gantilah suami, gubuk, dan kaki anakku
dengan kepasrahan yang utuh
dan semangat yang penuh
untuk terus melangkah
pada jalan lurusmu
dan sadarkanlah manusia
agar tak terus menumpahkan darah
mereka sendiri sia-sia
tuhan,
inilah nazarku
terimalah.”
dan pelan-pelan dihadapkannya wajahnya ke kiblat
membisik munajat:
“terimakasih, tuhanku
dalam galau perang yang tak menentu
engkau hanya mengujiku
sebatas ketahananku
engkau hanya mengambil suami
gubuk kami
dan sebelah kaki
anakku
tak seberapa
dibanding cobamu
terhadap cucu rasulmu ini
engkau masih menjaga
kejernihan pikiran
dan kebeningan hati
tuhan,
kalau aku boleh meminta ganti
gantilah suami, gubuk, dan kaki anakku
dengan kepasrahan yang utuh
dan semangat yang penuh
untuk terus melangkah
pada jalan lurusmu
dan sadarkanlah manusia
agar tak terus menumpahkan darah
mereka sendiri sia-sia
tuhan,
inilah nazarku
terimalah.”
Karbala,
1409
CINTA IBU
Seorang
ibu mendekap anaknya yang
durhaka saat sekarat
airmatanya menetes-netes di wajah yang
gelap dan pucat
anaknya yang sejak di rahim diharap-
harapkan menjadi cahaya
setidaknya dalam dirinya
dan berkata anakku jangan risaukan dosa-
dosamu kepadaku
sebutlah namaNya, sebutlah namaNya.
Dari mulut si anak yang gelepotan lumpur
dan darah
terdengar desis mirip upaya sia-sia
sebelum semuanya terpaku
kaku.
durhaka saat sekarat
airmatanya menetes-netes di wajah yang
gelap dan pucat
anaknya yang sejak di rahim diharap-
harapkan menjadi cahaya
setidaknya dalam dirinya
dan berkata anakku jangan risaukan dosa-
dosamu kepadaku
sebutlah namaNya, sebutlah namaNya.
Dari mulut si anak yang gelepotan lumpur
dan darah
terdengar desis mirip upaya sia-sia
sebelum semuanya terpaku
kaku.
2000
KAU INI BAGAIMANA ATAU AKU HARUS
BAGAI MANA
Kau ini
bagaimana?
Kau bilang
Aku merdeka, Kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh Aku berpikir, Aku berpikir Kau tuduh Aku kapir
Kau suruh Aku berpikir, Aku berpikir Kau tuduh Aku kapir
Aku harus
bagaimana?
Kau bilang
bergeraklah, Aku bergerak Kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, Aku diam saja Kau waspadai
Kau bilang jangan banyak tingkah, Aku diam saja Kau waspadai
Kau ini
bagaimana?
Kau suruh
Aku pegang prinsip, Aku memegang prinsip Kau tuduh Aku kaku
Kau suruh Aku toleran Kau bilang Aku plin-plan
Kau suruh Aku toleran Kau bilang Aku plin-plan
Aku harus
bagaimana?
Aku Kau
suruh maju, Aku maju Kau srimpung kakiku
Kau suruh Aku bekerja, Aku bekerja Kau ganggu Aku
Kau suruh Aku bekerja, Aku bekerja Kau ganggu Aku
Kau ini
bagaimana?
Aku kau
suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku Kau suruh berdisiplin, Kau menyontohkan yang lain
Aku Kau suruh berdisiplin, Kau menyontohkan yang lain
Aku harus
bagaimana?
Kau bilang
Tuhan sangat dekat, Kau sendiri memanggilnya dengan pengeras suara tiap saat
Kau bilang Kau suka damai, Kau ajak Aku setiap hari bertikai
Kau bilang Kau suka damai, Kau ajak Aku setiap hari bertikai
Aku harus
bagaimana?
Aku Kau
suruh membangun, Aku membangun Kau merusaknya
Aku Kau suruh menabung, Aku menabung Kau menghabiskannya
Aku Kau suruh menabung, Aku menabung Kau menghabiskannya
Kau ini
bagaimana?
Kau suruh
Aku menggarap sawah, sawahku Kau tanami rumah-rumah
Kau bilang Aku harus punya rumah, Aku punya rumah Kau meratakannya dengan tanah
Kau bilang Aku harus punya rumah, Aku punya rumah Kau meratakannya dengan tanah
Kau ini
bagaimana?
Aku Kau
larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku Kau suruh bertanggung jawab, Kau sendiri terus berucap Wallahu a’lam bissawab
Aku Kau suruh bertanggung jawab, Kau sendiri terus berucap Wallahu a’lam bissawab
Kau ini
bagaimana?
Kau suruh
Aku jujur, Aku jujur Kau tipu Aku
Kau suruh Aku sabar, Aku sabar Kau injak tengkukku
Kau suruh Aku sabar, Aku sabar Kau injak tengkukku
Aku harus
bagaimana?
Aku Kau
suruh memliihmu sebagai wakilmu, sudah kupilih Kau bertindak semaumu
Kau bilang Kau selalu memikirkanku, Aku sapa saja Kau merasa terganggu
Kau bilang Kau selalu memikirkanku, Aku sapa saja Kau merasa terganggu
Kau ini
bagaimana?
Kau bilang
bicaralah, Aku bicara Kau bilang Aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, Aku bungkam Kau tuduh Aku apatis
Kau bilang jangan banyak bicara, Aku bungkam Kau tuduh Aku apatis
Aku harus
bagaimana?
Aku harus bagaimana?
Aku harus bagaimana?
Kau bilang
kritiklah, Aku kritik Kau marah
Kau bilang cari alternatifnya, Aku kasih alternatif Kau bilang jangan mendikte saja
Kau bilang cari alternatifnya, Aku kasih alternatif Kau bilang jangan mendikte saja
Kau ini
bagaimana?
Aku bilang
terserah Kau, Kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, Kau tak suka
Aku bilang terserah Aku, Kau memakiku
Aku bilang terserah kita, Kau tak suka
Aku bilang terserah Aku, Kau memakiku
Kau ini
bagaimana?
Aku harus bagaimana?
Aku harus bagaimana?
1987
NEGERI KEKELUARGAAN
meski
kalian tidak bersaksi
sejarah pasti akan mencatat dengan huruf-huruf besar
bukan karena inilah
negeri bagai zamrud yang amat indah
bukan karena inilah
negeri dengan kekayaan yang melimpah
dan rakyat paling ramah
tapi karena kalian telah membuatnya
menjadi negeri paling unik di dunia
sejarah pasti akan mencatat dengan huruf-huruf besar
bukan karena inilah
negeri bagai zamrud yang amat indah
bukan karena inilah
negeri dengan kekayaan yang melimpah
dan rakyat paling ramah
tapi karena kalian telah membuatnya
menjadi negeri paling unik di dunia
kalian
buat norma-norma sendiri yang unik
aturan-aturan sendiri yang unik
perilaku-perilaku sosial sendiri yang unik
budaya yang lain dari yang lain
aturan-aturan sendiri yang unik
perilaku-perilaku sosial sendiri yang unik
budaya yang lain dari yang lain
kalian
buat bangsa negeri ini
tampil beda dari bangsa-bangsa lain di muka bumi
kehidupan penuh makna kekeluargaan
yang harmonis, seragam dan serasi
dengan demokrasi keluarga
yang manis, rukun dan damai
tampil beda dari bangsa-bangsa lain di muka bumi
kehidupan penuh makna kekeluargaan
yang harmonis, seragam dan serasi
dengan demokrasi keluarga
yang manis, rukun dan damai
dalam
sistem negeri kekeluargaan
bapak sebagai kepala rumahtangga
memimpin dan mengatur segalanya
sampai akhir hayatnya
bagi kepentingan keluarganya
kepentingan keluarga adalah kepentingan semua
kepentingan keluarga adalah kepentingan bangsa dan negara
keluarga harus sejahtera
dan semua harus mensejahterakan keluarga
bapak sebagai kepala rumahtangga
memimpin dan mengatur segalanya
sampai akhir hayatnya
bagi kepentingan keluarganya
kepentingan keluarga adalah kepentingan semua
kepentingan keluarga adalah kepentingan bangsa dan negara
keluarga harus sejahtera
dan semua harus mensejahterakan keluarga
demi
kesejahteraan dan kemakmuran keluarga
kepala keluarga nerhak menentukan
sispa-siapa termasuk keluarga
berhak memutuskan dan membatalkan keputusan
berhak mengatasnamakan siapa saja
berhak mengumumkan dan menyembunyikan apa saja
kepala keluarga nerhak menentukan
sispa-siapa termasuk keluarga
berhak memutuskan dan membatalkan keputusan
berhak mengatasnamakan siapa saja
berhak mengumumkan dan menyembunyikan apa saja
kepala
keluarga demi keluarga
berhak atas laut dan dan udara
berhak atas air dan tanah
berhak atas sawah dan ladang
berhak atas hutan dan padang
berhak atas manuasia dan binatang
berhak atas laut dan dan udara
berhak atas air dan tanah
berhak atas sawah dan ladang
berhak atas hutan dan padang
berhak atas manuasia dan binatang
sejarah
pasti akan menulis dengan huruf-huruf besar
bahwa di suatu kurun waktu yang lama
pernah ada negeri kekeluargaan
yang sukses membina dan mempertahankan
kemakmuran dan kebahagiaan keluarga
bahwa di suatu kurun waktu yang lama
pernah ada negeri kekeluargaan
yang sukses membina dan mempertahankan
kemakmuran dan kebahagiaan keluarga
1997
NEGERI TEKA TEKI
jangan
tanya, tebak saja
jangan
tanya apa
jangan tanya siapa
jangan tanya mengapa
tebak saja
jangan tanya siapa
jangan tanya mengapa
tebak saja
jangan
tanya apa yang terjadi
apalagi apa yang ada di balik kejadian
karena disini yang ada memang
hanya kotak-kotak teka-teki silang
dan daftar pertanyaan-pertanyaan
apalagi apa yang ada di balik kejadian
karena disini yang ada memang
hanya kotak-kotak teka-teki silang
dan daftar pertanyaan-pertanyaan
jangan
tanya mengapa
yang disana dimanjakan
yang disini dihinakan,
tebak saja
jangan tanya siapa
membunuh buruh dan wartawan
siapa merenggut nyawa
yang dimuliakan Tuhan
jangan tanya mengapa,
tebak saja
yang disana dimanjakan
yang disini dihinakan,
tebak saja
jangan tanya siapa
membunuh buruh dan wartawan
siapa merenggut nyawa
yang dimuliakan Tuhan
jangan tanya mengapa,
tebak saja
jangan
tanya mengapa
yang disini selalu dibenarkan
yang disana selalu disalahkan
tebak saja
yang disini selalu dibenarkan
yang disana selalu disalahkan
tebak saja
jangan
tanya siapa
membakar hutan dan emosi rakyat
siapa melindungi penjahat keparat
jangan tanya mengapa,
tebak saja
membakar hutan dan emosi rakyat
siapa melindungi penjahat keparat
jangan tanya mengapa,
tebak saja
jangan
tanya mengapa
setiap kali terjadi kekeliruan
pertanggungjawabannya tak karuan
tebak saja
setiap kali terjadi kekeliruan
pertanggungjawabannya tak karuan
tebak saja
jangan
tanya siapa
beternak kambing hitam
untuk setiap kali dikorbankan
tebak saja
beternak kambing hitam
untuk setiap kali dikorbankan
tebak saja
jangan
tanya siapa
membungkam kebenaran
dan menyembunyikan fakta
siapa menyuburkan kemunafikan dan dusta
jangan tanya mengapa
tebak saja
membungkam kebenaran
dan menyembunyikan fakta
siapa menyuburkan kemunafikan dan dusta
jangan tanya mengapa
tebak saja
jangan
tanya siapa
jangan tanya mengapa
jangan tanya apa-apa
tebak saja
jangan tanya mengapa
jangan tanya apa-apa
tebak saja
Rembang –
Oktober 1997
SAJAK ATAS NAMA
ada yang
atas nama Tuhan melecehkan Tuhan
ada yang atas nama negara merampok negara
ada yang atas nama rakyat menindas rakyat
ada yang atas nama kemanusiaan memangsa manusia
ada yang atas nama negara merampok negara
ada yang atas nama rakyat menindas rakyat
ada yang atas nama kemanusiaan memangsa manusia
ada yang
atas nama keadilan meruntuhkan keadilan
ada yang atas nama persatuan merusak persatuan
ada yang atas nama perdamaian mengusik kedamaian
ada yang atas nama kemerdekaan memasung kemerdekaan
ada yang atas nama persatuan merusak persatuan
ada yang atas nama perdamaian mengusik kedamaian
ada yang atas nama kemerdekaan memasung kemerdekaan
maka atas
nama apa saja atau siapa saja
kirimkanlah laknat kalian
atau atas nama Ku
perangilah mereka dengan kasihsayang
kirimkanlah laknat kalian
atau atas nama Ku
perangilah mereka dengan kasihsayang
Rembang –
Agustus 1997
REFORMASI TERUS MELAJU
api terus
melalap kota dan hutan
bayi-bayi terus dikabarkan dibuang sembarangan
demam berdarah terus meminta korban
aktivis-aktivis terus dikabarkan hilang
perusahaan-perusahaan besar terus dibingungkan utang
menteri-menteri terus bernegosiasi dengan para pemilik piutang
bank-bank terus deg-degan
petinggi-petinggi negeri terus berusaha meyakinkan
negara-negara donor terus mempertimbangkan bantuan
ibu-ibu rumah tangga terus mengeluhkan harga bahan-bahan
toko-toko yang pintunya tak pro reformasi
terus jadi sasaran penjarahan
korupsi, kolusi dan nepotisme terus menjadi pembicaraan
pengamat terus mengkritik dan mempertanyakan
pakar-pakar terus berteori
mahasiswa terus berdemonstrasi
abri terus berjaga-jaga
politisi-politisi terus memasang kuda-kuda
ulama dan umara terus beristighatsah dan berdoa
modal dan moral terus terkikis
sembako dan kepercayaan terus menipis
harga-harga terus naik
rupiah yang dicintai terus melemah
orsospol-orsospol terus bengong
wakil-wakil rakyat terus tampak bloon
padahal pak harto sudah lengser keprabon
reformasi terus melaju
bayi-bayi terus dikabarkan dibuang sembarangan
demam berdarah terus meminta korban
aktivis-aktivis terus dikabarkan hilang
perusahaan-perusahaan besar terus dibingungkan utang
menteri-menteri terus bernegosiasi dengan para pemilik piutang
bank-bank terus deg-degan
petinggi-petinggi negeri terus berusaha meyakinkan
negara-negara donor terus mempertimbangkan bantuan
ibu-ibu rumah tangga terus mengeluhkan harga bahan-bahan
toko-toko yang pintunya tak pro reformasi
terus jadi sasaran penjarahan
korupsi, kolusi dan nepotisme terus menjadi pembicaraan
pengamat terus mengkritik dan mempertanyakan
pakar-pakar terus berteori
mahasiswa terus berdemonstrasi
abri terus berjaga-jaga
politisi-politisi terus memasang kuda-kuda
ulama dan umara terus beristighatsah dan berdoa
modal dan moral terus terkikis
sembako dan kepercayaan terus menipis
harga-harga terus naik
rupiah yang dicintai terus melemah
orsospol-orsospol terus bengong
wakil-wakil rakyat terus tampak bloon
padahal pak harto sudah lengser keprabon
reformasi terus melaju
Rembang –
1998
TEKA TEKI
binatang
apa kira-kira
yang hendak membangun istana
untuk kita semua
?
yang hendak membangun istana
untuk kita semua
?
1998
AKHIRNYA
akhirnya
api keserakahan kalian
membakar hutan belukar dan dendam
asapnya menyesakkan napas
berjuta-juta manuasia
memedihkan mata mereka
membakar hutan belukar dan dendam
asapnya menyesakkan napas
berjuta-juta manuasia
memedihkan mata mereka
akhirnya
kalian harus memetik hasil
dari apa yang kalian ajarkan
ribuan orang kini telah pandai
meniru kalian menjarah apa saja
yang tersisa dari sehabis jarahan kalian
beberapa tokoh sudah pandai meniru kalian
menyembunyikan gombal kepentingan
dalam retorika yang dimanis-maniskan
dari apa yang kalian ajarkan
ribuan orang kini telah pandai
meniru kalian menjarah apa saja
yang tersisa dari sehabis jarahan kalian
beberapa tokoh sudah pandai meniru kalian
menyembunyikan gombal kepentingan
dalam retorika yang dimanis-maniskan
akhirnya
kalian harus membayar
kemerdekaan dan kedamaian
yang selama ini kalian curi dari kami
kepercayaan yang selama ini
kalian lecehkan
kemerdekaan dan kedamaian
yang selama ini kalian curi dari kami
kepercayaan yang selama ini
kalian lecehkan
1998
KEMBALIKAN MAKNA PANCASILA
selama ini
di depan kami
terus kalian singkat-singkat pancasila
karena kalian takut ketauan
sila-sila yang kalian maksud
sila-sila yang kalian anut
tidak sebagaimana yang kalian tatarkan
kepentingan-kepentingan sempit sesaat
telah terlalu jauh menyeret kalian
maka pancasila kalian pun selama ini adalah :
KESETANAN YANG MAHA PERKASA
KEBINATANGAN YANG DEGIL DAN BIADAB
PERSETERUAN INDONESIA
KEKUASAAN YANG DIPIMPIN OLEH MIKMAT KEPENTINGAN
DALAM KEKERABATAN / PERKAWANAN
KELALIMAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
terus kalian singkat-singkat pancasila
karena kalian takut ketauan
sila-sila yang kalian maksud
sila-sila yang kalian anut
tidak sebagaimana yang kalian tatarkan
kepentingan-kepentingan sempit sesaat
telah terlalu jauh menyeret kalian
maka pancasila kalian pun selama ini adalah :
KESETANAN YANG MAHA PERKASA
KEBINATANGAN YANG DEGIL DAN BIADAB
PERSETERUAN INDONESIA
KEKUASAAN YANG DIPIMPIN OLEH MIKMAT KEPENTINGAN
DALAM KEKERABATAN / PERKAWANAN
KELALIMAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
dan sorga
kamipun menjadi neraka
di depan dunia
ibu pertiwi menangis memilukan
merahputihnya di cabik-cabik
anak-anaknya sendiri bagai serigala
menjarah dan memperkosanya
di depan dunia
ibu pertiwi menangis memilukan
merahputihnya di cabik-cabik
anak-anaknya sendiri bagai serigala
menjarah dan memperkosanya
o, gusti
kebiadaban apa ini ?
o, azab apa ini ?
gusti,
sampai memohon ampun kepada Mu pun
kami tak berani lagi
o, azab apa ini ?
gusti,
sampai memohon ampun kepada Mu pun
kami tak berani lagi
1998
KINILAH SAATNYA BERTERUS TERANG
setelah
sekian lama
kita dihimpit gelap kabut
ditindih rasa takut
setelah sekian lama
kita digoncang deru angin
setelah semua kata-kata
hanya menggumpal dalam dada
setelah semua merasa lara
kinilah saatnya berterus terang
jangan tutupi kebenaran
agar dunia tetap terang
jangan tutupi kesalahan
biar dada tetap lapang
kinilah saatnya berterus terang
kita dihimpit gelap kabut
ditindih rasa takut
setelah sekian lama
kita digoncang deru angin
setelah semua kata-kata
hanya menggumpal dalam dada
setelah semua merasa lara
kinilah saatnya berterus terang
jangan tutupi kebenaran
agar dunia tetap terang
jangan tutupi kesalahan
biar dada tetap lapang
kinilah saatnya berterus terang
jangan
biarkan rasa takut
membuatmu menjadi munafik dan pengecut
cahaya kebenaran telah datang
kinilah saatnya berterus terang
membuatmu menjadi munafik dan pengecut
cahaya kebenaran telah datang
kinilah saatnya berterus terang
marilah
kita bicara laiknya saudara
jangan lagi kita biarkan
kepentingan merekayasa kita
menyumbat makna
tumpukan kata menyuburkan dendam
tumpukan keluhan meledakkan dada
dan akhirnya dendam membakar segalanya
jangan lagi kita biarkan
kepentingan merekayasa kita
menyumbat makna
tumpukan kata menyuburkan dendam
tumpukan keluhan meledakkan dada
dan akhirnya dendam membakar segalanya
kinilah
saatnya berterus terang
setelah sekian lama
kita saling terkam bagai serigala
masihkah tersisa kemanusiaan kita ?
setelah sekian lama
kebencian antara kita membara
masihkan kita bersaudara ?
setelah sekian lama
kita saling terkam bagai serigala
masihkah tersisa kemanusiaan kita ?
setelah sekian lama
kebencian antara kita membara
masihkan kita bersaudara ?
1998
GELOMBANG GELAP
gelombang
gelap menyapu negeriku
memedihkan mata dan hatiku
memedihkan mata dan hatiku
siapa
kalian menggiring gelap
atas panorama bumiku yang elok gemerlap
?
atas panorama bumiku yang elok gemerlap
?
kenikmatan
apa yang kalian cari
maka segala milik kami
kalian curi
hingga secercah harapan yang tersisa
pada kami
?
maka segala milik kami
kalian curi
hingga secercah harapan yang tersisa
pada kami
?
kalian
bakar hutan dan dendam
hingga kobarannya sampai kini
tak kunjung padam
gelombang gelap menyapu negeriku
mengacaukan akal sehat
orang-orang waras
menghentikan kesibukan kerja para pekerja
merusuhkan belaian kasih sayang para penyayang
menjauhkan keakraban saudara dengan saudara
mengganggu keasyikan bermain bocah-bocah
mengusik kekhusukan para mukmin beribadah
hingga kobarannya sampai kini
tak kunjung padam
gelombang gelap menyapu negeriku
mengacaukan akal sehat
orang-orang waras
menghentikan kesibukan kerja para pekerja
merusuhkan belaian kasih sayang para penyayang
menjauhkan keakraban saudara dengan saudara
mengganggu keasyikan bermain bocah-bocah
mengusik kekhusukan para mukmin beribadah
gelombang
gelap menyapu negeriku
Tuhan, ampunilah kami
yang tanpa sadar ikut memperpekat gelap
yang mereka giring kemari
dan datanglah kembali
dengan maha cahya Mu
Tuhan, ampunilah kami
yang tanpa sadar ikut memperpekat gelap
yang mereka giring kemari
dan datanglah kembali
dengan maha cahya Mu
1998
TAHTA
tahta dan
singgasana tempatnya di istana
uang dan emas tempatnya di brankas
rumah dan sawah tempatnya di tanah
padi dan jagung tempatnya di lumbung
ternak dan kuda tunggang tempatnya di kandang
barang-barang tempatnya di gudang
jangan ditempatkan di hari !
uang dan emas tempatnya di brankas
rumah dan sawah tempatnya di tanah
padi dan jagung tempatnya di lumbung
ternak dan kuda tunggang tempatnya di kandang
barang-barang tempatnya di gudang
jangan ditempatkan di hari !
DI LUAR HENING LANGIT
di luar
hening langit meredam
ronta tangisku atas kehidupan penuh dendam
ketika nurani menagih janji
ketika kemerdekaan menuntut tanggung jawab
pada kekuasaan yang membantai kemanusiaan
pada kepemimpinan yang menyia-nyiakan kesetiaan
pada kekuatan yang memanfaatkan kesabaran
pada keserakahan yang menghina keadilan
ternyata angkara masih saja ikut bicara
o, hening langit
beri kami keindahan bulanmu
untuk menghias batin kami
beri kami cerah mentarimu
untuk mengusir awan gelap pikiran kami
beri kami hening bintang-bintang mu
untuk menerbitkan kearifan diri kami
o, hening langit
ajarilah kami meredam dendam
agar keadilan dan kebenaran sendiri tegak
bagai takdir yang tak tertolak
amin
ronta tangisku atas kehidupan penuh dendam
ketika nurani menagih janji
ketika kemerdekaan menuntut tanggung jawab
pada kekuasaan yang membantai kemanusiaan
pada kepemimpinan yang menyia-nyiakan kesetiaan
pada kekuatan yang memanfaatkan kesabaran
pada keserakahan yang menghina keadilan
ternyata angkara masih saja ikut bicara
o, hening langit
beri kami keindahan bulanmu
untuk menghias batin kami
beri kami cerah mentarimu
untuk mengusir awan gelap pikiran kami
beri kami hening bintang-bintang mu
untuk menerbitkan kearifan diri kami
o, hening langit
ajarilah kami meredam dendam
agar keadilan dan kebenaran sendiri tegak
bagai takdir yang tak tertolak
amin
1418
DOA
kami tak
berani menatap langit
bumi yang terbaring
terus mengerang
menghisap air mata kami
bumi yang terbaring
terus mengerang
menghisap air mata kami
( tapi tak
menghilangkan, sayang
bahkan menambah dahaga )
bahkan menambah dahaga )
SELAMA INI DI NEGERIMU
selama ini
di negerimu
manuasia tak punya tempat
kecuali di pinggir-pinggir sejarah yang mampat
manuasia tak punya tempat
kecuali di pinggir-pinggir sejarah yang mampat
inilah
negeri paling aneh
dimana keserakahan dimapankan
kekuasaan dikerucutkan
kemunafikan dibudayakan
telinga-telinga disumbat harta dan martabat
mulut-mulut dibungkam iming-iming dan ancaman
dimana keserakahan dimapankan
kekuasaan dikerucutkan
kemunafikan dibudayakan
telinga-telinga disumbat harta dan martabat
mulut-mulut dibungkam iming-iming dan ancaman
orang-orang
penting yang berpesta setiap hari
membiarkan leher-leher mereka dijerat dasi
agar hanya bisa mengangguk dengan tegas
berpose dengan gagah
di depan kamera otomatis yang gagu
membiarkan leher-leher mereka dijerat dasi
agar hanya bisa mengangguk dengan tegas
berpose dengan gagah
di depan kamera otomatis yang gagu
inilah
negeri paling aneh
negeri adiluhung yang mengimpor
majikan asing dan sampah
negeri berbudaya yang mengekspor
babu-babu dan asap
negeri yang sangat sukses
menernakkan kambing hitam dan tikus-tikus
negeri yang akngkuh dengan utang-utang
yang tak terbayar
negeri teka-teki penuh misteri
negeri adiluhung yang mengimpor
majikan asing dan sampah
negeri berbudaya yang mengekspor
babu-babu dan asap
negeri yang sangat sukses
menernakkan kambing hitam dan tikus-tikus
negeri yang akngkuh dengan utang-utang
yang tak terbayar
negeri teka-teki penuh misteri
selama ini
di negeri mu
kebenaran ditaklukkan
oleh rasa takut dan ambisi
keadilan ditundukkan
oleh kekuasaan dan kepentingan
nurani dilumpuhkan
oleh nafsu dan angkara
kebenaran ditaklukkan
oleh rasa takut dan ambisi
keadilan ditundukkan
oleh kekuasaan dan kepentingan
nurani dilumpuhkan
oleh nafsu dan angkara
selama ini
di negeri mu
manusia hanya bisa
mengintip masalahnya dibicarakan
menghabiskan anggaran
oleh entah siapa
yang hanya berkepentingan
terhadap anggaran
dan dirinya sendiri
manusia hanya bisa
mengintip masalahnya dibicarakan
menghabiskan anggaran
oleh entah siapa
yang hanya berkepentingan
terhadap anggaran
dan dirinya sendiri
selama ini
di negeri mu
anginpun menjadi badai
matahari bersembunyi
bulan dan bintang tenggelam
burung-burung mati
bunga-bunga layu sebelum berkembang
dan tembang menjadi sumbang
puisi menjadi tak indah lagi
anginpun menjadi badai
matahari bersembunyi
bulan dan bintang tenggelam
burung-burung mati
bunga-bunga layu sebelum berkembang
dan tembang menjadi sumbang
puisi menjadi tak indah lagi
yang
tersisa tinggal doa
dalam rintihan
mereka yang tersia-sia
dan teraniaya
untunglah Allah Yang Maha Tahu
masih berkenan memberi waktu
kepadamu untuk memperbaiki negerimu
dari kampus-kampusmu yang terkucil
Ia mengirim burung-burung ababil
menghujani segala yang batil
dengan batu-batu membakar dari sijjil
dan pasukan bergajah abradah kerdil
bagai daun-daun dimakan ulat
beruntuhan menggigil
dalam rintihan
mereka yang tersia-sia
dan teraniaya
untunglah Allah Yang Maha Tahu
masih berkenan memberi waktu
kepadamu untuk memperbaiki negerimu
dari kampus-kampusmu yang terkucil
Ia mengirim burung-burung ababil
menghujani segala yang batil
dengan batu-batu membakar dari sijjil
dan pasukan bergajah abradah kerdil
bagai daun-daun dimakan ulat
beruntuhan menggigil
di negeri
mu
kini telah menyingsing fajar peradaban baru
jangan tunggu, ambil posisi mu
proklamasikan kembali
kemerdekaan negeri mu
kini telah menyingsing fajar peradaban baru
jangan tunggu, ambil posisi mu
proklamasikan kembali
kemerdekaan negeri mu
Rembang,
1998
JADI APA LAGI
jadi apa
lagi
yang bisa kita lakukan
bila mata sengaja dipejamkan
telinga sengaja ditulikan
nurani mati rasa
?
yang bisa kita lakukan
bila mata sengaja dipejamkan
telinga sengaja ditulikan
nurani mati rasa
?
apalagi
yang bisa kita lakukan
bila kepentingan lepas dari kendali
hak lepas dari tanggung jawab
perilaku lepas dari rasa malu
pergaulan lepas dari persaudaraan
akal lepas dari budi
?
yang bisa kita lakukan
bila kepentingan lepas dari kendali
hak lepas dari tanggung jawab
perilaku lepas dari rasa malu
pergaulan lepas dari persaudaraan
akal lepas dari budi
?
apalagi
yang bisa kita lakukan
bila pernyataan lepas dari kenyataan
janji lepas dari bukti
hukum lepas dari keadilan
kebijakan kepas dari kebijaksanaan
kekuasaan lepas dari koreksi
?
yang bisa kita lakukan
bila pernyataan lepas dari kenyataan
janji lepas dari bukti
hukum lepas dari keadilan
kebijakan kepas dari kebijaksanaan
kekuasaan lepas dari koreksi
?
apalagi
yang bisa kita lakukan
bila kata kehilangan makna
kehidupan kehilangan sukma
manusia kehilangan kemanusiaannya
agama kehilangan Tuhan nya
?
yang bisa kita lakukan
bila kata kehilangan makna
kehidupan kehilangan sukma
manusia kehilangan kemanusiaannya
agama kehilangan Tuhan nya
?
apalagi,
saudara
yang bisa
kita lakukan
?
yang bisa
kita lakukan
?
Allah,
kalau saja itu semua
bukan kemurkaan dari Mu terhadap kami
kami tak peduli
kalau saja itu semua
bukan kemurkaan dari Mu terhadap kami
kami tak peduli
Rembang,
awal Dzulhijjah 1418 / 1998
RASANYA BARU KEMARIN
( Versi VI )
( Versi VI )
rasanya
baru kemarin bung karno dan bung hatta
atas nama kita menyiarkan dengan seksama
kemerdekaan kita di hadapan dunia
rasanya
gaung pekik merdeka kita
masih memantul-mantul
tidak hanya dari mulut-mulut jurkam pdi saja
rasanya
baru kemarin
padahal sudah lima puluh tiga tahun lamanya
baru kemarin bung karno dan bung hatta
atas nama kita menyiarkan dengan seksama
kemerdekaan kita di hadapan dunia
rasanya
gaung pekik merdeka kita
masih memantul-mantul
tidak hanya dari mulut-mulut jurkam pdi saja
rasanya
baru kemarin
padahal sudah lima puluh tiga tahun lamanya
pelaku-pelaku
sejarah yang nista dan yang mulia
sudah banyak yang tiada
penerus-penerusnya sudah banyak yang berkuasa
atau berusaha
tokoh-tokoh pujaan maupun cercaan bangsa
taruna-taruna sudah banyak yang jadi
petinggi negeri
mahasiswa-mahasiswa yang dulu suka berdemonstrasi
sudah banyak yang jadi menteri
sudah banyak yang tiada
penerus-penerusnya sudah banyak yang berkuasa
atau berusaha
tokoh-tokoh pujaan maupun cercaan bangsa
taruna-taruna sudah banyak yang jadi
petinggi negeri
mahasiswa-mahasiswa yang dulu suka berdemonstrasi
sudah banyak yang jadi menteri
rasanya
baru kemarin
padahal sudah lebih setengah abad lamanya
negara sudah semakin kuat
rakyat sudah semakin terdaulat
baru kemarin
padahal sudah lebih setengah abad lamanya
negara sudah semakin kuat
rakyat sudah semakin terdaulat
pembangunan
ekonomi kita sudah sedemikian laju
semakin jauh meninggalkan pembangunan akhlak
yang tak kunjung maju
anak-anak kita sudah semakin mekar tubuhnya
bapak-bapak kita sudah semakin besar perutnya
semakin jauh meninggalkan pembangunan akhlak
yang tak kunjung maju
anak-anak kita sudah semakin mekar tubuhnya
bapak-bapak kita sudah semakin besar perutnya
rasanya
baru kemarin
padahal sudah lima puluh tiga tahun kita merdeka
kemajuan sudah menyeret dan mengurai
pelukan kasih banyak ibu-bapa
dari anak-anak kandung mereka
kemakmuran duniawi sudah menutup mata
banyak saudara terhadap saudaranya
padahal sudah lima puluh tiga tahun kita merdeka
kemajuan sudah menyeret dan mengurai
pelukan kasih banyak ibu-bapa
dari anak-anak kandung mereka
kemakmuran duniawi sudah menutup mata
banyak saudara terhadap saudaranya
daging
sudah lebih tinggi harganya
dibanding ruh dan jiwa
tanda gambar sudah lebih besar pengaruhnya
dari bendera merah putih dan lambang garuda
pejuang marsinah sudah berkali-kali
kuburnya digali tanpa perkaranya terbongkar
preman-preman sejati sudah berkali-kali
diselidiki dan berkas-berkasnya selalu terbakar
dibanding ruh dan jiwa
tanda gambar sudah lebih besar pengaruhnya
dari bendera merah putih dan lambang garuda
pejuang marsinah sudah berkali-kali
kuburnya digali tanpa perkaranya terbongkar
preman-preman sejati sudah berkali-kali
diselidiki dan berkas-berkasnya selalu terbakar
rasanya
baru kemarin
padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka
pahlawan-pahlawan idola bangsa
seperti diponegoro
imam bonjol dan sisingamangaraja
sudah dikalahkan oleh ksatria baja hitam
dan kura-kura ninja
baru kemarin
padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka
pahlawan-pahlawan idola bangsa
seperti diponegoro
imam bonjol dan sisingamangaraja
sudah dikalahkan oleh ksatria baja hitam
dan kura-kura ninja
banyak
orang pandai sudah semakin linglung
banyak orang bodoh sudah semakin bingung
banyak orang kaya sudah semakin kekurangan
banyak orang miskin sudah semakin kecurangan
banyak orang bodoh sudah semakin bingung
banyak orang kaya sudah semakin kekurangan
banyak orang miskin sudah semakin kecurangan
rasanya
baru kemarin
baru kemarin
banyak
ulama sudah semakin dekat kepada pejabat
banyak pejabat sudah semakin erat dengan konglomerat
banyak wakil rakyat sudah semakin jauh dari umat
banyak nurani dan akal budi sudah semakin sekarat
banyak pejabat sudah semakin erat dengan konglomerat
banyak wakil rakyat sudah semakin jauh dari umat
banyak nurani dan akal budi sudah semakin sekarat
( hari ini
ingin rasanya
aku bertanya kepada mereka semua
sudahkah kalian
benar-benar merdeka ? )
aku bertanya kepada mereka semua
sudahkah kalian
benar-benar merdeka ? )
rasanya
baru kemarin
baru kemarin
tokoh-tokoh
angkatan 45 sudah banyak yang koma
tokoh-tokoh angkatan 66 sudah banyak yang terbenam
tokoh-tokoh angkatan 66 sudah banyak yang terbenam
rasanya
baru kemarin
baru kemarin
negeri
zamrud katulistiwaku yang manis
sudah terbakar habis
dilalap krisis demi krisis
mereka yang kemarin menikmati pembangunan
sudah banyak yang bersembunyi meninggalkan beban
mereka yang kemarin mencuri kekayaan negeri
sudah meninggalkan utang dan lari mencari selamat sendiri
sudah terbakar habis
dilalap krisis demi krisis
mereka yang kemarin menikmati pembangunan
sudah banyak yang bersembunyi meninggalkan beban
mereka yang kemarin mencuri kekayaan negeri
sudah meninggalkan utang dan lari mencari selamat sendiri
rasanya
baru kemarin
padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka
padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka
mahasiswa-mahasiswa
penjaga nurani
sudah kembali mendobrak tirani
para oportunis pun mulai bertampilan
berebut menjadi pahlawan
politisi-politisi pensiunan
sudah bangkit kembali
partai-partai politik sudah bermunculan
dalam reinkarnasi
sudah kembali mendobrak tirani
para oportunis pun mulai bertampilan
berebut menjadi pahlawan
politisi-politisi pensiunan
sudah bangkit kembali
partai-partai politik sudah bermunculan
dalam reinkarnasi
rasanya
baru kemarin
baru kemarin
tokoh-tokoh
orde lama sudah banyak yang mulai menjelma
tokoh-tokoh orde baru sudah banyak yang mulai menyaru
tokoh-tokoh orde baru sudah banyak yang mulai menyaru
rasanya
baru kemarin
baru kemarin
pak harto
sudah tidak menjadi tuhan lagi
bayang-bayangnya sudah berani persi sendiri
mester habibie sudah memberanikan diri
menjadi presiden transisi
bung harmoko sudah tak lagi
mengikuti petunjuk dan mendominasi televisi
gus dur muali siap madeg pandita
ustadz amin rais sudah siap jadi sang nata
mbak mega sudah mulai agak lega
mas surjadi sudah mulai jaga-jaga
bayang-bayangnya sudah berani persi sendiri
mester habibie sudah memberanikan diri
menjadi presiden transisi
bung harmoko sudah tak lagi
mengikuti petunjuk dan mendominasi televisi
gus dur muali siap madeg pandita
ustadz amin rais sudah siap jadi sang nata
mbak mega sudah mulai agak lega
mas surjadi sudah mulai jaga-jaga
( hari ini
rasanya aku bertanya kepada mereka semua bagaimana rasanya merdeka )
rasanya
baru kemarin
padahal sudah lima puluh tiga tahun kita merdeka
padahal sudah lima puluh tiga tahun kita merdeka
para
jendral dan pejabat sudah saling mengadili
para reformis dan masyarakat sudah nyaris tak terkendali
para reformis dan masyarakat sudah nyaris tak terkendali
mereka
kemarin yang dijarah
sudah mulai pandai meniru menjarah
mereka yang perlu direformasi
sudah mulai fasih meneriakkan reformasi
mereka yang kemarin dipaksa-paksa
sudah mulai berani mencoba memaksa
mereka yang kemarin dipojokkan
sudah mulai belajar memojokkan
sudah mulai pandai meniru menjarah
mereka yang perlu direformasi
sudah mulai fasih meneriakkan reformasi
mereka yang kemarin dipaksa-paksa
sudah mulai berani mencoba memaksa
mereka yang kemarin dipojokkan
sudah mulai belajar memojokkan
rasanya
baru kemarin
orangtuaku sudah lama pergi bertapa
anak-anakku sudah pergi berkelana
kakakku sudah menjadi politikus
aku sendiri sudah menjadi tikus
orangtuaku sudah lama pergi bertapa
anak-anakku sudah pergi berkelana
kakakku sudah menjadi politikus
aku sendiri sudah menjadi tikus
( hari ini
setelah lima puluh tiga tahun kita merdeka
ingin rasanya aku mengajak kembali
mereka semua yang kucinta
untuk mensyukuri lebih dalam lagi
rahmat kemerdekaan ini
dengan mereformasi dan meretas belenggu tirani
diri sendiri
bagi merahmati sesama )
setelah lima puluh tiga tahun kita merdeka
ingin rasanya aku mengajak kembali
mereka semua yang kucinta
untuk mensyukuri lebih dalam lagi
rahmat kemerdekaan ini
dengan mereformasi dan meretas belenggu tirani
diri sendiri
bagi merahmati sesama )
rasanya
baru kemarin
ternyata sudah lima puluh tiga tahun kita merdeka
ternyata sudah lima puluh tiga tahun kita merdeka
( ingin
rasanya
aku sekali lagi menguak angkasa
dengan pekik yang lebih perkasa :
merdeka ! )
aku sekali lagi menguak angkasa
dengan pekik yang lebih perkasa :
merdeka ! )
8 Agustus
1998
CINTAMU
bukankah
aku sudah mengatakan kepadamu kemarilah
rengkuh aku dengan sepenuh jiwamu
datanglah aku akan berlari menyambutmu
tapi kau terus sibuk dengan dirimu
kalaupun datang kau hanya menciumi pintu rumahku
tanpa meski sekedar melongokku
kau hanya membayangkan dan menggambarkan diriku
lalu kau rayu aku dari kejauhan
kau merayu dan memujaku
bukan untuk mendapatkan cintaku
tapi sekedar memuaskan egomu
kau memarahi mereka
yang berusaha mendekatiku
seolah olah aku sudah menjadi kekasihmu
apakah karena kau cemburu buta
atau takut mereka lebih tulus mencintaiku
Pulanglah ke dirimuaku tak kemana mana
rengkuh aku dengan sepenuh jiwamu
datanglah aku akan berlari menyambutmu
tapi kau terus sibuk dengan dirimu
kalaupun datang kau hanya menciumi pintu rumahku
tanpa meski sekedar melongokku
kau hanya membayangkan dan menggambarkan diriku
lalu kau rayu aku dari kejauhan
kau merayu dan memujaku
bukan untuk mendapatkan cintaku
tapi sekedar memuaskan egomu
kau memarahi mereka
yang berusaha mendekatiku
seolah olah aku sudah menjadi kekasihmu
apakah karena kau cemburu buta
atau takut mereka lebih tulus mencintaiku
Pulanglah ke dirimuaku tak kemana mana
BILA KUTITIPKAN
Bila
kutitipkan dukaku pada langit
Pastilah langit memanggil mendung
Pastilah langit memanggil mendung
Bila
kutitipkan resahku pada angin
Pastilah angin menyeru badai
Pastilah angin menyeru badai
Bila
kutitipkan geramku pada laut
Pastilah laut menggiring gelombang
Pastilah laut menggiring gelombang
Bila
kutitipkan dendamku pada gunung
Pastilah gunung meluapkan api. Tapi
Pastilah gunung meluapkan api. Tapi
Kan
kusimpan sendiri mendung dukaku
Dalam langit dadaku
Dalam langit dadaku
Kusimpan
sendiri badai resahku
Dalam angin desahku
Dalam angin desahku
Kusimpan
sendiri gelombang geramku
Dalam laut pahamku
Dalam laut pahamku
Kusimpan
sendiri.
Demikian postingan kali ini, semoga
bisa bermanfaat bagi yang sedang mencari kumpulan puisi KH. A. Mustofa Bisri.
Wassalamu’alaikum….
Dari berbagai sumber.
0 Response to "Kumpulan Puisi KH. A. Mustofa Bisri"
Posting Komentar