Kumpulan Puisi Emha Ainun Nadjib - Assalamu’alaikum… Selamat pagi, selamat berjumpa lagi dengan blog MJ Brigaseli. Pada kesempatan
di pagi ini saya akan mencoba berbagi tentang kumpulan puisi Emha Ainun Nadjib. Langsung saja ya….
Muhammad Ainun Nadjib
atau biasa dikenal Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun, lahir di Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953
adalah seorang budayawan dan tokoh intelektual berkebangsaan Indonesia yang
mengusung napas Islami. Menjelang kejatuhan pemerintahan Soeharto. Cak Nun
merupakan salah satu tokoh yang diundang ke Istana Merdeka untuk dimintakan
nasihatnya yang kemudian kalimatnya diadopsi oleh Soeharto berbunyi "Ora
dadi presiden ora patheken". Emha juga dikenal sebagai seniman, budayawan,
penyair, dan pemikir yang menularkan gagasannya melalui buku-buku yang
ditulisnya.
Anak keempat dari 15
bersaudara ini pernah menjalani pendidikan di Pondok Modern Gontor-Ponorogo dan
menamatkan pendidikannya di SMA Muhammadiyah I Yogyakarta. Namun pendidikan
formalnya di UGM, tepatnya di Fakultas Ekonomi, hanya mampu Cak Nun selesaikan
1 semester saja.
Sebelum menikah dengan
Novia Kolopaking, Cak Nun pernah menukah dan dikaruniai seorang anak yang
merupakan vokalis dari grup band Letto, Noe. Sedangkan dari pernikahannya
dengan Novia, Cak Nun dikaruniai empat anak.
Pada bulan Maret 2011, Cak
Nun memperoleh Penghargaan Satyalancana Kebudayaan 2010 dari Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik,
Penghargaan Satyalancana Kebudayaan diberikan kepada seseorang yang memiliki
jasa besar di bidang kebudayaan dan mampu melestarikan kebudayaan daerah atau
nasional serta hasil karyanya berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa,
dan negara.
Cak Nun belajar sastra
pada guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya
misterius, dengan merantau di Malioboro, Yogyakarta antara tahun 1970-1975. Ia
pun gemar menekuni beberapa pementasan teater yang berhasil digelarnya. Cak Nun
juga pernah mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International
Writing Program di Universitas Iowa, AS (1984), Festival Penyair Internasional
di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman
(1985).
Selain teater, Cak Nun
juga adalah seorang penulis buku dan aktif di kelompok musik arahannya, Musik
Kiai Kanjeng, yang selalu membawakan lagu-lagu sholawat nabi dan syair-syair
religius yang bertema dakwah. Selain itu, Cak Nun rutin menjadi narasumber
pengajian bulanan dengan komunitas Masyarakat Padang Bulan di berbagai daerah.
MEMECAH
MENGUTUHKAN
Kerja dan fungsi
memecah manusia
Sujud sembahyang
mengutuhkannya
Ego dan nafsu
menumpas kehidupan
Oleh cinta nyawa
dikembalikan
Lengan tanganmu
tanggal sebelah
Karena siang hari
politik yang gerah
Deru mesin ekonomi
membekukan tubuhmu
Cambuk impian
membuat jiwamu jadi hantu
Suami dan istri
tak saling mengabdi
Tak mengalahkan
atau memenangi
Keduanya adalah
sahabat bergandengan tangan
Bersama-sama
mengarungi jejak Tuhan
Kalau berpacu
mempersaingkan hari esok
Jangan lupakan
cinta di kandungan cakrawala
Kalau cemas karena
diiming-imingi tetangga
Berkacalah pada
sunyi di gua garba rahasia
(1987)
KITA
MASUKI PASAR RIBA
Kita pasar riba
Medan perang
keserakahan
Seperti ikan dalam
air tenggelam
Tak bisa ambil
jarak
Tak tahu langit
Ke kiri dosa ke
kanan dusta
Bernapas air
Makan minum air
Darah riba
mengalir
Kita masuki pasar
riba
Menjual diri dan
Tuhan
Untuk membeli
hidup yang picisan
Telanjur jadi uang
recehan
Dari putaran riba
politik dan ekonomi
Sistem yang
membunuh sebelum mati
Siapakah kita ?
Wajah tak menentu
jenisnya
Tiap saat berganti
nama
Tegantung
kepentingannya apa
Tergantung rugi
atu laba Kita pilih kepada siapa
tertawa
(1987)
SERIBU
MASJID SATU JUMLAHNYA
Satu
Masjid itu dua
macamnya
Satu ruh, lainnya
badan
Satu di atas tanah
berdiri
Lainnya bersemayam
di hati
Tak boleh hilang
salah satunyaa
Kalau ruh
ditindas, masjid hanya batu
Kalau badan tak
didirikan, masjid hanya hantu
Masing-masing
kepada Tuhan tak bisa bertamu
Dua
Masjid selalu dua
macamnya
Satu terbuat dari
bata dan logam
Lainnya tak
terperi
Karena sejati
Tiga
Masjid batu bata
Berdiri di
mana-mana
Masjid sejati tak
menentu tempat tinggalnya
Timbul tenggelam
antara ada dan tiada
Mungkin di hati
kita
Di dalam jiwa, di
pusat sukma
Membisikkannama
Allah ta’ala
Kita diajari
mengenali-Nya
Di dalam masjid
batu bata
Kita melangkah,
kemudian bersujud
Perlahan-lahan
memasuki masjid sunyi jiwa
Beriktikaf, di
jagat tanpa bentuk tanpa warna
Empat
Sangat mahal biaya
masjid badan
Padahal temboknya
berlumut karena hujan
Adapun masjid ruh
kita beli dengan ketakjuban
Tak bisa lapuk
karena asma-Nya kita zikirkan
Masjid badan
gmpang binasa
Matahari
mengelupas warnanya
Ketika datang
badai, beterbangan gentingnya
Oleh gempa ambruk
dindingnya
Masjid ruh
mengabadi
Pisau tak sanggup
menikamnya
Senapan tak bisa
membidiknya
Politik tak mampu
memenjarakannya
Lima
Masjid ruh kita
baw ke mana-mana
Ke sekolah,
kantor, pasar dan tamasya
Kita bawa naik
sepeda, berjejal di bis kota
Tanpa seorang pun
sanggup mencopetnya
Sebab tangan
pencuri amatlah pendeknya
Sedang masjid ruh
di dada adalah cakrawala
Cengkeraman tangan
para penguasa betapa kerdilnya
Sebab majid ruh
adalah semesta raya
Jika kita berumah
di masjid ruh
Tak kuasa para
musuh melihat kita
Jika kita terjun memasuki
genggaman-Nya
Mereka menembak
hanya bayangan kita
Enam
Masjid itu dua
macamnya
Masjid badan
berdiri kaku
Tak bisa digenggam
Tak mungkin kita
bawa masuk kuburan
Adapun justru
masjid ruh yang mengangkat kita
Melampaui ujung
waktu nun di sana
Terbang melintasi
seribu alam seribu semesta
Hinggap di
keharibaan cinta-Nya
Tujuh
Masjid itu dua
macamnya
Orang yang hanya
punya masjid pertama
Segera mati
sebelum membusuk dagingnya
Karena kiblatnya
hanya batu berhala
Tetapi mereka yang
sombong dengan masjid kedua
Berkeliaran
sebagai ruh gentayangan
Tidak memiliki
tanah pijakan
Sehingga kakinya
gagal berjalan
Maka hanya bagi
orang yang waspada
Dua masjid menjadi
satu jumlahnya
Syariat dan
hakikat
Menyatu dalam
tarikat ke makrifat
Delapan
Bahkan seribu
masjid, sjuta masjid
Niscaya hanya satu
belaka jumlahnya
Sebab tujuh
samudera gerakan sejarah
Bergetar dalam
satu ukhuwah islamiyah
Sesekali kita
pertengkarkan soal bid’ah
Atau jumlah rakaat
sebuah shalat sunnah
Itu sekedar
pertengkaran suami istri
Untuk memperoleh
kemesraan kembali
Para pemimpin
saling bercuriga
Kelompok satu
mengafirkan lainnya
Itu namanya
belajar mendewasakan khilafah
Sambil menggali
penemuan model imamah
Sembilan
Seribu masjid
dibangun
Seribu lainnya
didirikan
Pesan Allah
dijunjung di ubun-ubun
Tagihan masa depan
kita cicilkan
Seribu orang
mendirikan satu masjid badan
Ketika peradaban
menyerah kepada kebuntuan
Hadir engkau semua
menyodorkan kawruh
Seribu masjid
tumbuh dalam sejarah
Bergetar menyatu
sejumlah Allah
Digenggamnya dunia
tidak dengan kekuasaan
Melainkan dengan
hikmah kepemimpinan
Allah itu mustahil
kalah
Sebab kehidupan
senantiasa lapar nubuwwah
Kepada berjuta Abu
Jahl yang menghadang langkah
Muadzin kita
selalu mengumandangkan Hayya ‘Alal Falah!
(1987)
DITANYAKAN KEPADANYA
Ditanyakan kepadanya siapakah pencuri
Jawabnya: ialah pisang yang berbuah mangga
Tak demikian Allah menata
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah penumpuk harta
Jawabnya: ialah matahari yang tak bercahaya
Tak demikian sunnatullah berkata
Maka cerdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah pemalas
Jawabnya: bumi yang memperlambat waktu edarnya
Menjadi kacaulah sistem alam semesta
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya sapakah penindas
Jawabnya: ialah gunung berapi masuk kota
Dilanggarnya tradisi alam dan manusia
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa pemanja kebebasan
Ialah burung terbang tinggi menuju matahari
Burung Allah tak sedia bunuh diri
Maka berdusta ia
Ditanyakn kepadanya siapa orang lalai
Ialah siang yang tak bergilir ke malam hari
Sedangkan Allah sedemikian rupa mengelola
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa orang ingkar
Ialah air yang mengalir ke angkasa
Padahal telah ditetapkan hukum alam benda
Maka berdusta ia
Kemudian siapakah penguasa yang tak memimpin
Ialah benalu raksasa yang memenuhi ladang
Orang wajib menebangnya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah orang lemah perjuangan
Ialah api yang tak membakar keringnya dedaunan
Orang harus menggertak jiwanya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah pedagang penyihir
Ialah kijang kencana berlari di atas air
Orang harus meninggalkannya
Agar tak berdusta ia
Adapun siapakah budak kepentingan pribadi
Ialah babi yang meminum air kencingnya sendiri
Orang harus melemparkan batu ke tengkuknya
Agar tak berdusta ia
Dan akhirnya siapakah orang tak paham cinta
Ialah burung yang tertidur di kubangan kerbau
Nyanyikan puisi di telinganya
Agar tak berdusta ia
(1988)
Ditanyakan kepadanya siapakah pencuri
Jawabnya: ialah pisang yang berbuah mangga
Tak demikian Allah menata
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah penumpuk harta
Jawabnya: ialah matahari yang tak bercahaya
Tak demikian sunnatullah berkata
Maka cerdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah pemalas
Jawabnya: bumi yang memperlambat waktu edarnya
Menjadi kacaulah sistem alam semesta
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya sapakah penindas
Jawabnya: ialah gunung berapi masuk kota
Dilanggarnya tradisi alam dan manusia
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa pemanja kebebasan
Ialah burung terbang tinggi menuju matahari
Burung Allah tak sedia bunuh diri
Maka berdusta ia
Ditanyakn kepadanya siapa orang lalai
Ialah siang yang tak bergilir ke malam hari
Sedangkan Allah sedemikian rupa mengelola
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa orang ingkar
Ialah air yang mengalir ke angkasa
Padahal telah ditetapkan hukum alam benda
Maka berdusta ia
Kemudian siapakah penguasa yang tak memimpin
Ialah benalu raksasa yang memenuhi ladang
Orang wajib menebangnya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah orang lemah perjuangan
Ialah api yang tak membakar keringnya dedaunan
Orang harus menggertak jiwanya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah pedagang penyihir
Ialah kijang kencana berlari di atas air
Orang harus meninggalkannya
Agar tak berdusta ia
Adapun siapakah budak kepentingan pribadi
Ialah babi yang meminum air kencingnya sendiri
Orang harus melemparkan batu ke tengkuknya
Agar tak berdusta ia
Dan akhirnya siapakah orang tak paham cinta
Ialah burung yang tertidur di kubangan kerbau
Nyanyikan puisi di telinganya
Agar tak berdusta ia
(1988)
KUDEKAP
KUSAYANG-SAYANG
Kepadamu kekasih
kupersembahkan segala api keperihan
di dadaku ini demi
cintaku kepada semua manusia
Kupersembahkan
kepadamu sirnanya seluruh kepentingan
diri dalam hidup
demi mempertahankan kemesraan rahasia,
yang teramat
menyakitkan ini, denganmu
Terima kasih
engkau telah pilihkan bagiku rumah
persemayaman dalam
jiwa remuk redam hamba-hambamu
Kudekap mereka,
kupanggul, kusayang-sayang, dan ketika
mereka tancapkan
pisau ke dadaku, mengucur darah dari
mereka sendiri,
sehingga bersegera aku mengusapnya,
kusumpal, kubalut
dengan sobekan-sobekan bajuku
Kemudian kudekap
ia, kupanggul, kusayang-sayang,
kupeluk,
kugendong-gendong,
sampai kemudian mereka tancapkan
lagi pisau ke
punggungku, sehingga mengucur lagi darah
batinnya, sehingga
aku bersegera mengusapnya,
kusumpal,
kubalut dengan
sobekan-sobekan bajuku, kudekap,
kusayang-sayang.
(1994)
DARI BENTANGAN LANGIT
Dari bentangan langit yang semu
Ia, kemarau itu, datang kepadamu
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan
menyapu hutan !
Mengekal tanah berbongkahan !
datang kepadamu, Ia, kemarau itu
dari Tuhan, yang senantia diam
dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa
yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.
(Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO, 1997)
IKRAR
Di dalam sinar-Mu
Segala soal dan wajah dunia
Tak menyebabkan apa-apa
Aku sendirilah yang menggerakkan laku
Atas nama-Mu
Kuambil siakp, total dan tuntas
maka getaranku
Adalah getaran-Mu
lenyap segala dimensi
baik dan buruk, kuat dan lemah
Keutuhan yang ada
Terpelihara dalam pasrah dan setia
Menangis dalam tertawa
Bersedih dalam gembira
Atau sebaliknya
tak ada kekaguman, kebanggaan, segala belenggu
Mulus dalam nilai satu
Kesadaran yang lebih tinggi
Mengatasi pikiran dan emosi
menetaplah, berbahagialah
Demi para tetangga
tetapi di dalam kamu kosong
Ialah wujud yang tak terucapkan, tak tertuliskan
Kugenggam kamu
Kau genggam aku
Jangan sentuh apapun
Yang menyebabkan noda
Untuk tidak melepaskan, menggenggam lainnya
Berangkat ulang jengkal pertama
(Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO, 1997)
Di dalam sinar-Mu
Segala soal dan wajah dunia
Tak menyebabkan apa-apa
Aku sendirilah yang menggerakkan laku
Atas nama-Mu
Kuambil siakp, total dan tuntas
maka getaranku
Adalah getaran-Mu
lenyap segala dimensi
baik dan buruk, kuat dan lemah
Keutuhan yang ada
Terpelihara dalam pasrah dan setia
Menangis dalam tertawa
Bersedih dalam gembira
Atau sebaliknya
tak ada kekaguman, kebanggaan, segala belenggu
Mulus dalam nilai satu
Kesadaran yang lebih tinggi
Mengatasi pikiran dan emosi
menetaplah, berbahagialah
Demi para tetangga
tetapi di dalam kamu kosong
Ialah wujud yang tak terucapkan, tak tertuliskan
Kugenggam kamu
Kau genggam aku
Jangan sentuh apapun
Yang menyebabkan noda
Untuk tidak melepaskan, menggenggam lainnya
Berangkat ulang jengkal pertama
(Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO, 1997)
DOA SEHELAI DAUN KERING
Janganku suaraku, ya 'Aziz
Sedangkan firmanMupun diabaikan
Jangankan ucapanku, ya Qawiy
Sedangkan ayatMupun disepelekan
Jangankan cintaku, ya Dzul Quwwah
Sedangkan kasih sayangMupun dibuang
Jangankan sapaanku, ya Matin
Sedangkan solusi tawaranMupun diremehkan
Betapa naifnya harapanku untuk diterima oleh mereka
Sedangkan jasa penciptaanMupun dihapus
Betapa lucunya dambaanku untuk didengarkan oleh mereka
Sedangkan kitabMu diingkari oleh seribu peradaban
Betapa tidak wajar aku merasa berhak untuk mereka hormati
Sedangkan rahman rahimMu diingat hanya sangat sesekali
Betapa tak masuk akal keinginanku untuk tak mereka sakiti
Sedangkan kekasihMu Muhammad dilempar batu
Sedangkan IbrahimMu dibakar
Sedangkan YunusMu dicampakkan ke laut
Sedangkan NuhMu dibiarkan kesepian
Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir
Wahai Jabbar Mutakabbir
Engkau Maha Agung dan aku kerdil
Engkau Maha Dahsyat dan aku picisan
Engkau Maha Kuat dan aku lemah
Engkau Maha Kaya dan aku papa
Engkau Maha Suci dan aku kumuh
Engkau Maha Tinggi dan aku rendah serendah-rendahnya
Akan tetapi wahai Qahir wahai Qahhar
Rasul kekasihMu maíshum dan aku bergelimang hawaí
Nabi utusanmu terpelihara sedangkan aku terjerembab-jerembab
Wahai Mannan wahai Karim
Wahai Fattah wahai Halim
Aku setitik debu namun bersujud kepadaMu
Aku sehelai daun kering namun bertasbih kepadaMu
Aku budak yang kesepian namun yakin pada kasih sayang dan pembelaan-Mu
(Jakarta, 11 Pebruari 1999)
Janganku suaraku, ya 'Aziz
Sedangkan firmanMupun diabaikan
Jangankan ucapanku, ya Qawiy
Sedangkan ayatMupun disepelekan
Jangankan cintaku, ya Dzul Quwwah
Sedangkan kasih sayangMupun dibuang
Jangankan sapaanku, ya Matin
Sedangkan solusi tawaranMupun diremehkan
Betapa naifnya harapanku untuk diterima oleh mereka
Sedangkan jasa penciptaanMupun dihapus
Betapa lucunya dambaanku untuk didengarkan oleh mereka
Sedangkan kitabMu diingkari oleh seribu peradaban
Betapa tidak wajar aku merasa berhak untuk mereka hormati
Sedangkan rahman rahimMu diingat hanya sangat sesekali
Betapa tak masuk akal keinginanku untuk tak mereka sakiti
Sedangkan kekasihMu Muhammad dilempar batu
Sedangkan IbrahimMu dibakar
Sedangkan YunusMu dicampakkan ke laut
Sedangkan NuhMu dibiarkan kesepian
Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir
Wahai Jabbar Mutakabbir
Engkau Maha Agung dan aku kerdil
Engkau Maha Dahsyat dan aku picisan
Engkau Maha Kuat dan aku lemah
Engkau Maha Kaya dan aku papa
Engkau Maha Suci dan aku kumuh
Engkau Maha Tinggi dan aku rendah serendah-rendahnya
Akan tetapi wahai Qahir wahai Qahhar
Rasul kekasihMu maíshum dan aku bergelimang hawaí
Nabi utusanmu terpelihara sedangkan aku terjerembab-jerembab
Wahai Mannan wahai Karim
Wahai Fattah wahai Halim
Aku setitik debu namun bersujud kepadaMu
Aku sehelai daun kering namun bertasbih kepadaMu
Aku budak yang kesepian namun yakin pada kasih sayang dan pembelaan-Mu
(Jakarta, 11 Pebruari 1999)
ANTARA TIGA KOTA
di yogya aku lelap tertidur
angin di sisiku mendengkur
seluruh kota pun bagai dalam kubur
pohon-pohon semua mengantuk
di sini kamu harus belajar berlatih
tetap hidup sambil mengantuk
kemanakah harus kuhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga ?
Jakrta menghardik nasibku
melecut menghantam pundakku
tiada ruang bagi diamku
matahari memelototiku
bising suaranya mencampakkanku
jatuh bergelut debu
kemanakah harus kuhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga
surabaya seperti ditengahnya
tak tidur seperti kerbau tua
tak juga membelalakkan mata
tetapi di sana ada kasihku
yang hilang kembangnya
jika aku mendekatinya
kemanakah haru kuhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga ?
angin di sisiku mendengkur
seluruh kota pun bagai dalam kubur
pohon-pohon semua mengantuk
di sini kamu harus belajar berlatih
tetap hidup sambil mengantuk
kemanakah harus kuhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga ?
Jakrta menghardik nasibku
melecut menghantam pundakku
tiada ruang bagi diamku
matahari memelototiku
bising suaranya mencampakkanku
jatuh bergelut debu
kemanakah harus kuhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga
surabaya seperti ditengahnya
tak tidur seperti kerbau tua
tak juga membelalakkan mata
tetapi di sana ada kasihku
yang hilang kembangnya
jika aku mendekatinya
kemanakah haru kuhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga ?
BEGITU ENGKAU BERSUJUD
Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid
Setiap kali engkau bersujud, setiap kali
pula telah engkau dirikan masjid
Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid
telah kau bengun selama hidupmu?
Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu
meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat
Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika
bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud
Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada
ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan
Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan
ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang
Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk
cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara adzan
Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid
Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang
Allah, engkaulah kiblat
Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang didengar Allah, engkaulah tilawah suci
Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai Allah, engkaulah ayatullah
Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,
karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi
dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud
menjadilah engkau masjid
KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG
Ketika engkau bersembahyang
Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan
Partikel udara dan ruang hampa bergetar
Bersama-sama mengucapkan allahu akbar
Bacaan Al-Fatihah dan surah
Membuat kegelapan terbuka matanya
Setiap doa dan pernyataan pasrah
Membentangkan jembatan cahaya
Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi
Ruku' lam badanmu memandangi asal-usul diri
Kemudian mim sujudmu menangis
Di dalam cinta Allah hati gerimis
Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup
Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup
Ilmu dan peradaban takkan sampai
Kepada asal mula setiap jiwa kembali
Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri
Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali
Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira
Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya
Sembahyang di atas sajadah cahaya
Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia
Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya
Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun
Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah
Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika
Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu karang
Dadamu mencakrawala, seluas 'arasy sembilan puluh sembilan
SEPENGGAL
PUISI CAK NUN
sayang sayang kita
tak tau kemana pergi
tak sanggup kita
dengarkan suara yang sejati
langkah kita
mengabdi pada kepentingan nafsu sendiri
yang bisa kita
pandang hanya kepentingan sendiri
loyang disangka
emas emasnya di buang buang
kita makin buta
yang mana utara yang mana selatan
yang kecil dibesarkan
yang besar di remehkan
yang penting
disepelekan yang sepele diutamakan
Allah Allah betapa
busuk hidup kami
dan masih akan
membusuk lagi
betapa gelap hari
di depan kami
mohon ayomilah
kami yang kecil ini
TAHAJJUD
CINTAKU
Mahaanggun Tuhan
yang menciptakan hanya kebaikan
Mahaagung ia yang
mustahil menganugerahkan keburukan
Apakah yang
menyelubungi kehidupan ini selain cahaya
Kegelapan hanyalah
ketika taburan cahaya takditerima
Kecuali kesucian
tidaklah Tuhan berikan kepada kita
Kotoran adalah kesucian
yang hakikatnya tak dipelihara
Katakan kepadaku
adakah neraka itu kufur dan durhaka
Sedang bagi
keadilan hukum ia menyediakan dirinya
Ke mana pun
memandang yang tampak ialah kebenaran
Kebatilan hanyalah
kebenaran yang tak diberi ruang
Maha anggun Tuhan
yang menciptakan hanya kebaikan
Suapi ia makanan
agar tak lapar dan berwajah keburukan
Tuhan kekasihku
tak mengajari apa pun kecuali cinta
Kebencian tak ada
kecuali cinta kau lukai hatinya
Demikian postingan pada pagi ini,
semoga bisa bermanfaat bagi yang sedang mencari kumpulan puisi Emha Ainun Nadjib.
Wassalamu’alaikum….
0 Response to "Kumpulan Puisi Emha Ainun Nadjib"
Posting Komentar