B O R
Karya Putu Wijaya
SEBELUM
PERTUNJUKAN DIMULAI, NYAMUK PERS SUDAH BERKELIARAN DI MANA-MANA. BAGAI PASUKAN
KOMANDO YANG TANGGUH, BANDEL, AKAN TETAPI SUPEL DAN KALAU PERLU BISA KASAR,
MEREKA MENYUSUP DI MANA-MANA. TAK ADA TEMPAT YANG TAK TERTEMBUS. TAK ADA ORANG
YANG CUKUP KEBAL BISA MENGHINDARI MEREKA.
PARA
PEMAIN MEMBALUT TUBUHNYA DENGAN BEKAS-BEKAS SPANDUK DI DEPAN PARA PENONTON.
MEREKA MERUSAK PROPORSI TUBUHNYA DENGAN MEMASUKKAN BANTAL KARET BUSA DAN
SEBAGAINYA KE BAGIAN-BAGIAN TUBUH YANG MEREKA PILIH, LALU MEMBUNTALNYA DENGAN
RAPIH, SEPERTI HENDAK MENGIRIM TUBUHNYA ITU KE TEMPAT YANG JAUH. MEREKA JUGA
MENGGAMBARI MUKANYA DENGAN CAT WARNA-WARNI. BEBERAPA ORANG MELAKUKAN ITU SAMBIL
BERCAKAP-CAKAP DENGAN TEMANNYA ATAU PARA PENONTON. ADA JUGA YANG MEMINTA
PENONTON MEMBANTUNYA MENGIKAT KAKI ATAU TANGANNYA.
SEPERANGKAT
GAMELAN DITABUH DAN SEJENIS TEMBANG DIBAWAKAN
MENGIKUTI
KESIBUKAN ITU. PENJUAL KACANG DAN MINUMAN MONDAR-MANDIR DI ANTARA PENONTON
MEMBAWAKAN JUALANNYA.
TERDENGAR
SUARA KETUKAN DALANG MEMULAI PERTUNJUKAN. PARA PEMAIN
MENYINGKIRKAN
ALAT-ALAT, BARANG, KOPOR DAN SEBAGAINYA KE TENGAH, MENUMPUKNYA DI SITU.
KEMUDIAN MEREKA SENDIRI DUDUK MENGELILINGI BARANG-BARANG ITU DAN MULAI MENYUARAKAN
AAAAAAAAAAAAAAA SAMBUNG-MENYAMBUNG DENGAN LEMBUT. LAMPU PERLAHAN-LAHAN
PADAM. DALAM KEGELAPAN SUARA AAAAAAAA
BERLANGSUNG BEBERAPA LAMA, SAMPAI DALANG MEMBERI ISYARAT BERHENTI. SUNYI
BEBERAPA LAMA. LALU ADA SUARA
GEMERINCING LEMBUT GENTA-GENTA KECIL. TERLIHAT NYALA HIU BERGETAR-GETAR. SATU,
DUA, KEMUDIAN BANYAK, MENARI DALAM
KEGELAPAN. BERKUMPUL DAN BERSERAK, NAIK TURUN MENGISI RUANG YANG GELAP ITU
SEPERTI KUNANG-KUNANG.
KEMUDIAN
TERDENGAR SUARA GAMELAN. HIU SATU PER SATU LENYAP. PARA PENARI MEMAKAI PAKAIAN PUTIH-PUTIH
MUNCUL DARI KIRI DAN KANAN KE ARAH ORANG-ORANG ITU. PARA PENABUH MENGIKUTINYA
DENGAN SUARA GAMELAN DAN TEMBANG. LAMPU HIDUP PERLAHAN-LAHAN. ORANG-ORANG YANG BERKUMPUL ITU MENGEMBANGKAN
KAIN PUTIH DAN KEMUDIAN BERDIRI. PARA PENARI SEMAKIN DEKAT. MEREKA MENARI
MENGELILINGI SAMBIL MENEBARKAN BUNGA. KI DALANG MENGETUKKAN PALUNYA.
KEPALA
Tuhan
Seru Sekalian Alam, atas rakhmat dan kehendakMu kami berkumpul lagi hari ini
untuk memulyakan namaMu dan melaksanakan tugas-tugas kami yang belum selesai.
KAIN
PUTIH DITURUNKAN MENUTUPI BARANG-BARANG. KI DALANG MENGETUKKAN PALUNYA. PARA
PENARI TERTEGUN. LALU PERLAHAN-LAHAN MENGHINDAR PERGI.
KEPALA
Saudara-saudara
sekalian, terlebih dulu saya ucapkan maaf yang sebesarnya, atas segala
kesalahan yang sudah maupun yang belum saya lakukan. Semua ini saya lakukan
bukan karena kehendak pribadi, tetapi tugas. Hari ini rupanya kita terpaksa
akan
MELIRIHKAN
SUARANYA SEHINGGA TAK KEDENGARAN. DALANG MENGETUKKAN PALUNYA.
DALANG
Yang
keras! Mengapa?
KEPALA
Menurut
komputer, satu orang sekarang baik.
DALANG
Bunuh
satu orang? Siapa?
KEPALA
Nanti,
harus ditanya dulu, baru ketahuan. Tapi ingat-ingat, siapa pun yang akan jadi
korban kali ini itu semua adalah bagian dari proses. Bukan orangnya, tetapi perbuatannya. Mana komputernya?
SEBUAH
KOMPUTER TURUN DARI ATAS DISERTAI SUARA MENDERIK TAJAM. BENTUKNYA ANEH, PUNYA LAYAR MONITOR. KOMPUTER INI DIMAINKAN
OLEH
SATU
TIM PEMAIN YANG MEMBERIKAN VISUALISASI MAUPUN VOKAL KOMPUTER. SETIAP ANGGOTA
TIM ITU BERHAK BERTINDAK MEWAKILI KOMPUTER.
MEREKA SANGAT BEBAS BERGERAK DALAM MENGEKSPRESIKAN SANG KOMPUTER PLUS JUGA
MEMBANTU PEMAIN-PEMAIN LAIN DALAM MENJALANKAN PERANNYA DAN MENGGANGGU.
KEPALA
Ini
dia
(menunjuk
layar monitor)
Kelihatannya
sudah ada
(komputer
memberikan sinyal sinyal)
Lihat,
cepat sekali kan, ini hebatnya kalau memanfaatkan teknologi. Mesin, mesin ini
semua adalah ciptaan manusia, dia adalah kawan kita, bukan musuh. Salah sekali
kalau kita menolaknya.
DALANG
(mengetukkan
palu)
Jadi
siapa yang harus dibunuh?
KEPALA
Sabar.
Lihat saja dulu dia sedang bekerja.
DI LAYAR KOMPUTER TAMPAK
GAMBAR GAMBAR ANEH. SINYAL-SINYAL MAKIN RAME DISERTAI SUARA SUARA SEPERTI OTAK
MESIN ITU MELAKUKAN DISKUSI.
PENGIKUT
Komputer
yang kita beli itu mungkin agak bodoh. Masak setiap kali ditanya dia mau bunuh
orang.
KEPALA
Ssstt!
Ini resiko kalau kita mau maju. Seluruh sistem harus dipenuhi. Barang itu kita
beli mahal. ongkos operasionalnya
lebih mahal lagi, kalau tidak dimanfaatkan cepat, mubazir.
PENGIKUT
Masih
berapa lagi yang harus dibunuh supaya bisa kelar?
KEPALA
Siapa
bilang dibunuh, ini syarat. Sabar. Setiap perjuangan memerlukan pengorbanan.
Ingat
kemerdekaan kita bukan diberikan sebagai hadiah, tetapi
(berbisik
lagi)
PENGIKUT
Itu
dia sudah selesai berpikir!
KOMPUTER
ITU BERHENTI.
KEPALA
Baik.
Kita akan segera tahu siapa yang harus disingkirkan demi kemajuan bersama.
Ingat, tidak seorang pun di antara kita yang sudah mengarahkan keputusan ini,
kita hanya memberikan data-data. Apa pun, siapa pun yang dipilih, itu keputusan
yang sudah diperhitungkan masak-masak.
DALANG
(membunyikan
ketukan)
Ayo
siapa, jangan mengulur-ulur waktu.
KEPALA
Baik.
(kepada
komputer)
Terimakasih,
jadi siapa?
TERDENGAR SUARA-SUARA
HEBAT MEROBEK CAKRAWALA.
KEPALA
Suara
gledek itu menandakan keputusan ini memang ruwet. Memilih selalu sulit.
Komputer pun agak seret menentukan siapa!
KOMPUTER MEMBERIKAN
SINYAL, LALU DI MONITOR ADA TULISAN.
KOMPUTER
(bicara)
Kamu.
PENGIKUT
Siapa?
KEPALA
(bingung)
Lho
kok kamu?
PENGIKUT
Siapa?!
KEPALA
Kadang-kadang
dia suka guyon. Ini Jumat kliwon?
PENGIKUT
Coba
mungkin konsleting.
(dia
bertanya dengan menggebrak ke arah komputer)
Siapa? Siapa
yang harus dikorbankan lagi?
KOMPUTER MEMBERIKAN
SINYAL LAGI LALU MENJAWAB.
KOMPUTER
Dia!
PENGIKUT
Dia
siapa?
KEPALA
Dia? Dia
siapa? Banyak dia. Dia siapa?
KOMPUTER
Kamu!
KEPALA
Siapa?
KOMPUTER
Kamu
sendiri!
KEPALA
Lho
DALANG
MENGETUKKAN PALU DAN TERTAWA NGEKEH.
DALANG
Lha
iya, kamu kok!
KEPALA
Lho,
lho, lho, jangan guyon saja, kerja!
KEPALA
MAU MERAIH KOMPUTER ITU, TAPI KOMPUTER CEPAT-CEPAT NAIK
KE
ATAS SAMBIL MENGELUARKAN SUARA ANEH.
KEPALA
Hee! Tunggu! Tunggu!
DALANG
MENGETUKKAN PALUNYA. SEMUA PENGIKUT MENGENAKAN TOPENG PUTIH YANG TADI MEREKA
SEMBUNYIKAN DI BALIK BAJU. KEPALA KETAKUTAN, TETAPI BERUSAHA MENGHADAPI SEMUA
ITU DENGAN GAGAH. IA MELANGKAH KE TENGAH KAIN PUTIH. SEMENTARA PARA PENGIKUT
MEMEGANG TEPI KAIN ITU. PARA PENARI
MUNCUL LAGI. KOMPUTER TURUN LAGI MENEMPATI POSISINYA DI SALAH SATU SISI .
KOMPUTER
Kamu
jangan suka mungkir!
KEPALA
Tapi
kok aku?
KOMPUTER
Ya
memang begitu hasilnya, menurut data yang ada.
CATATAN
DI LAYAR MONITOR ITU MUNCUL WAJAH YANG MENJAWAB KEPALA. BISA DILAKUKAN OLEH SALAH SATU DARI TIM
PEMAIN YANG BERMAIN SEBAGAI KOMPUTER INI. SELURUH GAMBAR-GAMBAR DI MONITOR BISA
DIGANTI DENGAN DIALOG DAN ATAU AKTIVITAS.
KEPALA
Mustahil!
KOMPUTER
Kalau
sudah melibat kepentingan sendiri, semua orang memang bilang mustahil.
KEPALA
Sudah
jangan main-main ini!
KOMPUTER
Lho,
lho, ini teknologi tinggi, aku tidak bisa main-main, untuk apa!
DALANG
(mengetukkan
palu)
O
ladalah, sudahlah ngher, jangan ngeyel terus.
KOMPUTER
Apa
minta pengganti, begitu?
KEPALA
BINGUNG.
DALANG
Tidak
usah bingung-bingung. Apa salahnya berterus terang , kalau memang?
KOMPUTER
Atau
minta dispensasi?
DALANG
Ya
terus terang saja ngher. Hidup ini gampang kalau dienteng-entengin.
KEPALA
Saya
kira
(berpikir)
PARA
WARTAWAN YANG TADI TERSEBAR KINI MUNCUL BERKUMPUL DAN MENADAHKAN TAPE RECORDER
MEREKA DI DEPAN MULUT KEPALA.
DALANG
Lho,
lho ini siapa yang ngundang wartawan?
DALANG
MEMBUNYIKAN KETUKAN. PARA WARTAWAN MUNDUR SEDIKIT TERUS
MENGINCER.
KOMPUTER
Jadi
bagaimana?
PARA
WARTAWAN MERUBUNG.
DALANG
Lho,
lho!?
WARTAWAN
Jadi
bagaimana? Minta pengganti atau dispensasi atau apa?
WARTAWAN
Ini
kesempatan baik lho!
KEPALA
BINGUNG.
DALANG
Saudara-saudara
ini yang ngundang siapa?
WARTAWAN
Atau
perlu sponsor?
WARTAWAN
Kita
perlu sejarah yang memberi contoh menegakkan keluhuran jiwa. Siapa lagi coba,
yang akan memasang tonggak itu.
DALANG
Apa
ada yang sudah manggil wartawan di sini? Tidak keliru ini, bapak-bapak wartawan?
WARTAWAN
Terus-terang
lho, nanti juga ketahuan, percuma saja.
WARTAWAN
Sudah
waktunya membuktikan kaliber sekarang, Mas.
Kita memerlukan bukti bahwa, ente tidak seperti mereka-mereka yang lalu,
ente lain. Ente memiliki kebesaran jiwa yang berani mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan
bersama. Ini era baru, generasi baru.
KEPALA
O
Ya?
WARTAWAN
Ya
dong! Masak kita tidak maju-maju! Sudah banyak pengorbanan, sudah cukup! Malu
kalau
tidak!
Ya tidak?!
KEPALA
Bagaimana
ya?
WARTAWAN
Ya
bagaimana ente? Mau maju nggak?!
KEPALA
Ya
sudah kalau begitu!
WARTAWAN
Ya
sudah bagaimana?
KEPALA
Ya
biar dilaksanakan semua keputusan.
WARTAWAN
Tapi
mesti dong diucapkan supaya mereka mau!
WARTAWAN
Kalau
tidak diperintah, ya namanya anak buah, biar sudah tahu juga kagak bakal
berani, bapak. Pengalaman kita
selama ini kan begitu!
KEPALA
Ah
masak?
WARTAWAN
Ah
ente ini berlagak lupa saja.
WARTAWAN
Harus
diberi aba-aba! Ya kan?
(kepada
Dalang)
Ya,
katanya.
DALANG
Apa-apaan
ini? Ah apa-apaan?
WARTAWAN
Saya
bilang, kalau tidak diperintah mana mau mereka melaksanakan perintah.
DALANG
Perintah
apa?
WARTAWAN
Menjalankan
keputusan. Ayo tancap saja!
KEPALA
Tapi
itu nanti kan
WARTAWAN
Tidak
apa sebab semua itu kan
(berbisik
sementara yang lain mendorong kawannya)
KEPALA
MEMBANTAH TAPI WARTAWAN MENCOBA MENARIK AGAK JAUH DAN
KEMBALI
MENERANGKAN DENGAN LEBIH JELAS. KEPALA KEMUDIAN MULAI
MENGERTI.
MEREKA SALAMAN. WARTAWAN LANGSUNG MEMASANG HELM DI KEPALA SANG KEPALA.
KEPALA
Baik. Laksanakan!
(pengikut
diam-diam saja)
Ya, laksanakan saja!
(pengikut
masih bengong)
WARTAWAN
Habis
waktunya kalau begini. Ayo dibantu dikit biar cepetan. Kalau diikutin nggak
jalan-jalan ini.
(mengambil
batu dan melempar ke arah anak buah)
Ayo
mulai jangan malas! Bagaimana sih?
WARTAWAN
Jangan.
WARTAWAN
Habis
masak mesti ditunggu, habis waktu kita dong!
(kepada
kepala)
Ya
kan?
KEPALA
Bagaimana
ya?
WARTAWAN
Iya
dong!
(melempar
lagi)
Ayo!
WARTAWAN
(mengikuti)
Benar!
Ayo! Ayo!
PARA
PENGIKUT BINGUNG KARENA DILEMPARI. DALANG MUNCUL.
DALANG
Kenapa
sih? Pakai lempar-lempar?
WARTAWAN
Habis
lamban bener!
DALANG
Ya
memang, tapi alon asal klakon kan?!
WARTAWAN
Kata
bapak laksanakan, laksanakan!
DALANG
Laksanakan
apa?
WARTAWAN
Hee
dengerin! Kata bapak, bunuh dia! Bunuh! Itu perintah komputer! Goblok!
WARTAWAN
Minta
dikasih contoh kali!
(mau
memberi contoh)
DALANG
Astaga!
DALANG RIBUT
MENGETUK-NGETUKAN PALUNYA.
DALANG
Waduh,
waduh salah! Salah itu! Jangan mau! Ini
menyimpang dari pakem. Mestinya menolak dengan gagah perkasa. Itu
namanya mematahkan lakon!
WARTAWAN
Terus
saja!
(mengedipkan
mata kepada kawannya)
Ayo
Ed!
SALAH
SEORANG WARTAWAN MENGAMBIL PALU DALANG DAN MENGETUK-NGETUK.
DALANG
Lho,
lho, lho. Ini apa-apaan?
PALU
ITU DIBUANG KELUAR, TERPAKSA DALANG MEMBURU KELUAR.
DALANG
(di
luar)
Kembalikan,
kembalikan!
(mengejar).
WARTAWAN
Ayo
ini kesempatan. Terus! Penari mana?
WARTAWAN
Penari!
Penariiii!!
WARTAWAN
Mainkan-mainkan!
(kepada
semuanya supaya memulai)
Bagaimana
sih serba lambat ini! Ayo mainkan!!!
(memberi
tepuk tangan biar segera mulai)
Angkat
tangan, seperti penari kecak itu lho!
SUARA
MUSIK ATAU GAMELAN MULAI TERDENGAR. PARA
PENARI MENGITARI KEPALA DI ATAS KAIN PUTIH. ORANG-ORANG YANG BERTOPENG MENGANGKAT
TANGANNYA SEPERTI PENARI-PENARI KECAK. TALI TERURAI DARI ATAS TURUN MENGGAPAI-GAPAI.
SALAH SEORANG MENGIKAT KEPALA UNTUK DITARIK KE ATAS. DI BAGIAN BELAKANG
PANGGUNG TURUN LAYAR. LAMPU MENYALA SEGERA TAMPAK PERMAINAN WAYANG KULIT. LALU
TERDENGAR SUARA SIRINE KERAS PANJANG. SALAH SEORANG MENGENAKAN TOPENG PADA
KEPALA. TUBUH KEPALA MULAI MELAYANG
DITARIK OLEH TALI. NYAMUK PERS BERLOMPATAN MENYERBU MENGABADIKAN PERISTIWA ITU.
MEREKA BEREBUTAN SALING DORONG-DORONGAN
DENGAN BERNAFSU.
WARTAWAN
Apa
yang sedang kita saksikan di sini adalah peristiwa yang biasa. Ada korban lagi. Pembunuhan, orang mati,
sebab-sebabnya tidak jelas. Tiba-tiba saja kita dihadapkan dengan penjelasan
penjelasan yang sulit. Nyawa manusia murah.
WARTAWAN
Mati
jadi persoalan kecil.
WARTAWAN
Darah
di mana-mana. Manusia cepat buas seperti dalam cerita-cerita dongeng. Setiap
jengkal
tanah
jadi kuburan.
WARTAWAN
Kalau
sudah begini, kita tinggal menunggu giliran. Dan paling banter teiak-teriak tolong,
tolongggg.
WARTAWAN
Tapi
telat. Siapa yang akan menolong, tidak ada yang selamat, kok!
WARTAWAN
Jadi
sebaiknya sekarang
DALANG
MUNCUL DENGAN PALUNYA LALU MENGETUK-NGETUKKAN PALU MENGHENTIKAN PERISTIWA
SAMBIL BERTERIAK-TERIAK.
DALANG
Stop!
Stop! Hansip, Hansip, cepat, ini ada kerusuhan!
(meniup
sempritan)
PARA
PENGIKUT TERKEJUT. GAMELAN BERHENTI. PENGIKUT HENDAK LARI.
WARTAWAN
Tenang,
tenang!
DALANG
Yang
ngaco dipermak saja!
PARA
PENGIKUT PANIK LALU BERHAMBURAN LARI, JATUH BANGUN. ADA YANG KEBINGUNGAN TAK
TAHU MAU KE MANA. AKHIRNYA DUDUK DI ANTARA PENONTON. WARTAWAN MEGABADIKAN.
DALANG MARAH-MARAH.
DALANG
Apa-apaan
ini. Pasti ente-ente ini lagi!
(pada
para wartawan)
Nggak
ada kerjaan lain ya?!
WARTAWAN
(pada
kawannya)
Terus
saja!
DALANG
Waduh,
waduh. Kalau perkara berkoar-koar sampeyan memang paling pinter. Tapi bagaimana
kalau benar-benar tidak ada berita yang bisa dijual, kalian juga yang mampus,
tidak bisa cari makan.
WARTAWAN
Keadaan
gawat, Pak.
DALANG
(tertawa)
Waduh,
waduh gayanya rek, mana tahan!
WARTAWAN
Manusia-manusia
sudah gila lagi. Di belahan bumi ini banyak peristiwa aneh terjadi yang sulit
dimengerti. Coba lihat baik-baik di depan mata kita ini terjadi lagi
pembantaian manusia
(ketukan
palu Ki Dalang kembali sehingga suara wartawan itu tak kedengaran)
Lho
ini bagaimana.
(suara
ketukan kembali).
Saya
kan belum selesai.
(suara
ketukan kembali, ia hanya bisa menggeleng gelengkan kepala).
WARTAWAN
Dengan
menolong rakyatnya menerapkan keputusan atas dirinya sendiri, bapak yang satu
itu kan mendidik rakyatnya untuk mengorbankan kepentingan sendiri demi
kebutuhan kelompok
DALANG
Eeeeeee,
ngomong jangan seperti kentut, pikir dulu matang matang, bener nggak? (melambai-lambaikan
amplop untuk nyogok)
WARTAWAN
Dengan
memberikan sebuah contoh yang menunjukkan perasaan yang dingin dan keras,
pemimpin yang mengorbankan dirinya sendiri ini, hanya mendidik rakyatnya jadi
haus darah. Mereka tidak siap untuk belajar. Mengapa
(Ki
Dalang menyerakkan uang kecil, wartawan itu langsung mengoreksi ucapannya)
Sejak
semula ini memang tindakan yang salah. Mestinya ia menolak keputusan yang tak
masuk akal itu dan menjalankan sesuatu yang lebih beradab
DALANG
Bagus!
(mengetukkan
palunya)
WARTAWAN
Seorang
pemimpin besar sudah lahir lagi. Untuk melukat kembali negerinya, ia tak
segan-segan memimpin rakyat membunuh pemimpinnya sendiri yang sudah salah
(Ki
Dalang menyerakkan sejumlah bungkusan rokok, wartawan itu langsung menyambung)
tapi
itu tindakan yang keliru, karena keputusan tersebut pasti salah. Seorang kepala
yang baik harus memimpin rakyatnya untuk melawan keputusan yang dianggapnya
salah demi keselamatan orang banyak itu sendiri.
WARTAWAN
Itu
kata wartawan amplop!
DALANG
O,
o, eling Mas, eling!
(melemparkan
bungkusan langsung diterima oleh Wartawan)
WARTAWAN
Namun,
wartawan amplop atau bukan, yang jelas berita jujur, tuntas dan betul.
DALANG
Bagus.
Terus!
WARTAWAN
Kalau
dipuji, terus bilang bagus.
DALANG
Terbalik.
Kalau bagus itu pantas dipuji. Wajar.
WARTAWAN
(mengembalikan
persenan kepada dalang)
Maaf
saya wartawan, bukan pedagang, meskipun jualan berita.
DALANG
Lho
kok begitu?
WARTAWAN
Kami
bukan
DALANG
Adalah
tugas yang mulai untuk memberikan gambaran yang jujur, terhadap setiap orang,
apa
yang
telah terjadi. Semua orang sudah dewasa, dengan melihat dengan mata kepala
sendiri kesimpulan akan muncul dengan sendirinya. Lihat!
(mengetukkan
palunya).
Inilah
sebetulnya yang terjadi, bukan sebagaimana yang sudah terlanjur diberitakan
dengan
gaya
ugal-ugalan itu. Nah, lihat baik baik.
(menyanyi
untuk memberi komando)
TERDENGAR
SUARA GAMELAN KEMBALI. PARA PENARI MUNCUL KEMBALI MENARI DENGAN GEMULAI, SAMBIL
MENEMBANG TETAPI TIDAK MENGENAKAN KACAMATA HITAM. DI MONITOR KOMPUTER
TAMPAK GAMBAR-GAMBAR ANEH.
DALANG
Saudara-saudara,
sabar, ini adalah bahasa komputer. Kalau
saya boleh menerjemahkan, ini maksudnya adalah, lebih kurang, apa yang sedang
terjadi itu adalah, apa ya. Semacam usaha mencari jalan untuk menyelesaikan
masalah-masalah
GAMBAR
DI LAYAR SUDAH GANTI DENGAN GAMBAR ADEGAN CABUL. DALANG ITU TERUS MENERANGKAN.
TIDAK TAHU APA YANG ADA DI LAYAR.
DALANG
Apa
yang kita perlukan adalah kesabaran dan pengertian. Lihat!
(dia
menunjuk ke layar monitor itu tampak gambar alat vital)
Ya.
Ini sekali lagi bahasa komputer. Gambar ini menjelaskan bahwa persoalan yang
sedang kita hadapi itu atau ini, sebetulnya dapat disederhanakan dengan
konfigurasi seperti gambar ini. Jadi persoalannya adalah
(memperhatikan)
Lho,
ini kok seperti
(berbisik)
kue
apem.
(ketawa)
Saudara-saudara
pirsawan, teknologi tinggi kadang-kadang memang moralnya agak kurang.
(mengetukkan
palunya)
Ayo
ke mari, ke mari jangan nakal-nakal, kita mulai lagi menurut pakem. Kemari
cepat!
DALANG
MENGETUKKAN PALUNYA KEMBALI.
DALANG
Kembali-kembali
dulu semua! Ulangi!
WARTAWAN
YANG KENA SOGOK.
WARTAWAN
Coba
ke mari dulu semua! Ya itu, itu, sini!
PARA
PENGIKUT MUNCUL LAGI DARI BERBAGAI ARAH.
DALANG
(pura
pura)
Lho
dari mana ini tadi?
KEPALA
Maaf,
kami terlambat, tadi mampir minum kopi, sebab
DALANG
(cepat
memotong meneruskan tembangnya sehingga semua kembali ambil posisi)
KEPALA
DAN PARA PENGIKUT MENGAMBIL POSISI SEMULA KEMBALI. MENGELUARKAN SUARA
AAAAAAAAAAAA KERAS.
DALANG
Bapak
bapak wartawan saya persilakan minggir dulu biar lakonnya berjalan menurut
kodratnya, jangan banyak menafsirkan sendiri, biarkan jangan didorong-dorong,
supaya wajar-wajar saja. Semua ini akan jelas dengan sendirinya kalau sudah
berakhir. Pergi dulu ngopi ke warung.
WARTAWAN
Kalau
kami pergi nanti tidak ada yang menjadi saksi.
DALANG
Ah,
masak begitu.
WARTAWAN
Siapa
yang akan membela orang orang ini?
DALANG
Lho,
lho jangan menyepelekan orang lain. Setiap mahluk yang lolos dari gua garba itu
sempurna, masing-masing sudah punya alat pelindungnya sendiri. Lihat saja
penyu, atau apa ya yang baik untuk contoh. Coba lihat dengan teliti, apa saja,
pasti punya kekuatan untuk melindungi dirinya, asal diberi kesempatan untuk
berkembang.
DALANG
MENGETUKKAN PALUNYA. ADEGAN PERTAMA BERULANG KEMBALI.
DALANG
Tadi
banyak kesalahan, sekarang kita ulangi.
Mulai
(sambil
menembang)!
KEPALA
Puji
syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat perjuangan kita yang ulet dan
kesabaran kita untuk menerima ujian demi ujian dengan kesabaran yang luar
biasa, serta kepercayaan, persaudaraan dan kepasrahan dalam kekeluargaan, kita
boleh dikata sudah hampir berhasil. Belum seratus prosen, tetapi mana ada perjuangan
yang bisa langsung jadi, sebab. . .
HANSIP
(berteriak
dari luar)
Pak
Dalanggggg!!
DALANG
(berhenti
menembang)
Bagus.
Teruskan saja.
(kepada
wartawan)
panjenengan
semua boleh saksikan tapi jangan ganggu. Saya ke situ dulu, meluruskan
yang
di situ kok rasanya ada yang petilingsut.
(keluar)
KEPALA
(meneruskan)
Sebab.
. . .
WARTAWAN
Stop! Sebentar!
(menghampiri
Kepala)
Ini
kok jadi aneh.
KEPALA
(terus)
Perjuangan
kita telah berhasil
WARTAWAN
Stop!
KEPALA
Ini
membuktikan bahwa selama ini kita sudah berhasil. . . . . .
WARTAWAN
Kasih
dikit!
KEPALA
Tinggal
melanjutkan saja seka. . . .
WARTAWAN
(menggebuk)
Sialan!
(Kepala
jatuh langsung disambut)
Ayo
bantu sini
(kepada
para pengikut)
Cepat!
WARTAWA
(menembang seperti Dalang)
WARTAWAN
Ayo
sini! Ikat lagi! Biar agak serem.
PARA
PENGIKUT DENGAN SIGAP MEEMBANTU, MENGIKAT KEMBALI KEPALA
SEPERTI
SEMULA. DARI LUAR MUNCUL DALANG SAMBIL MENYANYI. TAPI LAGUNYA TERPUTUS SETELAH
MENGETAHUI APA YANG TERJADI.
DALANG
Lho,
lho, apa apaan ini?
WARTAWAN
Mendudukkan
persoalannya dengan proporsi yang betul.
DALANG
Wah,
wah, kok ikut campur. Sana, sana pergi, kalian ini mesti mengganggu tetangga
saja!
WARTAWAN
Ini
tugas kami!
DALANG
Tugas
kok mengganggu orang!
WARTAWAN
Habis
kalau tidak diganggu selalu tidak bener
DALANG
Kalian
kan tidak diundang. Mana undangan?
WARTAWAN
Ini!
(memperlihatkan
isyarat tangan cabul dengan jari jempo masuk ke antara telunjuk dan jari tengah)
DALANG
Jangan
cabul begitu.
WARTAWAN
Habis
masak kami tidak boleh di sini?
WARTAWAN
Kami
kan sebetulnya mau bantu bagaimana sih!
DALANG
Jangan
dagang di sini!
WARTAWAN
Ayo
cepetan!
DALANG
Tak
panggilkan Hansip ntar baru kapok, ya!
(celingak-celinguk
mencari)
Mana
sih Hansipnya, ngendon di warung melulu kalau sudah diperlukan. Hansiiippppp!
Kalau diperlukan mesti hilang! Hansip!
(keluar
mencari)
WARTAWAN
MEMBENTAK PARA PENGIKUT YANG KURANG SIGAP MENGIKAT
KEMBALI
KEPALA.
WARTAWAN
Ayo
cepetan ente!
WARTAWAN
Kagak
bisa diajak berjuang ini.
(sama
kawannya)
Ayo
bantuin!
BEBERAPA
ORANG WARTAWAN BANTU MENGIKAT DAN MEMBERI CONTOH. PARA PENGIKUT JADI GARANG
KARENA DIBERI CONTOH. MEREKA MENGIKAT DENGAN KASAR SERTA MENGGEBUKI. DALANG BERLARI
MASUK DAN PARA WARTAWAN BERSIUT MEMBERI ISYARAT KAWAN-KAWANNYA. PARA PENGIKUT
TERUS MENGHAJAR KEPALA. WARTAWAN MEMOTRET.
DALANG
Eeeeee
apa apaan ini! Hus, hus!
(menendangi
para Pengikut).
PARA
WARTAWAN DENGAN BERSEMANGAT MENGABADIKAN. DI MONITOR TAMPAK GAMBAR-GAMBAR
BERBAGAI KERUSUHAN DAN DEMONSTRASI DARI SEANTERO DUNIA, DENGAN KOMENTAR
PENYIARNYA DI DALAM BAHASA INGGRIS/ASING. DALANG TIBA-TIBA TERTEGUN MENYADARI
DIA JADI OBJEK PARA WARTAWAN DAN HERAN MELIHAT SIARAN TV. SEMACAM ITU.
DALANG
Lho,
lho ini apa apaan rek?
WARTAWAN
DAN PARA PENGIKUT MASIH MENERUSKAN KEGIATANNYA.
DALANG
(kalap
dan mengetukkan palunya)
Wis,
wis, wis!
(takberdaya,
lalu minta tolong wartawan)
Heee,
tolong ini, kenapa sih, nanti remuk dia
(menunjuk
Kela).
PARA
PENGIKUT JADI TAMBAH BUAS.
DALANG
Oladalah
sudah kena aid nih semua, mendem!
PENGIKUT
Oladalah
dalang ngibul, matek lhu .
DALANG
Astaganaga,
mati aku!
WARTAWAN
Setidak
tidaknya kalau kami ada, mereka tidak
akan berani bertindak terlalu sewenang wenang, seperti ini !
(kepada
salah Pengikut)
Ya
kan?!
WARTAWAN
Ayo
bicara, biar percaya!
WARTAWAN
Ini
bukan tindakan sewenang-wenang. Ini adalah luapan emosi yang mapet bertahun
tahun. Bukan lagi hanya kebutuhan untuk diperlakukan wajar, tetapi sudah
tuntutan mutlak, karena kami semua sudah hampir mati. Kami bukan berontak, kami
bukan protes, kami bukan berdemonstrasi, kami menyelamatkan nyawa kami. . . . .
kata mereka!
WARTAWAN
Tuh
dengar nggak? Catat!
WARTAWAN
Dan
catat juga! Mereka tidak dihasut siapa-siapa bukan memperjuangkan sesuatu
yang lain. Mereka bukan ingin menggantikan miliknya dengan kepunyaan orang
lain. Kami tidak ingin bertengkar, kami tidak ingin bunuh orang, kami cuma mau
hidup, hidup, hidup, bernafas,
tidur, mimpi, menguap, berak,
pacaran, bersantai-santai, lari pagi dan membuka mulut tanpa tekanan darah
tingi dan sakit jantung. Kami cuma ingin hidup sebagai manusia, bukan mayat,
bukan binatang, bukan robot. . . . . . . kata mereka!
WARTAWAN
Maksud
Anda wayang?
WARTAWAN
Mereka
cuma ingin hidup sebagai manusia, bukan mayat, bukan binatang, bukan wayang.
WARTAWAN
Tapi
manusia.
WARTAWAN
Yang
bisa bernafas, tidur, batuk, tertawa, sakit dan mati sungguhan dengan wajar.
WARTAWAN
Bukan
mati di dalam peti es.
PENGIKUT
Bukan
mumi seperti ini!
WARTAWAN
Tuh,
dengar nggak?
(pada
Dalang)
DALANG
Hansippppp
! Ck, ck, ck ini sudah menyimpang dari pakem. Terlalu!
WARTAWAN
Coba
mau apa lagi?
WARTAWAN
Katakan
saja terus terang semuanya isi hati nurani mu! Ayo!
PENGIKUT
Jangan
mancing mancing, kami tidak mau apa apa lagi.
PENGIKUT
Tapi
kalau memang bisa, kami juga ingin punya cita-cita, mendapat kesempatan yang
sama untuk berjuang berprestasi dan mendapat kedudukan.
WARTAWAN
Sukses.
Mantap. Mapan. Berbahagia.
WARTAWAN
Umur
panjang dan sehat walafiat.
PENGIKUT
Turun
temurun makmur.
PENGIKUT
Orang
lain biar mampus juga nggak apa!
WARTAWAN
(berbisik)
Ssttt,
yang terakhir itu tak usah.
WARTAWAN
Tak
apa, itu fakta. Ya kan Pak?
DALANG
Saya?
Ditanya?
WARTAWAN
Ada
lagi yang ingin dikatakan?
PENGIKUT
Ya.
WARTAWAN
Silakan,
silakan, jangan segan-segan.
DALANG
Ke
mana sih Hansipnya ini. Hansipppp!!
WARTAWAN
Tunggu,
tunggu, Bapak perlu dengar ini, fakta.
(memegang
Ki Dalang)
Silakan-silakan.
Catat. Dengar baik baik, Pak, ini perlunya kami di sini!
DALANG
Ini
kok maksa, maksa. Tak jotos ya!
(mau
memukul memasang kuda-kuda)
BEBERAPA
WARTAWAN DENGAN GESIT MEMOTRET. DALANG CEPAT MELEPASKAN KUDA-KUDANYA.
DALANG
Jangan
motret!
WARTAWAN
Makanya
dengar mereka mau bicara, dari tadi kan dibungkam terus!
DALANG
Dibungkam
apa, dibungkam siapa? Ngawur, kira-kira kalau ngomong, jangan memutar
ludah seenaknya. Tak antemi baru kapok ya.
WARTAWAN
Awas,
berani, mau dipotret lagi?
(teman-temannya
siap memotret)
SALAH
SEORANG WARTAWAN MENYORONGKON MIKROPHONE KE DEKAT MULUT PENGIKUT, SUARANYA JADI
KERAS.
WARTAWAN
Tapi
ngomong yang bener! Ayo!
DALANG
Ya
sudah kalau dipaksa apa boleh buat. Ngomong saja Cah!
PENGIKUT
Terimakasih
atas rekan-rekan wartawan yang telah menyiarkan segala isi hati kami
dengan berani, jujur, jelas dan tuntas.
Mereka adalah prajurit-prajurit swasta yang telah memberikan andil untuk
melahirkan kami semua kembali sebagai manusia yang komplit. Untuk itu kami
mengucapkan matur nuwun, terima kasih banyak.
SEMUA
PENGIKUT BERTEPUK TANGAN. WARTAWAN SIBUK LAGI.
WARTAWAN
Tapi
bagi kami itu sudah merupakan tugas rutin.
(tertawa)
Bukan
apa apa.
DALANG
Ini
yang namanya skandal, ini. Hansipppp!
(dipegang)
Kenapa
pakai pegang-pegang terus?
WARTAWAN
Dengerin
itu belum selesai. Yak, terus!
PENGIKUT
Ada
pujian, tetapi ada juga kritikan. Tetapi jangan marah atau tersinggung.
WARTAWAN
Ah,
kita sudah biasa soal itu, itu justru kita butuhkan sekali.
PENGIKUT
Karena
masih di dalam penjajagan sementara tolong kalau bisa jangan beritakan semuanya,
pilih yang kira-kira menguntungkan kami, saja.
PENGIKUT
Kita
kan cs. Merokok?
(mengulurkan
amplop)
DALANG
(ketawa)
Rasain
kena batunya sekarang! Makanya! Aku tidak ikut campur kok.
PENGIKUT
Oke?
WARTAWAN
Oke
apa lhu?!
PENGIKUT
Ya
kan? ya nggak?!
DALANG
Ambil
saja, jangan ragu-ragu, saya nggak lihat kok. Saya kan ada, di situ lagi
mancing.
(terbirit-birit
pergi sambil ngekeh)
nggak,
nggak lihat, kok.
WARTAWAN
Mau
coba-coba nyuap, ya, sialan!
(menyambar
dengan paksa amplop itu)
Jangan
kamu coba-coba membeli kami. Kami bukan wartawan amplopan! Sialan,
kunokamu!
(menendang
dan kemudian langsung memasukan amplop itu ke sakunya).
DALANG
(ngekeh)
Nggak,
nggak lihat kok. Kami nggak pernah lihat apa-apa, kalian saja yang tajam melihat.
PENGIKUT
Wartawan
amplop
(kesakitan)
WARTAWAN
(mengeluarkan
kembali amplop dari kantungnya)
Baru
sebegini sudah berkoar, kampungan lhu!
(menginjak
uang dalam amplop)
WARTAWAN
Kalau
bukan kami yang membantu dari dulu, mana bisa ngetop lhu! Melayu juga!
(mengambil
amplop dan mengeluarkan isinya)
Baru
punya uang kecil sudah mau beli orang.
(merobek
uang dan menyerakkannya)
DALANG
Wah
itu namanya menghina. Masak enak saja menghina?
PENGIKUT
Menghina,
hajar dia!
PENGIKUT
Wartawan
gadungan!
PARA
PENGIKUT MARAH LALU MENYERANG WARTAWAN. WARTAWAN BERJATUHAN SAMBIL TERUS JUGA
MEMOTRET DENGAN GAGAH BERANI. ALAT-ALAT PARA WARTAWAN DIHANCURKAN. WARTAWAN
DIPUKULI DENGAN ALAT ALATNYA SENDIRI. WARTAWAN WANITA DIPRETELI BAJUNYA. PARA
WARTAWAN TAK BERDAYA MENGHADAPI KEBUASAN ITU
DALANG
Hansippp,
Hansippppp!
DALANG
DIGEBUK. SALAH SATU PENGIKUT MENGAMBIL TUSTEL DAN MEMOTRET KAWAN-KAWANNYA YANG
SEDANG MENJARAH WARTAWATI. SEMUA MEMGAMBIL POSISI-POSISI YANG BAGUS UNTUK
DIPOTRET. ADA YANG MENGINJAK WARTAWAN BERAMAI-RAMAI LALU MEMELUK WARTAWATI ITU.
DIJEPRET DENGAN TUSTEL PAKAI LAMPU PIJAR. SEMUA MEMELUK SANG WARTAWATI SAMBIL
MENDUDUKI PARA WARTAWAN. DIJEPRET. WARTAWAN DIKENTUTI. DIJEPRET.
DALANG
O
ladalah bumi gonjang-ganjing, manusia-manusia melejit tidak mau menjadi mayat,
wayang atau binatang tetapi kelakuannya ternyata buas tak punya selongsong
peredam sama sekali, kotor dan buas seperti ini.
SALAH
SATU PENGIKUT YANG MENGINCER DALANG DENGAN KAMERA BERUSAHA MENJEPRET MUKA PAK
DALANG SEBAIK-BAIKNYA DENGAN DIIKUTI OLEH KAWAN-KAWANNYA DARI BELAKANG. PAK
DALANG SEMAKIN BERSEMANGAT.
DALANG
Bumi
sudah tua, moral manusia semakin rombeng, tidak ada lagi yang berani menegakkan
keluhuran budi pekerti karena takut dianggap tolol di masa kebut-kebutan dengan
kenikmatan ini. O ladalah, hatiku sengsara menjadi saksi kemerosotan zaman ini.
Aku menangis pilu.
PENGIKUT
(mencolek)
Sebentar.
Coba ulangi sekali lagi lebih dramatis sedikit.
DALANG
O
ladalah, hatiku sengsara menjadi saksi zaman ini. Aku menangis pilu
(menembang)
PENGIKUT
Terimakasih.
(mengulurkan tangannya).
DALANG
DAN PENGIKUT SALAM-SALAMAN. HABIS SALAMAN DALANG LANGSUNG DIGEBUK DENGAN TUSTEL
YANG DIPAKAI MEMOTRET.
DALANG
Ajow
anger ajow!
(jatuh).
PENGIKUT
Ini
semua jadi pelajaran kalian, lain kali kira-kira sedikit!
PENGIKUT
Sekali
ini kami kasih kesempatan sekali lagi, tapi lain waktu jangan harap!
PENGIKUT
Kami
tidak pandang bulu!
PENGIKUT
Kami
berdarah dingin.
PENGIKUT
Karena
kami sudah biasa menderita!
TIBA-TIBA
TERDENGAR SUARA SEMPRITAN SERU DISERTAI DENGAN RAUNGAN
SIRINE
MOBIL POLISI. SEMUA TERKEJUT DAN KEMUDIAN BERLARI BERSERAK KAN. DI LAYAR TV
KELIHATAN MOBIL-MOBIL PASUKAN ANTI HURU-HARA DATANG. TAMPAK MEREKA MENGHALAU
PARA DEMONSTRAN DENGAN SEGALA
PERALATAN
MEREKA YANG TANPA KEKERASAN. MOBIL PEMADAM KEBAKARAN DIPAKAI. JUGA GAS AIR MATA
DILEDAKKAN. SETELAH TERDENGAR SUARA LEDAKAN, PANGGUNG DIBALUT OLERH ASAP.
KEPALA YANG TERIKAT MULAI BICARA. PARA
PENARI YANG PUTIH-PUTIH ITU MUNCUL LAGI, MENARI DI TENGAH ASAP.
KEPALA
Jadi
inilah, di sinilah kita sekarang berada dengan segala yang tidak kita sukai
ini. Kita tidak lagi mengerti apa
artinya memilih. Apa pun yang kita lakukan pada hakekatnya hanya untuk
memperpanjang hidup kita. Tapi ternyata, baru bernafas saja sudah menusuk dada
orang lain. Mengedipkan mata dan menggerakkan bibir sedikit saja sudah membunuh
orang lain. Manusia serba salah di timbunan sejarah.
PARA
PENARI ITU MENARI DI SEKITARNYA SAMBIL MELEMPARINYA DENGAN
BUNGA-BUNGA
PUTIH, SERTA MENANCAPKAN PANAH-PANAH DITUBUH KEPALA.
KEPALA
Tolongggggggg! (semakin
lirih, semakin lirih).
ASAP
SEMAKIN TIPIS. PARA PENARI MENINGGALKAN KEPALA. KINI NAMPAK KEMBALI PARA
WARTAWAN YANG BERBARING HABIS DIGEBRAK PENGIKUT, DALAM KEADAAN YANG AMAT
MENYEDIHKAN. DALANG SUDAH BERDIRI DAN MEMERIKSA SERTA MENGAMAT-AMATI SEMUANYA
DENGAN SEKSAMA.
DALANG
Ck,
ck, ck, ck, ck. Ini sih sudah berlebih lebihan, Rek Yok opo iki?!
PARA
WARTAWAN DENGAN SUSAH PAYAH MENCOBA BERDIRI. ADA YANG JATUH KEMBALI KARENA TAK
KUAT MENAHAN RASA SAKIT. ADA YANG MENCOBA MENGGAPAI GAPAI PERALATANNYA TAPI TAK
TERJANGKAU.
DALANG
(mencemoh)
Alah! Begitu
aja! Mbok ambil begitu. Mbok yang biasa aja, jangan dilebih-lebihkan!
(para
Wartawan masih mencoba menjangkau jangkau dengan sia sia, dalang jadi
geregetan) Mmmm! Ntar tak keplak sisan, baru kapok !
DI
LAYAR TAMPAK PEMANDANGAN YANG AMAT MERAWANKAN. TENTANG BENCANA KELAPARAN DI
EITHOPIA, MISALNYA.
DALANG
Waduh,
waduh ini mulai lagi!
KEPALA
Tolongggggggggggg!
DALANG
(membentak)
He
diem! Berisik!
KEPALA
LANGSUNG DIAM, TETAPI DI MONITOR TAMPAK WARTAWAN CLOSE UP.
WARTAWAN
Saudara-saudara
sekalian. Kewajiban kita yang paling penting saat ini adalah belajar mengaca,
belajar menerima bayangan kita sendiri menurut apa adanya tanpa melebihkan atau
mengurangi, belajar melihat kenyataan tanpa mencampurkannya dengan harapan dan
keingiann. Menerima.
DALANG
Lha
iya!
WARTAWAN
Lihat
sendiri, apa yang ada di depan mata saudara-saudara, sekarang! Apa nggak
lucu! Lihat, ada orang yang berani jujur dan mencoba menegakkan aturan
yang benar, tapi dia bukannya dibela, malah dibuntal macam pepes
begitu! Ada hamba-hamba berita yang mencoba dengan susah payah, siang
malam, tanpa pamrih, tak mengenal lelah, melaporkan semuanya dengan benar,
nasibnya hanya seperti cacing tanah seperti itu! Absurd!
DALANG
Stop,
stop! Apa apaan itu, ngawur!
WARTAWAN
Baru
sepatah kata langsung distop dianggap ngawur
DALANG
Lho,
lho, itu fitnah!
WARTAWAN
Dianggap
fitnah!
DALANG
Jangan
putar balik perkara!
WARTAWAN
Dituduh
memutar balik perkara! Di, di, di. . . . . aduh aduh, aduh.
Tolonggggggggg.
DALANG
KEBINGUNGAN.
DALANG
Lho,
lho, lho, itu namanya mengada-ada. Orang belum selesai peristiwanya, kalau
diintip, ya tampak semuanya serba salah. Jangan begitu dong, itu kan seperti
dagang jadinya. Tugas Anda kan tugas suci, menyampaikan berita, bukan menjual
berita, lha, ya kan! Coba pikir tenang-tenang dulu, benar nggak kata saya? Ini
ada begini, kita belum tahu apa sebetulnya yang akan terjadi, mungkin akan ada
perang, atau mungkin, apa begitu. Kan lebih baik tunggu dulu, sampai semuanya
jelas. Nah baru nanti kita ceritakan kepada siapa saja yang tidak sempat
melihat, atau mengamat-amati dari dekat. Sebab kalau tidak begitu nanti jadinya
hanya semacam hasutan, atau adu domba belaka. Kasihan dong. Ya, kecuali kalau
dari sejak semula memang niatnya mau dagang. Kalau begitu, ya memang, apa saja
yang aneh, yang baru, yang hangat, yang
agak panas begitu, yang sesuai dengan empat W langsung saja dijepret. Tidak
peduli bikin onar atawa mengadu domba. Yang penting laku, bisa dijual. Op lagi
naik, lho, ya kan. Begitu?
PARA
WARTAWAN BERUSAHA TOLONG-MENOLONG UNTUK BERDIRI.
DALANG
Kalau
begini caranya, pantesan nggak ada lagi yang mau jadi dalang. Semuanya ingin
jadi wartawan. Bener nggak bener pokoknya menangan aja!
(memperhatikan)
Enak
juga bawa beginian.
(mengambil
salah satu satu tustel dan mengalungkannya. Mencoba. Lalu mencari
jaket.
memakai. Mencari topi yang berserakan, kepunyaan salah seorang Wartawan. Memakai.
Menemukan badge. Memasang)
Waduh
mantap rasanya. Memang lain.
(lalu
menjepret para Wartawan yang sedang berusha untuk berdiri dengan gemerlapan
lampu pijar).
KETIKA
LAMPU PIJAR DALANG MENYALA, TERDENGAR SUARA BERDENTAM. PARA WARTAWAN BERDIRI,
MENGAMBIL PERLENGKAPANNYA DAN MENEPI MEMPERHATIAN TINGKAH LAKU DALANG.
DALANG
(ketawa)
Meskipun berat (memeriksa pelengkapan yang disandangnya tape, sejumlah tustel)
tapi hati enteng, tidak ada tanggungan, kecuali hati nurani kita orang. (menghampiri
Kepala yang masih tergatung dan mengubah suaranya ketika bebicara) Terlalu! Masak
orang jujur dibikin brongkos macam ini ! (memotret)
DALANG
MEMOTRET KEPALA DENGAN BERGAYA. SAMBIL DUDUK, MIRING, BERBAR I NG SERTA
JUMPALITAN. PENDEKNYA JATUH BANGUN, NGOS-NGOSAN. SEMBARI SEDIKIT DEMI SEDIKIT
MENYIKSA KEPALA, SEHINGGA TAMPAK LEBIH DRAMATIS. SETIAP KALI IA MENJEPRET, DI
LAYAR TAMPAK FOTO FOTO SEREM DAN DIIRINGI OLEH SUARA ERANGAN KESAKITAN. DALANG
TERUS MELAKUKANNYA DENGAN NGOS-NGOSAN SAMPAI TENAGANYA HABIS DAN DIA TERKAPAR
KELELAHAN. TOH IA MENCOBA BERDIRI UNTUK MELANJUTKAN. TAPI TIBA-TIBA SANG KEPALA
YANG SEJAK SEMULA DIAM-DIAM SAJA, MENURUT, MEREBUT TUSTEL DAN MEMUKULKANNYA
KEPADA DALANG. DALANG TUMBANG. DI MONITOR TAMPAK SIARAN RUSAK DAN TULISAN.
KERUSAKAN
BUKAN PADA PESAWAT ANDA.
TERDENGAR
SUARA KETUKAN PALU DALANG RAMAI, LEBIH DARI SATU DALANG.
DILAKUKAN
OLEH WARTAWAN. SANG KEPALA MULAI BERGERAK. IA MENGGOYANG TALI-TALI SUPAYA
TERULUR SEHINGGA IA BISA MENJEJAKKAN KAKINYA KE TANAH. T ETAP MASIH TERIKAT, IA
MENGHAM PIRI DALANG YANG MASIH TERKAPAR DI LANTAI.
KEPALA
(tertawa)
Pak
Dalang ini bisa-bisa saja.
DALANG
Lho,
fakta. Ya kan. Pada akhirnya kan dagang. Mereka dari tadi saya perhatikan,
berlomba lomba ke mari dengan perlengkapan yang begitu lengkap, seperti
tentara, menyerbu, menangkap berita dengan rakus. Masing-masing dengan kacamata
sendiri-sendiri. Pantat dipotret. Ada yang ngincer kaki. Masing masing ingin
bikin kejutan. Lha nanti orang-orang di situ yang beli koran bisa jantungan
semua ditakut-takuti. Lho ini pahitnya saya bilang. Ya nggak. Merasa nggak.
KEPALA
Sudahlah,
kan tujuannya baik. Berdiri dong nggak enak dilihat orang begitu.
DALANG
Biar.
KEPALA
Kotor
di situ. Ayo nggantung saja di situ sama saya yuk. Mau? Di atas. Banyak
anginnya, kan sejuk. Nih talinya. Saya tolong iketin ya?! Mengulurkan tali
mau mengikat.
DALANG
CEPAT MELONCAT.
DALANG
Oit,
jangan main main!
KEPALA
Habis
daripada terkapar begitu kan enakan di atas, tinggi?!
(melemparkan
tali)
DALANG
Nggak
!
(mengambil
tali dan melemparkannya kembali).
KEPALA
Ambil!
DALANG
Lho
kok berani membentak.
KEPALA
(menggulung
tali lebih panjang, lalu mencoba melaso)
Ambilllllll!
DALANG
TERKEJUT DAN MENCOBA MELARIKAN DIRI.
KEPALA
(kalap)
Ambillllll
bangsat! Wartawan apa ini. Ambillll! Dari atas situ kamu bisa lihat
semuanya
lebih
lengkap. Seluruh dunia bulat-bulat, bukan cuma sebesar lubang kamera
kamu! Jangan lari!
DALANG
(lari
sambil berteriak dengan bahasa daerahnya).
KEPALA
Jangan
lariii, kemari kamu, kalau mau lihat yang betul, jangan cuma pintar ngintip
orang berak!
PARA
WARTAWAN MEMBIDIKKAN KAMERANYA DARI JAUH.
KEPALA
Catat! Catat! Jangan
hilangkan titik komanya. Jangan ganti kata katanya. Jangan salin pengertiannya
jangan ditafsirkan, jangan dilihat mentahan.
Gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali
gali,
gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali,
gali, gali, gali, gali, gali, gali,
gali,
gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali,
gali, gali, gali, gali, gali, gali,
gali,
gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali,
gali, gali, gali, gali, gali, gali,
gali,
gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali,
gali, gali, gali, gali, gali, gali,
gali,
gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali,
gali, gali, gali, gali, gali, gali,
gali,
galigali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali,
gali, gali, gali, gali, gali, gali,
gali,
gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali, gali. . . . . .
(dan
seterusnya, seperti mentera).
TERDENGAR
SUARA KETUKAN DALANG MENGIKUTI SUARA KEPALA
MUNCUL
KEMBALI PARA PENGIKUT DISERTAI PARA PENARI DALAM ARAK-ARAKAN MEMBAWA SELURUH
HARTA BENDANYA UNTUK PINDAH PEMUKIMAN.
TUBUH MEREKA PENUH MEMIKUL TETEK BENGEK. PARA WANITA MENGANGKUT SEGALA
PERLENGKAPAN DAPUR DAN RUMAH TANGGA, TAPI TAK URUNG JUGA MEMBAWA SENJATA-SENJATA.
KEPALA
Kemari,
dengar baik-baik, aku buka peta zaman untuk kamu semua. Aku tunjukan di mana
matahari terbit setelah hari ini. Kemana seluruh perbuatanku mengarah, kemana
peluru-peluru kita aku tujukan selama ini. Jangan lagi menelan suara-suara
hingar bingar yang menyesatkan kamu dengan macam-macam guna-guna. Lihat kemari
dan tancapkan ke batin kamu semua
kejantanan
yang aku perlihatkan ini, kerelaanku memikul beban kamu semua, bukan penebusan
dosa, untuk menjamin masa depan kamu yang gemah ripah loh jinawi.
(mengaum
seperti binatang yang luka)
Aku
korbankan nyawaku, mengikuti perintah perintah komputer, dewa kita yang baru,
aku gugur dengan rasa marah yang berapi-api, untuk membuat monumen yang abadi
kekebalan, kebebalan dan kemacatan jiwamu. Aku melihat semua orang sudah mati.
Tidak ada lagi yang mampu, berani
menembus zaman, semua menyerah mengikuti alunan ombak, menjadi pelacur-pelacur
besar selama lamanya. Aku berang, aku tegakkan kubu perlawanan untuk menyiksa
dan mengganggu ketenteraman kalian. Aku racun kamu supaya sakit dan hidup
kembali jadi manusia yang sejati. Bukan penyembah berhalaaaaaaa ! Budak
ilmu ! Kamu harus bebas dan jadi tuan dan nyonya semua di atas dunia ini.
ORANG
ORANG ITU MENDEKAT. PARA WARTAWAN MULAI MENDEKAT LAGI.
KEPALA
Bunuh
aku sekarang. Bunuh cepat! Tari, tarik talinya sekarang!
(menggoyang
goyang tali supaya ditarik).
TERDENGAR
KETUKAN PALU DALANG. DARI ATAS UJUNG TALI YANG MENGIKAT. KEPALA JATUH.
KEPALA
Cepat
bunuh, cepat!
TERDENGAR
KETUKAN PALU DALANG. TALI MULAI DITARIK. PARA WARTAWAN
LANGSUNG
MENYERBU UTUK MENGABADIKAN.
WARTAWAN
Jangan
terlalu cepat. Tunggu filmnya habis ini.
WARTAWAN
Pegangi
talinya kuat-kuat.
WARTAWAN
Jangan
kumpul di situ, menyebar sedikit. Itu duduk saja, kupingnya nggak kelihatan.
WARTAWAN
Senyum
sedikit, biar sadis. Ciiiis!
WARTAWAN
Coba
pindah ke situ, di sini menentang matahari!
WARTAWAN
Fokus,
fokus!
WARTAWAN
Jangan
bergerombol!
WARTAWAN
Lebih
baik bergerombol supaya kelihatan seluruhnya ayo!
WARTAWAN
Robek
sedikit bajunya supaya meyakinkan!
WARTAWAN
Mukanya
kasih tepung!
WARTAWAN
Jangan
bergerak dulu. Satu dua tiga, yak!
WARTAWAN
Lebih
serius, lebih serius, lebih, lebih, lebih, lebih, yak, yak begitu, terus,
terus, terus. . . .
(melanggar
kursi penonton)
maaf
(tak
menoleh)
terus,
terus, ya begitu, tarik, tarik, terus, terus. . .
(melanggar
kursi dan jatuh ke lubang)
TERDENGAR
KERAS, HIRUK-PIKUK, DISERTAI SUARA KETUKAN PALU DALANG. BEBEBERAPA WARTAWAN
BERLARI MENOLONG REKANNYA.
WARTAWAN
(kepada
semua)
Stop,
stop dulu sebentar, Ada yang dapat kecelakaan ini. Istirahat saja dulu, simpan
tenaga buat nanti!
WARTAWAN
Stop,
stop!
SEMUA
KEGIATAN BERHENTI. TETAPI ADA WARTAWAN YANG TERUS MEMOTRET KEPALA DENGAN
ASYIKNYA. PARA PEDAGANG MAKANAN DAN MINUMAN MUNCUL, MENJUAL DAGANGANNYA PADA PEMAIN DAN PENONTON.
PARA PEMAIN RELAKS DI TEMPAT SAMBIL MEMPERBAIKI BUSANANYA. KESEMPATAN INI DIPAKAI JUGA OLEH SUTRADARA
DAN AWAK PANGGUNG UNTUK MEMBERIKAN INSTRUKSI TAMBAHAN. TAPI LAMPU PENTAS TETAP
MENYALA SEBAGAIMANA BIASA. DI PESAWAT TV
TAMPAK SIARAN TV YANG SEBENARNYA WAKTU ITU, APASAJA. KEADAAN INI BERLANGSUNG
SEPULUH MENIT. SELAMA WAKTU ITU ADA KEGIATAN MENYADARKAN WARTAWAN YANG TADI
MASUK LUBANG, KARENA RUPANYA IA SEMAPUT.
DIKIPAS-KIPAS DAN DIGOSOK DENGAN REMASON. DALANG MUNCUL LAGI DAN MENGETUKKAN
PALUNYA. BUSANANYA SUDAH GANTI, MEMAKAI KAIN BARU.
DALANG
O
ladalah, apa apaan ini. Sudah sampai di mana kita tadi? Kok jadi semrawut
begini. Apa sih lakonnya?
MEMUKULKAN
PALUNYA LEBIH KERAS. BELUM ADA YANG MENGHIRAUKAN.
DALANG
(terpaksa
bertanya kepada penonton)
Ada
apa tadi ini, Mas?
(tapi
penonton juga tak ada yang menghiraukan dia)
Payah
ini, nggak ada yang mau ngomong! Saya ini ikut main lho.
DALANG
CELINGAK-CELINGUK DI ANTARA PENONTON, TAK ADA YANG MENGGUBRIS.
DALANG
Baru
ditinggal sebentar sudah nggak karuan, bagaimana nanti, ya? Lho kok ya
jadi enak-enakan begini, kayak bukan tontonan saja. Yok opo, Rek. Penontonnya
ya kok juga mau-mau saja. Nurut begitu. Anteng-anteng lagi. Lho, lho, lho, yok
opo, Rek! Nggak ngerti aku kalau begini.
KARENA
TERUS TAK ADA YANG MENGHIRAUKAN, DALANG DIAM-DIAM KELUAR. IA BERGANTI PAKAIAN, MEMAKAI KEMBALI BUSANANYA
YANG LAMA DAN MENYELIPKAN TANDA PANITIA DI BAJUNYA. KETIKA MASUK IA MEMAINKAN
PALUNYA KEMBALI.
DALANG
Bumi
gonjang-ganjing. . . . . .
(tak
ada yang menghiraukan)
Heeeeeeeee,
ini aku ini, ini aku. Minta perhatian sampeyan semua. Aku minta perhatian sedikit!
TETAP
TAK ADA YANG MENGHIRAUKAN. SEMUANYA TAK PEDULI. DALANG PUTUS ASA. IA
MENCAMPAKKAN PALU DAN TANDA PANITIANYA.
DALANG
Nggak
ada gunanya ini, Rek. Yang perlu, ya wibawa juga rupanya.
(menggertak)
Perhatian,
perhatian, saya minta perhatian. Coba perhatikan saudara-saudara,
kita
tidak bisa mengulur-ngulur waktu begini, keadaan mendesak sekali. Perhatian.
perhatian. . .
(putus
asa juga karena tak ada yang menghiraukan)
Wibawa
juga tidak mempan.
(kembali
celingak-celinguk)
WAKTU
SEPULUH MENIT SUDAH BERLALU. DIAM-DIAM PARA PEDAGANG LENYAP.
DALANG
SAMPAI DI TEMPAT WARTAWAN YANG PINGSAN KARENA MASUK LUBANG ITU.
DALANG
Lho,
ini kan
(mendekat)
ini
kan,
(kepada
yang lain)
Namanya
siapa ya?
WARTAWAN
(menyebutian
sebuah nama tapi tak terdengar)
DALANG
Siapa?
WARTAWAN
(menyebutkan
lagi, tapi tak ada suara dari mulutnya).
DALANG
Siapa?
WARTAWAN
(menyebutkan
lagi tapi tak kedengaran suaranya)
DALANG
(pura-pura
mendengar, menjawab, menanggapi tapi tak kedengaran juga suaranya)
KEDUANYA
NGOMONG ASYIK TANPA MENGELUARKAN SUARA DAN KELIHATANNYA SALING MENGERTI,
MESKIPUN TIDAK. BAHKAN MEREKA TERSENYUM DAN TERTAWA-TAWA. WARTAWAN YANG PINGSAN
ITU SADAR LAGI DAN BANGUN.
WARTAWAN
Jadi
ini strategi, titik finalty kita.
DALANG
Nah,
gitu kek ngomong pakai suara dari tadi, jadi saya ngerti, gitu.
(menoleh
Wartawan yang selesai pingsan)
Lho,
lho ini kan Bung, Bung yang tadi motret-motret terus itu ya!?
WARTAWAN
Ya,
saya, memang.
DALANG
Maaf!
(mengulurkan
tangan untuk berjabatan)
WARTAWAN
Kenapa
memang.
DALANG
Ya
salaman saja.
(mereka
bersalaman, Dalang mengulurkan juga tangannya pada yang lain).
MEREKA
BERSALAMAN-SALAMAN, SEPERTI HARI RAYA.
DALANG
Kalau
sudah salaman kan rasanya lega. Kita bisa bertengkar lagi. Nanti salaman lagi.
Anda ini kan yang dari tadi itu terus jeprat-jepret ya?!
WARTAWAN
O
ya?
DALANG
Iya
dong, kan saya lihat sendiri! Anda semua kan? Jeprat-jepret, jumpalitan,
ya kan sudah saya coba sendiri tadi, sampai pantat juga dijepretin, apa ya
perlu, begitu?
WARTAWAN
Itu
sudah tugas, namanya saja wartawan.
WARTAWAN
Buat
mata seorang wartawan yang jeli, semuanya bisa jadi informasi, bahasa Jawanya
news. Dalam pewayangan disebut fact!
WARTAWAN
Bukan
fuck, jangan keliru Pakde.
(ketawa
jahil)
Ihhh,
blangkonnya ini kok seksi begini
(menjawil
gemes).
TIBA-TIBA
SALAH SATU PENGIKUT BATUK. LANGSUNG SEORANG WARTAWAN
MENJEPRET
BEBERAPA KALI.
WARTAWAN
Lihat,
orang batuk pun tidak sempat luput dari inceran kami.
PARA
PENGIKUT DUDUK LALU TIDURAN DIBAWAH KAKI KEPALA. LANGSUNG
DIJEPRET
OLEH WARTAWAN YANG SEJAK TADI SIAP.
WARTAWAN
Dan
orang-orang yang tidur juga, selalu kami awasi.
WARTAWAN
Bahkan
nyamuk lewat juga kalau perlu dijepret
(menjepret).
WARTAWAN
Ya.
Karena semuanya berarti nanti untuk memberi warna, kebasahan, dimensi dan
perspektif. Sehingga laporan tidak kering, tetapi memiliki daya gugah dan
seksi. Berbobot, tetapi juga populer, seperti orang pintar yang pura-pura bicara dengan bodoh
supaya dapat berkomunikasi dengan setiap orang dalam masyarakat yang heterogen
ini. .
DALANG
DIAM-DIAM MENGETUKKAN PALUNYA.
WARTAWAN
Dan
itu!
(semuanya
siap untuk menjepret sumber berbunyi)
Tapi
itu suara palu Pade sendiri kan
(tertawa
ngekeh tahu mau diperdayakan)
jadi
tidak usah, karena kita punya kriteria, yang layak dan apa yang tidak untuk
dijepret.
WARTAWAN
Tapi
ini,
(meraih
ketukan Pak Dalang)
maaf
pinjam sebentar
(langsung
memukul ketukan seperti Ki Dalang).
PARA
PENARI BERDIRI DENGAN PERLAHAN-LAHAN MENGAMBIL TALI. PARA LELAKI JUGA BANGUN
DAN BERSIAP-SIAP MEMBERESKAN SESUATU SAMBIL
MEMPERBAIKI
BUSANA KEPALA. SEMUANYA MENATA PANGGUNG. PARA WARTAWAN LANGSUNG MENJEPRAT-JEPRET
SERU.
WARTAWAN
Ini,
memang kelihatannya tidak ada apa-apa. Wajar begitu, sehari-hari. Tetapi naluri
kami yang sudah biasa mengatakan, go, go, find the thing inside, getthe
undercover, bukan undercover Rolling Stones,
just behind the thing, the other side of the coin, find with ngeyel
sedikit, nakal and use your brain and also play your smilling face if it is
nececerally, and last but not least, bahasa Jawanya, at the end you will find
it, you gonna loose. No way. Look, look,
bener nggak, benar nggak kata saya apa tadi!
TIBA-TIBA
SAJA PARA PENARI LARI MENARIK UJUNG TALI BERAMAI-RAMAI PARA PENGIKUT CEPAT
MEMELUK DAN MENGANGKAT KEPALA SERTA MEMPERTAHANKANNYA MATI-MATIAN DIIKUTI OLEH
SUARA GAMELAN DAN LAYAR BELAKANG KEMBALI MENYEMPROTKAN ADEGAN WAYANG.
PENARI
Ini
ngibul!
PENARI
Kami
dipaksa meninggalkan kampung halaman untuk ikut merantau tanpa tujuan. Kami
capek, kami tidak mau lagi main percobaan. Kami ingin menetap dan kembali ke rumah
asal kita. Kami mau pulang!
PENARI
Kami
mau pulang. Kami tidak mau meninggalkan Tanah Tumpah Darah.
PENARI
Ini
akal kalian, orang-orang yang haus bertualang!
PENARI
Kami
ingin membangun rumahtangga yang sederhana tapi tenteram. Kami orang kampung,
kami petani, kami tidak mau dipaksa jadi buruh pabrik di kota-kota yang tak
mengenal lagi tetangga.
PENARI
Kami
tidak ingin memilih-milih lagi, kami mau merawat apa yang sudah kami miliki,
membesarkan, menumbuhkan, karena
memiliki adalah bekerja, bersabar, dan bertanggungjawab, bukan membanding-bandingkan.
Kami bukan petualang!
PENARI
Kami
mau pulang! Mana rumah kami, tanah kami, tetangga, tatakrama dan rasa malu
yang membedakan kami dengan para pelacur di klab malam dan istri-istri yang
mendidik suaminya menjadi maling harta orang banyak. Kami mau kembali.
PENARI
Jangan
paksa kami mengetahui rahasia bahagia yang lain. Kami puas, kami ingin
kebahagiaan yang biasa, bukan kebahagiaan
bangsawan atau dewa-dewa. Kami tidak sanggup berbahagia dalam keadaan onar.
Kami mau pulang.
PENARI
Ya
Tuhan, biarkan kami pulang.
PENARI
Jangan
seret terus, biar kami pulang!
PENARI
Kita
berpisah di sini saja, daripada saling menyakiti.
PENARI
Walaupun
kita saling mencintai, karena kita saling mencintai, jangan sampai bunuh-bunuhan.
PENARI
Kita
berpisah dengan baik-baik.
WARTAWAN
MENGETUKKAN PALUNYA.
WARTAWAN
Jadi
di balik segala yang biasa-biasa, bila ada soal-soal besar, sudah kami cium.
Karena itu jepret!
Harus
dijepret dengan sendirinya, karena itu sudah jadi insting. Sambil merem juga
tangan biasanya langsung jepret, jepret
(menoleh
kawan-kawannya yang bengong saja tidak menjepret).
Lho,
kenapa tidak dijepret, sudah?
WARTAWAN
Sorry
filmnya habis.
WARTAWAN
Oh,
o.
(mengetukkan
palunya)
Istirahat
dulu!
(kepada
Pengikut dan Penari)
istirahat.
(kepada
Dalang)
Tentara
pun bisa kehabisan peluru, kami juga tetapi masalahnya adalah,
(kepada
kawannya)
Lain
kali jangan terulang, kita tidak boleh tidak siap, masalahnya adalah bagaimana
memanfaatkan yang ada, mengolahnya menjadi hidangan yang layak pada pembaca, di
antara hidangan-hidangan lainnya dalam pasar informasi yang semakin luas,
semakin luas dan sema
kin
komplikated.
(kepada
kawannya)
Cepat
isi lagi tustel kalian!
WARTAWAN
Coba
(kepada
para Penari dan Pengikut)
itu,
kembali dulu ke mari ke tempat semula, tadi kan cuma demonstrasi. Ayo, ayo!
PENARI
DAN PENGIKUT HENDAK KEMBALI KE POSISI SEMULA.
WARTAWAN
(kepada
penari)
Ibu-ibu
boleh ke belakang dulu, kan tadi katanya mau pulang. Ini saja bapak-bapak
yang
perkasa kembali. Di sini. Bapak
(kepada
Kepala)
benerin
dulu talinya, nanti copot.
(membantu
membereskan).
PENGIKUT
BERKUMPUL LAGI TENANG DI SEKITAR KEPALA. SEDANG PENARI
KEMBALI
KE BELAKANG PANGGUNG. PARA WARTAWAN SUDAH GIAT MOTRET
LAGI.
WARTAWAN
Jadi
begitu gambaran singkatnya. Jelas Pak?
DALANG
O.
jadi begitu. Berat juga tugas Anda anda ini. Tapi tidak ada yang wartawan
amplop kan?! Atau ada?
WARTAWAN
Tidak
ada.
WARTAWAN
Kalau
mau jujur, ya ada juga. Di mana-mana yang jelek-jelek itu pasti nyelip, seperti
kodrat. Beli jeruk Pontianak saja, pasti
ada yang masam, kan! Di sini juga ada wartawan amplop, tapi bukan kami.
WARTAWAN
Kadang-kadang
kami terima amplop juga karena sulit untuk dikembalikan, tapi kemudian kami
serahkan pada sekretaris, untuk dikembalikan kepada pemiliknya tanpa
menyinggung perasaannya. Ya kadang-kadang ada juga yang lupa. Namanya manusia.
DALANG
O
begitu rupanya, waduh rapih juga ya.
WARTAWAN
O
ya dong. Zaman koboi-koboian sudah lewat, sekarang
kita
menatar organisasi dan menejemen modern. Itu dalam pewayangan belum ada
kan? Atau sudah?
WARTAWAN
Sebaiknya
dimulai, kalau tidak, lihat saja perkumpulan wayang orang banyak yang bubar.
Dan mana ada orang mau jadi dalang lagi, padahal harus dilestarikan.
KEPALA
TIBA-TIBA MERAUNG KARENA CAPEK.
WARTAWAN
Jepret!
(salah
seorang menjepret)
Bagus! Kesalahan
hanya satu kali, itu namanya modern, George!
KEPALA
(menggerundel
tapi tak jelas terdengar oleh orang lain)
Cepetan
dikit, capek nih!
DALANG
Udah
capek itu, kasihan dari tadi.
WARTAWAN
Jadi
begitu kira-kira, Pakde. paham, kan?! Atau belum?
DALANG
Hmmmmm.
WARTAWAN
Hmmm
nya, berarti apa itu?
SALAH SATU
Aduh-aduh
kapan habisnya ini.
(menggebrak)
DALANG
Jepret!
PARA
WARTAWAN MENJEPRET.
DALANG
O
jadi begitu. Pokoknya, asal ada apa begitu, jepret. Apa begitu, jepret. Apa begitu, jepret.
Jepret, jepret. Dan. . .
WARTAWAN
Jepret!
DALANG
Je,
je. .
(tampak
sulit).
WARTAWAN
Jepret!
DALANG
Tidak
bisa. Habis filmnya.
(ketawa)
WARTAWAN
Oh
pintar juga, dasar dalang.
WARTAWAN
Sekarang
Pakde mengerti semuanya, jadi kami minta betul pengertiannya di kemudian hari,
supaya kita ada kerjasama.
DALANG
Betul.
WARTAWAN
Selama
ini kita banyak salah paham.
WARTAWAN
Padahal
sebetulnya tujuan kita sama.
WARTAWAN
Kita
sama-sama ingin memberikan sesuatu pada
masyarakat.
DALANG
Betul.
WARTAWAN
Lho
itu, kalau bicara baik-baik begini sebetulnya no problem begitu. Kenapa kita
selalu bertengkar selama ini?
DALANG
Ya
pertengkaran itu kan garam kehidupan.
WARTAWAN
Asal
jangan terlalu banyak nanti jadi ikan asin.
DALANG
Betul.
Lho adik-adik ini kok ya juga bisa diajak rembukan begitu, seperti orang biasa.
Bagus ini kalau begini. Perlu diteruskan.
MEREKA
SALAM-SALAMAN.
DALANG
Kita
harus rayakan dengan jaipongan ini. Tapi jepret dulu!
MEREKA
SALAMAN LAGI DAN DIJEPRET.
WARTAWAN
Jadi
sudah ada agreement kita sekarang ini?
DALANG
Apa-apa
kan perlu aturan mainnya.
WARTAWAN
Ada
kemajuan ini kalau begitu. Bagus Pakde!
DALANG
Ya
masak berantem, melulu, wayang juga ada goro-goronya, kan. Coba jepret sekali
lagi, masih ada filmnya kan?
(langsung
dijepret)
Matur
nuwun.
WARTAWAN
(habis
menjepret)
Ini
Pak.
(mengulurkan
kartu nama).
DALANG
(terkejut)
Apa
ini?
WARTAWAN
Alamat
saya. Bapak punya kartu nama ya?
DALANG
Wah
bagus sekali. Saya belum bikin. ini di mana bikinnya? Berapa.
WARTAWAN
Gampang,
nanti saya pesankan sekalian, mau yang istimewa atau bagaimana?
DALANG
Kalau
bisa yang gratisan, Pakde mana kuat bayar beginian.
WARTAWAN
Ah
bapak ini bisa saja, kalau Pakde nggak kuat macam mana pula kita? Pakde
perlu kwitansi?
DALANG
BINGUNG. TERDENGAR SUARA KETUKAN. PARA PENARI BERTERIAK
LAGI.
PENARI
Jadi
bagaimana, kami mau pulang! Jangan diulur-ulur terus!
KEPALA
Pejajaran! Pulang
sana! Kalau mau ikut sini konsekuen, kalau mau pulang sudah minggat sana,
jangan ngomong aja mau ngajak-ngajak ya. Kita berpisah. Kamu mantap-mantapan jadi orang malas di
situ, kami mau maju, kami siap menderita !
PARA
WARTAWAN CEPAT MENGABADIKAN. TERJADI PERANG MULUT ANTARA
KEPALA
DAN PENARI. MENYANGKUT SOAL-SOAL RUMAH TANGGA.
PENARI
Ongkosnya
mana!
KEPALA
Lho
wong kamu mau minggat sendiri kok minta ongkos!
PENARI
Habis
selama ini kamu sudah kasih apa? Mobil saja tidak pernah dibelikan!
KEPALA
Kamu
mau meres ya!
PENARI
Dulu
waktu keluarga kamu sakit siapa, siapa yang mengongkosi! Siapa!
WARTAWAN
YANG MEMINJAM PALU TADI MENGETUKKAN PALU.
PERETENGKARAN PADAM.
WARTAWAN
Sudah! Sudah! Ini
apa-apaan, urusan rumah tangga jangan
dibawa ke sini!
(menyerahkan
palu kepada dalang)
silakan
Pak. Kalau urusan rumah tangga bapak lebih berpengalaman.
DALANG
TIDAK MAU MENERIMA PALU DENGAN CARA PURA-PURA TAK MELIHAT. IA MENGGELENG-GELENGKAN
KEPALANYA DAN MENDEKATI KEPALA.
DALANG
Urusan
rumah tangga memang banyak sekali nyempil di mana-mana. Sulit memberantasnya,
seperti korupsi.
WARTAWAN
Memang,
kalau urusan satu itu, kami juga nyerah.
WARTAWAN
Saya
pernah ke Vietnam dan Timur Tengah. Tapi kalau urusan rumah tangga, saya tetap
grogi.
WARTAWAN
Kalau
soal-soal politik, ekonomi, sosial budaya dan olahraga kami bisa telan dan
kupas sampai pantat pantatnya, tapi soal rumah tangga, kami angkat tangan.
TIBA-TIBA
PENARI NYELETUK.
PENARI
Kamu
sudah jadi robot, kamu bukan manusia lagi, kamu cuma memperhatikan target kamu,
kamu sudah jadi mesin, budak, kamu sudah bukan yang dulu lagi.
WARTAWAN
Tapi
Anda juga bukan yang dulu lagi bukan?!
PENARI
Siapa
bilang? Kami tiak pernah berubah.
WARTAWAN
Tubuh
Anda memang sama, tetapi pikiran dan perasaan sudah lain.
WARTAWAN
Memang,
karena kami berusaha mengerti dia. Tapi sekarang sudah kelewatan!
WARTAWAN
Ah
itu hanya dalih!
WARTAWAN
Tapi
kan ada alasannya, soalnya ia didahului dikhianati?
WARTAWAN
Itu
bukan penkhianatan!
WARTAWAN
Ya,
penyelewengan!
WARTAWAN
Bukan
peyelewengan, itu kepiawaian.
WARTAWAN
Hussss
jangan berisik!
(kepada
Dalang)
Lihat.
kalau perlu, kami tak segan mencecer bertanya.
WARTAWAN
(meneruskan
berbantah sesamanya)
Saya
kira dia betul.
WARTAWAN
Nggak! (menunjuk
Kepala) Dia yang betul.
WARTAWAN
Salah,
dia itu!
WARTAWAN
Hussss
(kepada
Dalang)
Dan
untuk mendapatkan kebenaran, kami tak segan-segan bertengkar sendiri, untuk
mencari yang kebenaran sejati.
PENARI
Demi
Tuhan, kami bersumpah, kami tetap orang yang dulu, hanya dia yang sudah
nyeleweng.
WARTAWAN
Kata-kata
tidak bisa dipercaya!
PENARI
Boleh
buktikan sendiri! Kami tidak ternoda!
WARTAWAN
Satu-satunya
jalan untuk membuktikan harus memberikan fakta. Coba buka semua, jangan ada
yang ditutup-tutupi lagi.
PENARI
Boleh,
dengan senang hati. Ayo!
(kepada
kawan-kawannya semua langsung membuka pakaian)
WARTAWAN
Terlalu
kamu, aku tidak setuju cara ini!
BEBERAPA
WARTAWAN LANGSUNG MEMOTRET PENARI YANG MEMBUKA PAKAIAN PUTIH-PUTIH MEREKA.
WARTAWAN
(Kepada
Dalang)
Lihat,
kalau perlu tak segan-segan kami melakukan investigasi reporting. Supaya
mendapat gambaran gamblang.
PARA
PENARI MEMBUKA TERUS PAKAIANNYA, SUDAH HAMPIR TELANJANG. PARA WARTAWAN TERUS
MENGABADIKAN, TETAPI BEBERAPA DI ANTARANYA, TERUTAMA PARA WARTAWATI PROTES.
WARTAWAN
Sudah,
sudah cukup, ini sudah jadi lain. Cukup Bu, cukup! Jangan mau lagi!
WARTAWAN
Ah,
terus dong, dikit lagi, biar tuntas!
WARTAWAN
Cukup!
(langsung
menghampiri dan menutupi tubuh penari yang nyaris telanjang itu) Cukup! Sudah
jelas
ok, kalian mulus. Kesalahan ada pada mereka!
(menunjuk
Kepala dan Pengikut).
KEPALA
Lho,
kenapa berbalik?
WARTAWAN
(kepada
Dalang)
Dan
kami tidak segan-segan berbalik menyerang yang lain, karena memberitakan berarti
mengusut,
menggali dan menggali. Teruskan!
(kepada
para Penari)
Kalian
pakai lagi itu, nanti masuk angin.
PARA
WARTAWAN BERBALIK MENGARAHKAN PERHATIAN PADA KEPALA DAN
PENGIKUT.
WARTAWAN
Anda
sekarang! Apa yang mendorong Anda melakukan tindakan-tindakan semua ini,
sehingga orang lain jadi terpancing untuk telanjang, maaf terpancing untuk
bereaksi keras. Seakan-akan mereka jadi reaktif dan reaksioner, defensif dan
oposisif, padahal sebenarnya hanya minta diperhitungkan. Kenapa?
WARTAWAN
Bertanya
itu ada seninya. Kadang-kadang untuk mendapat jawaban yang baik, kita harus
menyerang dan merangsang orang supaya bernafsu menjawab, dengan cara sedemikian
rupa, sehingga ia marah. Seperti jangkrik saja, harus dikili-kili supaya
berdering.
WARTAWAN
Karena
pertanyaan kita sebenarnya bukan pertanyaan
tapi
proses untuk menyuruh orang bicara memberikan data dan fakta.
WARTAWAN
Dan
kalau toh sumber berita tetap diam, melempem, bukan karena gagu, tapi karena
dia tidak mau terpancing lagi
WARTAWAN
Karena
dia sudah tambah pinter
WARTAWAN
Kadang
jauh lebih pinter dari beberapa orang di antara kita
WARTAWAN
Jalan
yang harus ditempuh adalah apa ya?
(kepada
Dalang)
sebentar
Pakde, saya harus konsultasi dulu
(membuka
tas dan mengeluarkan buku pinternya dan membaca).
PARA
WARTAWAN MENGHAMPIRI KEPALA DAN PENGIKUT LALU MENELITINYA SEPERTI MENELITI
BUAH-BUAHAN. DIBOLAK-BALIK. DIBARINGKAN, DITUNGGINGKAN DAN SEBAGAINYA, SAMBIL
DIPOTRETI.
WARTAWAN
(setelah
selesai dibaca)
O
ya, menurut buku pinter
(melihat)
dan
ternyata sedang dilaksanakan, sumber berita harus dikorek-korek terus dan
dicecer masa lalunya, diingatkan pada hal-hal yang buat dia paling sensitif,
dicari kelemahannya, lalu
kalau
sudah ketemu, tinggal ditiup sedikit, dia sudah akan ngoceh!
PARA
WARTAWAN MEMUSATKAN PERHATIAN PADA KEPALA.
WARTAWAN
Dari
sekian banyak sumber, harus dipilih sumber mana yang menjadi sumber utama. Dan
tampaknya saudara-saudara yang di tengah itulah. Dan lalu
(Kepala
ditunggingkan serta dipotret pantatnya)
kelemahannya
sudah ditemukan setelah melakukan observasi, studi dan riset.
WARTAWAN
Serta
diskusi.
WARTAWAN
Betul.
Lalu ditancap.
PANTAT
KEPALA DIPOTRET. DALANG MULAI PROTES. IA MEMUKUL-MUKULKAN
PALU
KETUKANNYA.
DALANG
O
ladalah ini sudah saru!
WARTAWAN
Memang
akan selalu datang komentar, ini saru, ini tidak fair, tidak usah didengarkan,
karena untuk melawan sesuatu yang tidak fair ya mesti pakai jalan yang, yang
tidak fair juga, kalau perlu, kalau perlu kalau perlu, lho. Ingat Waltergate. Lihat
apa lagi ini. Oho
(tertawa)
SALAH
SEORANG MENGAMBIL SIKAT UNTUK WC DAN MENCOBA MEMASUKKAN KE PANTAT KEPALA
SEPERTI HENDAK MENGOREK-OREK.
WARTAWAN
Ini
kalau tidak paham memang terlihat seperti sadisme. Tapi sebenarnya tujuannya
luhur. Biar
seluruh
keterangan keluar pantatnya yang tersumbat, maka lubang wc nya itu harus
dikorek korek. Ini kan teori sederhana saja tapi praktis.
SALAH
SEORANG NAIK KE PANTAT KEPALA DAN HENDAK MEMASUKKAN ITU KE
PANTAT
KEPALA. KEPALA BERTERIAK. DALANG HENDAK MENGETUKKAN PALUNYA LAGI KARENA TAK
SABAR.
DALANG
Ini
curang!
WARTAWAN
(mencegah)
Ssttt! Sabar.
Kalau tidak kuat, tutup mata saja, nanti kalau lihat hasilnya baru tahu ini
penting. Lihat!
KEPALA
BERTERIAK TAMBAH KUAT TAPI PARA WARTAWAN TERUS MEMEGANGI
NYA.
SALAH SEORANG AKHIRNYA BERASIL MEROBEK CELANA KEPALA DI BAGIAN PANTAT LALU
MENGULURKAN TANGANNYA KE DALAM SEPERTI MASUK KE DALAM PANTAT.
DALANG
Ini
melanggar susila!
WARTAWAN
Dalam
bertugas kita harus berani melakukan investigasi sedalam-dalamnya jangan setengah-setengah.
YANG
MEMASUKKAN TANGAN ITU MEMASUKKAN KEDUA LENGANNYA.
KEPALA
Tolongggggggggg!
DALANG
Ini
melanggar kode etik!
WARTAWAN
Ya,
tetapi kenapa tidak. Lihat!
KEPALA
Tolongggggggg!
SEKARANG
WARTAWAN YANG LAIN MEMEGANGI ORANG YANG MEMASUKKAN TANGANNYA ITU DAN MEREKA
BERSAMA-SAMA MENOLONG KAWANNYA ITU MENARIK TANGANNYA KELUAR KARENA TAMPAKNYA SULIT
SEKALI. SATU WARTAWAN LAIN TERUS MEBUAT DOKUMENTASI.
WARTAWAN
(sambil
motret kepada Pengikut) Tolong, tolong pegangi dong!
PARA
PENGIKUT MEMEGANGI KEPALA, SEMENTARA WARTAWAN MENARIK TANGAN REKANNYA DARI
PANTAT KEPALA. PARA PENARI MUNCUL LAGI
MENARI.
PENARI
(sambil
menari mengelilingi, menyanyi)
Hulupis
kuntul baris, hulupis kuntul baris.
WARTAWAN
(kepada
Dalang)
Maaf,
tugas memanggil
(memotret
lalu bergabung dengan rekannya, menarik sambil menyanyi menyertai penari dengan
keras)
Hulupis
kuntul baris, hulupis kuntul baris. . . . . . .
DALANG
Ajow
anger, ajow, Kakang Narada, rayi, rayi Bhatara Guru, ada apa orang-orang di
Marcapada ini kutul baris, kutul baris, menyiksa dan memangsa sesamanya. Kiamat
kobra sudah datang, dunia manusia runtuh. Maaf dosa-dosa mereka, mereka tak
tahu apa yang mereka lakukan. sejarah sudah terlalu panjang, semua jadi urakan,
campur baur tak jelas lagi ujung pangkalnya. Kita tatar lagi nanti dari awal,
kita mulai dari bawah lagi, bangunan ini dasarnya sudah tidak kuat Kakang,
sudah terlalu ternoda Rayi, sudah kropos. Aduh Kakang. .
(mengetuk-ngetukkan
palunya sambil menyaksikan apa yang sedang terjadi).
SETELAH
BEBERAPA LAMA KEMUDIAN, TIBA-TIBA KEPALA MENJERIT PANJANG.
TANGAN
WARTAWAN LEPAS DARI PANTAT KEPALA MEMBAWA TUMPUKAN UANG. TERLEMPAR KE UDARA DAN
BERSERAKAN. SEMUA WARTAWAN TERJEREMBAH. KEPALA DAN PENGIKUT JUGA. PARA PENARI
MENJERIT DAN LARI. DALANG BERHENTI MENGETUKKAN PALUNYA. SUNYI. KELIHATAN DUIT
BERSERAKAN.
WARTAWAN
(kepada
Dalang)
Walhasil,
jadi ternyata di balik semua itu, di balik segala peristiwa kepahlawanan,
perbedaan
pendapat, di balik semua soal, ternyata ini.
(menggerakkan
jempol dan jari tengah)
Ck,
ck ck!
WARTAWAN
Itulah
manusia. Semua kita. Termasuk saya.
WARTAWAN
(memunggut
uang) Ini uang beneran, kalau dikasih
juga
saya mau. (memasukkan ke kantungnya)
WARTAWAN
Heeee!
WARTAWAN
(tertawa
lalu melemparkan uang itu)
Aku
tahu reaksi kamu pasti heeeeee! Heeeeeee!
WARTAWAN
(tertawa)
Heee! Tapi
bukan melarang. Heeeee, ambil saja daripada mubazir dilindas mobil begini.
(mengambil
dan memasukkan ke kantungnya, tapi uangitu jatuh lagi karena kantungnya bolong)
Lho
?!
WARTAWAN
YANG LAIN JUGA MENGAMBIL UANG DAN MEMASUKKAN KE KANTUNGNYA, TAPI JUGA SEMUANYA
LAGI KELUAR KARENA KANTUNGNYA BOLONG. SEMUA MENCOBA MEMASUKKAN KE KANTUNG YANG
LAIN TAPI JUGA KELUAR LAGI. SA LING TOLONG-MENOLONG MEMASUKKAN KE KANTUNG YANG
LAIN, TAPI JUGA UANG ITU TERUS KELUAR.
WARTAWAN
(memasukkan
dan uang keluar)
Lho!
WARTAWAN
(memasukkan
dan uang keluar)
Lho!
WARTAWAN
(memotret
kawannya yang tak berhasil memasukkan uang, lalu mencoba sendiri dan tak
berhasil juga)
Ini
berarti bahwa uang panas itu sulit disimpan.
(kepada
Dalang)
Fakta,
Pakde!
DALANG
Fakta
cabul!
WARTAWAN
Lho,
lho cabul bagaimana?
DALANG
Masak
begitu caranya. Itu kan berarti menghalalkan segala cara.
WARTAWAN
Lho
ini fakta. Kalau tidak begitu, ya kan?
WARTAWAN
Pantatnya
keras sekali, kalau tidak diholopis kuntul baris tidak akan keluar. Gotong royong
kan salah satu bagian dari penggalian tradisi.
DALANG
Bukan
itu. Itunya saya setuju. Tapi itunya.
WARTAWAN
Lho,
kita menghadapi batu ampuh begini
(menendang
Kepala)
maaf
(terlalu
keras)
KEPALA
(
marah )
Hee
jangan beneran lhu!
WARTAWAN
Kalau
tidak dikerasi faktanya tidak akan keluar.
WARTAWAN
Kalau
tidak main kayu sedikit, zaman sekarang namanya, mana bisa. Semua orang sudah
pinter, nggak ada orang bodoh lagi. Coba mainkan lagi!
WARTAWAN
(mendekati
Kepala)
Coba
terus terang saja, tadi ngumpetin duit kan?
(ngomongnya
lembut, Kepala menggeleng).
KEPALA
Ah
siapa bilang.
WARTAWAN
Itu
buktinya!
(menunjuk
uang).
KEPALA
Ah
itu bukan uang kok!
WARTAWAN
Bukan
moyangmu, ini apa?
(mengambil
uang dan mendekatkan ke mata Kepala)
Ini
apa?!
KEPALA
Mana,
bukan kok, ini kan anu, itu, kan
(mencari
dalih berbelat-belit)
WARTAWAN
Aiu
aiu, lihat, kalau ditanya baik-baik, masih aiu aiu begini, padahal buktinya
lengkap.
(menggebrakan
kaki)
Hayo
kita jepretin lagi!
SEMUANYA
SIAP MEMEGANGI LAGI. KEPALA BERTERIAK MINTA AMPUN.
KEPALA
Ampunnnn,
ampunnnn. Itu duit, duit, duit orang, duit orang. Duit kalian, duit kalian.
Tapi kalian sendiri yang naruh sendiri di situ, kalau tidak semua orang menaruh
di situ bagaimana bisa di situ duit sebanyak itu. Kalian juga yang bikin semua
itu, sekarang kok nyalahin orang. Kalian
curang, kalian selalu melihat orang lain salah, tapi kalian sendiri yang memancing
orang supaya salah. Curang! Sial! Curang! Putar balik fakta!
(ditampar
langsung diam dan kemudian bicara lain dengan suara berbeda)
Habis,
masak berjuang terus. Kita juga perlu hidup, untuk bisa berjuang tanpa pamrih
orang harus memenuhi dulu kebutuhannya, sehingga perjuangan dan pengorbanan
jadi murni. Ini fakta.
DALANG
TIBA-TIBA TERTAWA. PARA WARTAWAN TERKEJUT, LANGSUNG MEMOTRET DALANG BERKALI
KALI.
WARTAWAN
Pakde
tertawa pada saat yang tidak tepat. Kenapa?
DALANG
TERUS TERTAWA. PARA WARTAWAN TERUS MOTRET MENGHABISKAN FILMNYA.
WARTAWAN
Heeee,
jangan ngabisin film, tertawanya monoton begitu, untuk apa!
DALANG
TERUS TERTAWA.
WARTAWAN
Kalau
dia berhenti tertawa baru dijepret.
DALANG
BERHENTI TERTAWA. WARTAWAN LANGSUNG MENJEPRET. DALANG MENYAMBUNG LAGI
TERTAWANYA.
WARTAWAN
O
ini tidak lucu lagi.
DALANG
(memaksa-maksa
dirinya supaya terus bisa tertawa dan akhirnya untuk penghabisan kalinya
tertawa, sesudah itu berhenti)
Itu
tertawa yang tak lucu.
(tertawa
kecil)
Ha! Itu
bukan tertawa, tetapi menangis di dalam hati, melihat keedanan.
WARTAWAN
Apa
yang edan?
DALANG
Saya
jadi ingin tetawa lagi. Ha!
(tak
bisa)
Tapi
tak bisa. Kalau tertawa sudah tak bisa, itu bahaya. Itu berarti sakit di sini.
(menunjuk
dadanya)
WARTAWAN
(memberi
komando)
Jepret.
(dilaksanakan)
DALANG
Dan
kalau ini sakit, berarti ini juga
(menunjuk
kepalanya lalu menunggu). . . . . . . . . .
WARTAWAN
Jepret!
(teman-temannya
melaksanakan)
DALANG
(melanjutkan
setelah dijepret)
ini
juga sudah afkir. Dan kalau ini kurang afdol, berarti semua kalian ini
(menunjuk
para Wartawan lalu menunggu). . .
ADA
WARTAWAN LANGSUNG HENDAK MENJEPRET TEMAN-TEMANNYA, TETAPI KETIKA SADAR,
MENGURUNGKAN NIATNYA DAN MENGALIHKAN BIDIKANNYA, KEMBALI MENGARAH PADA DALANG.
DALANG
Tak
apa, semua kalian berarti main sabun.
WARTAWAN
Heee! Jangan
sembarangan!
DALANG
Kalau
sudah sabun-sabunan wah payah, memang bisa sembarangan.
WARTAWAN
Lho
ini bagaimana?
(tertawa)
Kok
konklusinya jadi tidak logis. Terlalu banyak begadang Pakde? Makanya
jangan kebanyakan, bisa idiot, cupet, mendem, begitu, tiap ngomong salah, jadi
ketawaan orang saja!
SEMUA
ORANG TERTAWA BERAMAI-RAMAI.
DALANG
Jangan
tertawa dulu. Lihat!
(menunjuk
Kepala dan Pengikut)
Bisa
jadi begini orang kenapa?
KEPALA
DAN PENGIKUT BERTUMPUK HIMPIT HIMPITAN SEPERTI ULAT.
DALANG
Manusia
kok dibuat mainan seperti ini?
WARTAWAN
Lho
ini fakta. Kalau orang sudah ditelanjangi, segalanya sudah terbeber, ya aslinya
muncul.
WARTAWAN
Itu
berarti mereka sebenarnya memang bukan manusia tetapi ulat yang menggerogoti
tubuh kita.
DALANG
Semua
orang kalau diperlakukan begini jadi ulat!
WARTAWAN
Mustahil!
DALANG
Semua
orang dicecer begitu bisa mencret-mencret lalu kelihatan belang.
WARTAWAN
Tak!
DALANG
Yakin!
WARTAWAN
Boleh
coba! Mari buktikan!
WARTAWAN
Coba
siapa yang mau dicoba di sini? Pakde sendiri? Ayo balik!
DALANG
Lho,
lho, jangan Pakde kan sudah tua jangan dibuat cobaan.
WARTAWAN
Habis
siapa? Atau penari-penari itu saja. Mana penari-penarinya?
(hendak
mencari, langsung terdengar suara jeritan para penari, terpaksa mengurung
kan
niatnya)
WARTAWAN
Kalau
sudah berani mengingkari fakta, Pakde, itu alamat akan ada bencana.
DALANG
Lho,
lho siapa mengingkari fakta.
WARTAWAN
Atau
kita ulangi saja kalau tidak percaya!?
(siap
hendak melaksanakan)
Siap,
siap percobaan ulangan mendongkel-dongkel faktaaaa, siappp!
(mengehentak-hentakkan
kakinya memberikan komando)
TERDENGAR
SUARA GEMURUH. PARA PENGIKUT BERLONCATAN BANGUN MEMEGANGI KEPALA. PARA WARTAWAN
MENGAMBL POSISI. PARA PENARI LANGSUNG DATANG MENARI SAMBIL MENYANYI
HOLOPIS KUTUL BARIS.
WARTAWAN
Kembali
ke dalam sejarah, untuk meyakinkan fakta, karena Pakde tidak percaya. Masuk
kembali ke masa silam, menjilat kotoran sendiri, menghirup bayangan untuk
membuktikan bahwa bau kecurangan yang tercium selama ini bukan fitnah busuk,
bukan kentut, bukan khayalan kuli-kuli tinta, tetapi fakta. Karena Pakde tidak
mau percaya. Karena Pakde curiga pada ketulusan kita. Karena Pakde tertawa cekakakan
karena merasa ini semua cipoa!
DALANG
(tertawa)
Sabar
sabar, bukannya Pakde tidak percaya, tapi
WARTAWAN
Tapi
apa?
SEMUANYA
BERHENTI. PENARI BERHENTI MENYANYI DAN MENARI LALU DIAM-DIAM PERGI. KEPALA
DILEPASKAN OLEH PARA PENGIKUT, SEMUANYA BERDIRI
RELAKS
MENUNGGU APA JAWABAN DALANG. SEDANGKAN PARA WARTAWAN BERSIAP MENCATAT DAN
MENJEPRET. MUNCUL PEMBAWA ACARA KE
TENGAH-TENGAH PERTUNJUKAN, MENGUMUMKAN SESUATU.
PEMBAWA ACARA
Maaf
(baca)
diminta
dengan hormat kepada semua rekan-rekan wartawan, para fotographer yang bertugas
mengcover
pertunjukan malam ini, bahkan juga yang sedang berada di sini hanya sebagai
penonton, untuk bergabung dengan rekan-rekanya di atas pentas. Silakan berpartisipasi di dalam peristiwa-peristiwa
selanjutnya untuk mengalami lebih langsung dan dekat apa yang sedang terjadi.
Silakan, jangan ragu-ragu, untuk menjadi saksi dari segalanya ini. Silakan.
Terimakasih banyak sebelumnya. Sekali lagi, silakan. Terimakasih.
(kepada
Wartawan)
Silakan.
WARTAWAN
Hmmmm! Tapi
apa?
DALANG
TERTAWA.
DALANG
Tapi
apa ya perlu, sampai pantatnya didongkel, kan cukup
(pergi
ke dekat Kepala)
cukup
ininya saja,
(memberi
batas antara kepala dan leher)
Orang
kan sudah tahu sendiri. Apalagi ini
(menunjuk
para Pengikut)
tak
usah dipotret, malah jadi contoh buruk buat pemuda-pemuda nanti. Begini saja,
saya kira cukup
(mencolek
lagi Kepala)
ini,
hidungnya saja
(pegang
hidung, Kepala bersin)
tuhhhhh,
sudah ketahuan. Masak pantat. Pantat kan tadi yang tadi dicecer itu?
(mendekatkan
hidungnya)
Huh
(meludah)
Apa
nggak bau. Orang begini kan jorok.
(meludah-ludah
dan mengeluarkan dahak hebat).
WARTAWAN
Memang
tadi saya jepret pantatnya, tapi itu kan penting sekali, untuk mendapatkan
perspektip yang betul.
DALANG
Perspektip
pantat? Aduh bisa saja bapak-bapak ini. Cari makan sekarang memang
macam-macam caranya. Lha tadi yang motret anunya itu bagaimana?
WARTAWAN
Ah
itu sih untuk menghabiskan film saja, hitung-hitung untuk koleksi pribadi.
DALANG
Oh,
o, saya jadi terkejut sekarang. O ladalah, jadi masalah-masalah pribadi
dicampur baur di sini. Katanya untuk mengabdi kepentingan masyarakat?
WARTAWAN
Begini,
Pak. Meskipun kami ini profesional, tapi kami bukan robot, kami tetap manusia.
Unsur-unsur human kami yang masih utuh, justru mewarnai perjuangan kami sebagai
orang profesional. Mengerti?
(kepada
kawannya)
Memang
susah bicara sama dalang, referensi nya cuma pakem, dikasih istilah bahasa
Inggris sedi
kit,
sudah mabok. Maunya Mahabharata dan Ramayana melulu. Bullshit!
DALANG
(ketawa)
Lho,
lho, kalau ketahuan jangan marah begitu. Pokoknya ternyata dagang kan, ngaku
nggak?!
Pada
akhirnya, lho, pada akhirnya. Ya kan!
WARTAWAN
Ini
bukan dagang!
DALANG
Ya,
kerennya, bisnis, begitu!
WARTAWAN
O,
perlu diberi juga rupanya, kalau begini!
WARTAWAN
ITU MULAI MARAH DAN HENDAK MEMUKUL.
CEPAT DICEGAH OLEH KAWANNYA. DALANG MENYEMBUNYIKAN MUKANYA KETAKUTAN
BERLEBIH-LEBIHAN.
DALANG
Jepret
dong, jepret! Kalau begini malah tidak dijepret. Pantat nganggur dijepret,
gimana. Dasar dagang, maunya yang untung melulu!
WARTAWAN
Sialan!
WARTAWAN
Sabar
Mek, sabar!
DALANG
Itu,
itu lagi, jepret dong, jepret! Waduh terlambat lagi. Memang perlu wartawan
luar negeri, baru adil. Habis dagang melulu maunya! Telek!
(meludah)
SATU
DUA LANGSUNG MENJEPRET WAKTU DALANG MELUDAH.
DALANG
Lho,
lho, orang meludah kok dijepret, tadi yang penting-penting waktu kita mau
dipukul, malah dibiar saja.
(mengacungkan
telunjuknya)
Curang!
DIJEPRET
LAGI.
DALANG
Lho,
lho, kok terus! Mau dijual ya! Awas ya, jangan sembarangan jualan,
tak antemi baru tahu rasa sampeyan!
(mengacungkjan
tinjunya).
DIJEPRET
RAME-RAME WAKTU TINJU TERACUNG.
DALANG
Lho,
lho. Bagaimana ini. Dasar dagang. Laku ya jual kalau motret orang begini?
(mengepalkan
tangannya lagi, langsung dijepret)
Payah,
payah ini. Kalau mau cari makan, mbok bilang saja terus terang. Ini tak kasih
yang porno, pasti laku dijual.
DALANG
NUNGGING DAN KEMUDIAN MENGANGKAT KAINNYA SEHINGGA PANTAT NYA KELIHATAN.
DALANG
Ayo
jepret, jepret saja sampai puas.
PARA
WARTAWAN MENJEPRET. DALANG TERKEJUT.
DALANG
Sialan,
kok betulan dijepret. Sampeyan sudah kebangetan mau dagang. Masak pantat saya
di potret, untuk apa?
WARTAWAN
Tadi
kan nyuruh.
DALANG
O,
begitu, ya. Asal disuruh mau. Yes man. Payah ini! Perlu dihajar hajar juga
sedikit biar kapok!
TIBA-TIBA
DALANG MEMASANG KUDA-KUDA.
DALANG
Ayo
potret, potret lagi sampai puas!
DALANG
TIBA-TIBA MENGANGKAT KAINNYA DI BAGIAN DEPAN, SEHINGGA
KELIHATAN
ALAT KELAMINNYA MENGGANTUNG BESAR SEKALI SEPERTI BUAH
LONCENG
(SEBAIKNYA DIBUAT DARI KAYU SEHINGGA KELIHATAN BESAR).
PARA
WARTAWATI MENJERIT KAGET. ADA YANG PINGSAN.
BEBERAPA WARTAWAN LAIN LANGSUNG MENJEPRET. SALAH SATU WARTAWAN MENCEGAH
KAWAN-KAWAN NYA.
WARTAWAN
Stop,
sudah, sudah!
DALANG
Yak,
terus, terus saja sampai puas!
PARA
WARTAWAN MEMOTRET DARI DEKAT.
WARTAWAN
Sudah,
sudah, jangan mau dipancing!
DALANG
Terus
saja sampai kenyang!
TIBA-TIBA
PARA WARTAWATI MENJERIT LAGI. DI MONITOR TAMPAK KI
DALANG
DAN ALAT KELAMINNYA YANG BESAR ITU.
WARTAWAN
Indonesiana.
Seorang dalang telah nungging dan mengangkat kainnya tinggi-tinggi di hadapan
para wartawan, dengan harapan untuk mendapat popularitas lebih banyak mengingat
akhir-akhir ini wayang sudah tidak komersial lagi, sehingga berbagai usaha
ditempuh untuk melestarikan profesinya. . . . . . . . . . .
DALANG
TERKEJUT.
DALANG
Astaga
naga! Apa apaan ini. Stop! Stop!
(berlari
ke layar tv dan menutupi gambar)
Stop,
stop! Apa-apaan ini, masak begini ditontonkan.
WARTAWAN
Lho,
kalau ada dalang nungging dan buka kain, itu berita besar.
DALANG
Siapa
yang nunging, tadi kan main-main. Stop dulu ini, nanti kalau ketahuan bini,
cilaka. Edan!
GAMBAR
ITU LENYAP.
DALANG
Syukur.
Ada yang lihat nggak tadi, ya?
WARTAWAN
Tuh
tanya sendiri
(menunjuk
para wartawati).
DALANG
Neng,
tadi pada lihat nggak, ya?
WARTAWAN
(cekikikan)
Lihat
apa?
DALANG
Itu,
buah terung!
WARTAWAN
Buah
terung atau lonceng?
WARTAWAN
Atau
cacing pita?
WARTAWAN
Bukan! Lumpia!
DALANG
O
ladalah lihat semua!
(jatuh
kepeleset, kainnya tersingkap lagi dan kelamin kayu itu terpental lepas dari
ikatannya, tertangkap oleh salah seorang wartawan).
PARA
WARTAWATI MENJERIT. WARTAWAN-WARTAWAN KEMBALI MENJEPRET SERU
DALANG
Astaganaga,
kembalikan barang saya!
DALANG
MENGHAMPIRI HENDAK MEREBUT KEMBALI BARANGNYA, TAPI YANG PEGANG BARANG ITU MELEMPARKANNYA
PADA PARA WARTAWATI. PARA WARTAWATI LANGSUNG MENGEKEPNYA UNTUK DISEMBUNYIKAN.
DALANG
Ayo
dong Neng, Neng, kembalikan barang Pakde, nanti beret-beret.
WARTAWAN
Nggak!
WARTAWAN
Barang
apaan sih?
DALANG
Jangan
begitu. Masak sama orang tua main-main. Ntar dilihat orang kan saru!
WARTAWAN
Biarin,
ini kan dapat mungut. Tadi kenapa dibuang-buang ?
DALANG
Siapa
yang buang, kan lepas?
WARTAWAN
Kok
bisa.
DALANG
Kali
bautnya sudah dol, kan Pakde sudah berumur begini.
WARTAWAN
Sudah
berumur kok masih ngototan.
WARTAWAN
Sudah
kasih saja.
WARTAWAN
Nggak,
habis makin tua kok makin goblok.
DALANG
Ayo
dong Neng, ntar ditanya sama orang rumah Pakde bilang apa.
WARTAWAN
Bilang
saja dimakan kucing.
DALANG
Waduh,
waduh, geli ini kalau tidak pakai gandulan apa apa. Nanti tidak stabil.
WARTAWAN
Potong
saja!
DALANG
Jangan! Barang
satu-satunya itu.
WARTAWAN
Makanya
hati-hati.
DALANG
Sini,
sini, bawa sini, jangan diangin angin begitu, nanti selesma. Pengertian Neng,
pengertian sedikit!.
WARTAWAN
Kalau
sudah menyangkut kepentingannya sendiri baru minta pengertian. Kalau orang lain
malah didorong-dorong supaya rusak. Cubit baru tahu
(mencubit
barang itu keras keras).
Rasain!
DALANG
Ajow
anger, ajow, biung!
(kesakitan)
WARTAWAN
Nih,
ngapain nyimpan barang antik begini!
(memukulkan
terlebih dulu ke lantai, baru melemparkan ke Dalang).
DALANG
Aduh
biung sadisnya orang orang ini, kebanyakan nonton film kungfu.
(langsung
menjemput kembali barangnya)
Kasihan,
sakit Cah, sakit? Puteri puteri zaman sekarang memang agresif semua. Duh,
duh, lecet
nggak,
ya
(mengusap-usap
barangnya itu dengan ujung kainnya)
Sudah
nggak apa-apa, nanti tak jajani duren.
(terkejut)
Waduh! Patah
ini! Mesti dibawa ke Puskesmas kalau begini.
WARTAWAN
Makanya
jangan sembarangan sama kita. .
DALANG
Sampeyan
semua kasar! Barang wasiat begini dikerjain, o ladalah!
WARTAWAN
Kami
adalah mata, telinga dan mulut masyarakat. Kalau perlu kasar, kami kasar, kalau
perlu berdebat, ber filsafat, mengadu argumentasi demi kebenaran, kami tak
pernah mundur. Tapi bersahabat,
bersantai santai boleh coba dan jenaka
pun bisa.
DALANG
Payah
ini sama wartawan.
(mengikat
barangnya dan kemudian mengalungkannya bagai bedil)
WARTAWAN
Tinggal
sekarang ente mau apa?
WARTAWAN
Mau
kerjasama atau kucing-kucingan?
WARTAWAN
Atau
mau konfrontasi, kami layani.
WARTAWAN
Hidup
ini sederhana sekali Pak. Hanya ada dua, fakta dan data. Tinggal ente, mau
nggak. Kalau mau oke kita jalan sama-sama, kalau tidak, kita salaman dulu
sebelum perang-perangan.
(mengulurkan
tangannya)
DALANG
Payah,
dasar pedagang!
WARTAWAN
He,
ini bukan dagang, kami memberikan data dan fakta itu pekerjaan mulia.
DALANG
Memang,
tapi kan sambil dagang.
WARTAWAN
Goblok!
WARTAWAN
Ssssssstt!
DALANG
Sudah
ngaku saja. Apa sih salahnya dagang. Dagang kan juga pekerjaaan yang mulia, itu
membantu memberikan manusia lain, informasi, data, fakta, dan kecerdasan.
Luhur. Asal, jangan menipu dan ingat bayar pajak. Ya kan?!
WARTAWAN
Kadang-kadang
di antara kami memang ada yang berdagang, tetapi itu kenyataan. Ini bukan zaman
wayang, dagang itu pekerjaan yang mulia,
tidak kurang dari puisi, atau seni tari. Untuk sampai ke mari dan menemukan
semua ini, memerlukan keberanian. Dan informasi yang kami berikan sudah melalui
pengolahan matang yang bisa memperkaya rohani manusia. Itu barang mahal seperti
logam mulya, kalau itu dijual, itu wajar. Seks saja dijual, mengapa jadi sewot?
DALANG
Tidak
ada yang sewot. Asal, wajar, tidak menyimpang dari rel, dan tidak semata-mata
demi menaikkan oplag. Untuk apa sih terlalu kaya, makan nasi juga paling banter
tiga piring. Nanti kalau terlalu kaya malah lupa tugas-tugas mulia, dagangnya
yang nomor satu.
WARTAWAN
Protes
ini?
DALANG
Bukan.
Informasi saja. Fakta.
(ketawa
masam)
WARTAWAN
Kalau
di antara kami ada yang jadi kaya, itu karena kami kerja keras. Seniman,
politikus, dan alim ulama juga banyak yang kaya raya, mengapa kalau kami kaya
kalian sewot? Tidak adil dong!
DALANG
Stop,
jangan salah paham. Wartawan jangan ngomong sendiri dong, kan tugasnya
mendengarkan.
WARTAWAN
Orang
ini
(menunjuk
Ki Dalang)
Diam-diam
mau mencekoki kita. Apa salahnya menjual-menjual berita? Bagaimana bisa hidup
kalau tidak pakai jual beli sedikit? Bagaimana bisa bikin berita kalau
perut keroncongan?
DALANG
Lho,
lho silakan jual, jual saja, terserah. Tapi yang bener sedikit. Masak pantat,
orang nungging, orang buka kain sedikit sudah dijepret langsung diberitakan.
Ntar orang berak jadi berita.
WARTAWAN
Kenapa
tidak? Kalau ada yang berak di tempat ibadah, misalnya, itu mutlak harus
diberitakan.
DALANG
Kalau
ada orang berhalangan juga?
WARTAWAN
Berhalangan
bagaimana?
DALANG
Barang
ini copot, kayak saya tadi?
WARTAWAN
O
itu tergantung barangnya dan orangnya siapa!
WARTAWAN
Kalau
orangnya kayak ente yang mau memutar balik lakon, ya, semua akan kami
beritakan.
WARTAWAN
Meskipun
sering diam-diam. Semua kami laporkan tuntas.
DALANG
O
ya? Semua? Juga kalau saya kentut?
WARTAWAN
Semua,
tuntas!
DALANG
KENTUT.
DALANG
Ayo
beritakan. Jepret.
(kentut
lagi)
WARTAWAN
Kalau
kentut biasa, ya tidak. Harus kentut emas.
DALANG
Mana
ada orang kentut emas. Prabu Yudhistira yang berdarah putih saja, kentutnya
juga biasa.
(kentut
lagi)
Bau.
Kalau semua yang bau, asal bau sudah ditulis, dijepret, tak ayal lagi kepala
manusia sebentar lagi akan busuk semua. Kalian menyebarkan bau busuk, bukan
berita. Kalian membuat manusia takut dan putus asa. Bertanggungjawab sedikit,
dong! Ikut membangun, ikut jaga dunia ini, jangan didorong-dorong supaya
orang berkelahi terus! Begini ini misalnya. Lihat.
DALANG
MEMAINKAN KETUKANNYA DENGAN BERSEMANGAT. TAMPAK PEMANDANGAN INDAH DI LAYAR TV.
TERDENGAR MUSIK SEMI KLASIK YANG SEJUK. KEPALA MENGAMBIL POSISI BESERTA PARA
PENGIKUTNYA.
KEPALA
Saudara-saudara,
saya mengucapkan terima kasih sebebesar-besarnya, karena saya mendapat
kehormatan memberikan andil pada masa pembangunan ini.
DALANG
Itu
lihat. Ini mendidik. Ini baru berita.
(nembang
dengan lantangnya, dengan gembira dan yakin)
DI
LAYAR TAMPAK GAMBAR-GAMBAR PEDESAAN YANG INDAH DAN TENTERAM.
DIIRINGI
OLEH LAGU RAYUAN PULAU KELAPA. DALANG
MENEMBANG DAN PARA PENARI MENARI LEMAH GEMULAI. DALANG IKUT JOGET
SEDIKIT.
WARTAWAN
Bangsat!
WARTAWAN
Lihat,
bagaimana orang tahu dia
(menunjuk
Kepala)
perlu
pertolongan, kalau informasinya macam begini
(menunjuk
ke layar tv)
DALANG
MENEMBANG KERAS MENGATASI SUARA WARTAWAN.
DI LAYAR TV TAMPAK KEPALA SANG KEPALA TERSENYUM BAHAGIA, TENANG, MANTAP.
KEPALA
Saudara-saudara
berikan segala yang kau miliki untuk negerimu, demi masa depan. Kalau perlu
tanggalkan juga nyawamu.
DALANG
MENEMBANG MAKIN SERU.
WARTAWAN
Gila.
Ayo, tolong, bebaskan dia Bung!
(kepada
para penari)
Berhenti! Kamu
masih muda muda kamu harus bantu kita, jangan mau didalangi begini ! Ayo
berhenti! Bandel! Mau
jadi cover nggak?!
(semua
tertegun)
Nah
kalau mau ngetop harus bantu perjuangan bangsa kamu!
(semua
penari tertegun)
DALANG
(protes)
Lho,
apa-apaan ini, jangan main curang!
Ayo
terus, terus!
PARA
PENARI DIPEGANG SEHINGGA TAK BISA MENARI. DALANG BERUSAHA UNTUK MELEPASKAN
MEREKA.
DALANG
Ini
curang. Hansip! Hansipppp! Apa boleh buat!
(mencoba
memukul wartawan dengan palunya)
PARA
WARTAWAN BERTINDAK. DALANG DIANGKAT RAMAI-RAMAI DAN DIUNGSIKAN SAMBIL DIPOTRET.
DALANG BERTERIAK DAN MENENDANG-NENDANG TAPI TAK BERDAYA. LALU WARTAWAN YANG
LAIN GANTI MEMBERIKAN KOMANDO DENGAN KETUKAN PALU. YANG LAIN BERUSAHA
MEMANCING-MANCING SUPAYA ORANG-ORANG BERTOPENG MENJADI BUAS. YANG LAIN BERUSAHA
UNTUK MEMPERJELAS KEADAAN GAWAT YANG DIDERITA OLEH KEPALA.
WARTAWAN
Kita
harus jelaskan keadaannya yang sebenarnya. Tolong Bung, cepat, sebelum
persoalannya jadi terbalik!
SANG
KEPALA DIPUKULI, DISIRAM DENGAN DARAH, LALU DIINJAK-INJAK.
KEPALA
MENJERITJERIT, LALU BERAMAI RAMAI DIPOTRET.
WARTAWAN
Dunia
dalam bahaya, hak hak azasi manusia terancam!
(kepada
teman-temannya)
Ayo
lebih dramatis lagi, lagi! Kurang! Yang sadis! Harus jelas! Darahnya
kurang banyak! Carikan wantek lagi. Suruh
mereka nginjak-nginjak. Ini ibu-ibu
(kepada
penari-penari)
coba
pura-pura memperkosa dia!
PENARI
MENJERIT.
WARTAWAN
Pura
pura saja! Ayo, untuk menghangatkan berita!
ORANG-ORANG
YANG BERTOPENG DIATUR SUPAYA MENGINJAK KEPALA.
LANGSUNG DIABADIKAN. PARA WARTAWAN SIBUK MENGATUR AGAR TERCAPAI ADEGAN
DRAMATIS. PENARI DIPAKSA MENARI MENDEKAT LALU BERGANTI GANTI MEPERKOSA KEPALA.
SEMENTARA ORANG-ORANG YANG BERTOPENG ITU MULAI MEMAKAN TANGAN DAN TUBUH KEPALA.
PARA WARTAWAN MAKIN BERNAFSU MENGABADIKAN.
WARTAWAN
Bagus! Makan
terus!
WARTAWAN
Kebenaran,
keadilan, kepatutan, perdamaian,
persamaan hak, demokrasi, kesejahteraan, kemakmuran, keadilan sosial dan
lain sebagainya, tak ada. Tak ada di sini dan tak ada di mana mana.
DI
LAYAR TELEVISI TAMPAK SIARAN-SIARAN YANG MERAWANKAN. PEPERANGAN. KEMISKINAN,
BENCANA ALAM, DAN SEBAGAINYA. AKHIRNYA GAMBAR KACAU LALU SIARAN PUTUS. DARI
ATAS BERHAMBURAN SELEBARAN, BETERBANGAN
JATUH KE ATAS PANGGUNG.
WARTAWAN
Isi
otak manusia cuma tai. Dunia gelap.
(mulai
menggelap)
Makin
gelap. Manusia memusnakan dirinya sendiri karena
DALANG
(entah
dari mana nyeletuk)
karena
hasutan para wartawan yang ingin jualan berita.
WARTAWAN
Kurang
ajar! Tabok, tabok saja!
DALANG
(entah
di mana)
Aduh,
aduh, kok main kayu ini.
GELAP.
TERDENGAR SUARA-SUARA DAHSYAT. HINGAR BINGAR KEPANIKAN. SUARA SIRINE. TIBA-TIBA PUTUS. LALU SUNYI.
SUNYI SEKALI. GELAP. TAK LAMA KEMUDIAN TERDENGAR SUARA ORANG MENANGIS MENGISAK-ISAK
PILU. SESUDAH ITU MUNCUL SEBERKAS CAHAYA
SENTER. MAKIN DEKAT. MAKIN DEKAT,
MENGHAMPIRI KAIN PUTIH YANG TERENTANG ITU. SEPASANG SUAMI ISTRI MENGHAMPIRI KAIN PUTIH ITU
DAN MEMERIKSANYA DENGAN HATI-HATI. PENARI DAN PENGIKUT TAK NAMPAK LAGI,
SEDANGKAN SANG KEPALA MASUK KE BAWAH KAIN PUTIH. .
SUAMI
Astaga! Apa
ini?
SUARA TANGIS ITU
BERHENTI.
ISTRI
Lho,
sekarang berhenti.
SUAMI
Mana
yang lain lain, panggil, suruh lihat ini.
ISTRI
Oiiiii,
ke mari ke mari, di sini!
ORANG-ORANG
LAIN MUNCUL SAMBIL MEMBAWA LENTERA MENYALA DARI
BERBAGAI
ARAH. MEREKA BERKUMPUL DI DEKAT SUAMI ISTRI ITU. SEMUANYA
BERKERUDUNG
KAIN-KAIN SEHINGGA HANYA SECUIL MUKANYA MATANYA
SAJA YANG NAMPAK. ORANG-ORANG INI ADALAH PARA PENGIKUT DAN PENARI YANG
NANTI AKAN KEMBALI MENJADI PENGIKUT DAN PENARI.
SESEORANG
Apa
ini?
SESEORANG
Putih
sekali.
SUARA
TANGIS ITU TERDENGAR KEMBALI, MENGISAK PILU.
ISTRI
Itu
dia!
SESEORANG
Dari
bawah kain itu.
SESEORANG
Ini
bukan kain!
SUAMI
Sstttt!
SESEORANG
Ada
orang di bawah kain itu!
ISTRI
Ini
suara tangisan bumi, bumi yang menangis. Ini tanda-tanda zaman!
ADA
YANG MENYALA DI BAWAH KAIN PUTIH ITU
SUAMI
Lihat,
menyala. Matikan senter!
SUAMI
DAN ORANG-ORANG YANG MEMBAWA LAMPU SENTER MEMATIKAN LAMPUNYA. CAHAYA DI DALAM
KAIN PUTIH ITU MENUNJUKKAN ADA ORANG DI DALAM KAIN, SEPERTI ORANG DI DALAM
TELUR.
SESEORANG
Awas! Dia
bergerak, mundur!
SESEORANG
Hati-hati,
lebih baik berjaga-jaga sebelum ada apa-apa.
SUAMI
Ini
binatang atau jadi-jadian?
SEKARANG
BARANG ITU KELIHATAN LEBIH JELAS MENYALA. ADA YANG
MENCOBA
MELEMPAR DENGAN BATU. SUARA TANGIS BERHENTI.
ISTRI
Jangan
diganggu, jangan ada yang menyentuh.
SUAMI
Duduk
semua, duduk, jangan berisik. Anak-anak lebih baik pulang.
SESEORANG
Apa
kita sudah membuat dosa, sampai dapat peringatan begini?
SESEORANG
Lihat
bergerak!
KEPALA
BEGERAK DAN MENEMBUS TENGAH-TENGAH KAIN PUTIH (LUBANG KAIN ITU SUDAH DISIAPKAN)
KEPALA TERSEMBUL. CAHYA LAMPU SENTER SEDEMIKIAN RUPA MENYEMPROT BAGIAN DEPAN
MUKA KEPALA.
SESEORANG
Apa
itu!
SESEORANG
Kepala
orang!
SESEORANG
Awas!
SEMUA
MUNDUR.
ISTRI
Jangan
ganggu kami, kami orang bodoh, kami orang miskin. Silakan jalan terus, cari
tempat lain di situ.
SESEORANG
Kepala
siapa itu?
SUAMI
Ssssssttt! Berdoa
semua.
ISTRI
Kami
tidak tahu apa-apa. Kami tidak pernah ikut. Cari makan saja susah, jangan
ganggu kami, kami tak berani, kami menyerah.
SUAMI
Silakan
lewat baik-baik Yang mulia, jangan berhenti di sini, lanjutkan perjalanan.
Berdoa terus, berdoa jangan lihat,
tundukkan kepala. Silakan jalan, itu ke tempat orang-orang kaya, kami tidak
punya apa-apa di sini.
SESEORANG
Ini
seperti kepala siapa, ya?
SESEORANG
Bung
Karno?
SESEORANG
Masak?
SESEORANG
Gajah
Mada!
SESEORANG
Ah,
masak?
SESEORANG
Habis
siapa?
SUAMI
Ssttttt,
berdoa saja!
SESEORANG
Aku
tahu!
SESEORANG
Seperti
Kepala Semar.
SESEORANG
Betul!
SUAMI
Ssstttt!
KEPALA
ITU TIBA-TIBA BERBICARA TETAPI SUARANYA TAK KELUAR.
SESEORANG
Dia
bicara!
SUAMI
Diam! Jangan
bicara nanti dia marah
ISTRI
Ampun,
jangan kami, kami orang miskin. Ke kota saja, cari orang-orang kaya. Kami tidak
punya apa-apa kok!
SESEORANG
Siapa
orang ini, ya? Rasanya pernah lihat, sering. Ya Tuhan, siapa ya. Rasanya
kita kenal!
SESEORANG
Seperti
kepala Bung Hatta?
SUAMI
Berdoa
semua cepat!
SESEORANG
Saya
nggak ikut, lho!
SESEORANG
MAU LARI, TAPI CEPAT DITANGKAP KAWANNYA.
SESEORANG
(memberangus
kawannya).
Jangan
mau selamat sendiri.
SUAMI
Tenang,
tenang, tak apa-apa, berdoa saja.
KEPALA
YANG NONGOL ITU TERIAK TAPI TAK KEDENGARAN SUARANYA.
SESEORANG
Dia
marah!
SESEORANG
Marah
kenapa memang?
SESEORANG
Seperti
memberikan pesan-pesan terakhir.
KEPALA
ITU MAKIN KERAS BICARA DAN BERTERIAK, TAPI TAK KEDENGARAN.
ISTRI
Ya
Tuhan, dia minta tolong, dia kesakitan! Tolong cepat!
MAU
MENOLONG. YANG LAIN-LAIN JUGA.
SUAMI
Awas! Jangan
injak kainnya nanti kelelap seperti dia!
SEMUA MENGURUNGKAN
NIATNYA.
SESEORANG
Masak?
SUAMI
Buktinya
dia sendiri kelelap. Cari akal lain.
ISTRI
Tolong
cepat nanti terlambat.
SUAMI
Cari
tali!
SESEORANG
Tali
tali!
SALAH
SATU LARI CARI TALI.
ISTRI
Cepat!
SUAMI.
Kami
tahu kamu kesakitan, tapi kami tidak mau menambah korban.
ISTRI
Sabar,
tahan, jangan mati dulu! Ya Tuhan, aku tahu siapa ini, aku ingat sekarang.
Orang ini wartawan yang selalu membela
kita itu. Cepat, nanti dia mati.
SUAMI
Cepatttt!
SESEORANG
(melompat
muncul sambil mengulurkan tali)
Tali!
SUAMI
CEPAT MENYAMBUT. MENYERAHKAN GULUNGANNYA KEPADA YANG LAIN. IA SENDIRI MEMEGANG
UJUNG TALI MEMBUAT JERAT LALU MELEMPARKANNYA KEARAH KEPALA. KENA.
SUAMI
Tarik!!
BERAMAI-RAMAI
SEMUANYA MENARIK TALI YANG KINI TERIKAT KE LEHER
KEPALA.
KEPALA
(suaranya sekarang kedengaran)
Tolonggggg!
SUAMI
Tahan,
tahan! Demi keselamatan, tahan, tahan terus! Tarik, tarik terus!
SEMUA
MENARIK TALI DENGAN SUSAH PAYAH.
KEPALA
Tolonggggggggggg!
SUAMI
Tahan
sebentar lagi! Ayo tarik sama sama. Hulupis kuntul baris. . . . .
SEMUA
Hulupis
kuntul baris, hulupis kuntul baris. . . . .
(menyanyi
sambil menarik)
KEPALA
TERUS MELOLONG MINTA TOLONG, SEDANG ISTRI MENANGIS. LALU KEDENGARAN KETUKAN
PALU DALANG KEMBALI. LALU BERLOMPATAN MUNCUL PARA WARTAWAN DENGAN PERLENGKAPANNYA.
DALANG LANGSUNG NEMBANG. PARA WARTAWAN
LANGSUNG MENJEPRET.
DALANG
(sambil
mengetukkan palunya)
Bumi,
bumi yang pengasih menangis tersedu-sedu, ia bangkit dari dalam gelap dan
berkata-kata, menanyakan mengapa terlalu banyak darah tumpah, mengapa terlalu
banyak lubang berisi tulang-tulang manusia. Bumi menjerit tetapi tak ada yang
mendengar suaranya, tak ada mengerti lolongannya. O bumi, bumi yang pengasih
bumi yang selalu diberaki manusia. Bumi menggugat manusia. Tapi manusia cuma
main jepret-jepretan cari duit. Ada juga yang pura-pura menolong-nolong
pentung, malah mengikat dan mencekek lehernya. O dunia, dunia yang fana, serba
kisruh, serba bertentangan, dan aku ya kok terus ngetuk-ngetukkan palu seperti
keenakan menembang begini.
(berhenti
mengetukkan palu)
Hasipppppppppp!
HANSIP
(dari
luar)
Sabarrrr.
Sebentar lagi!
SEBAGIAN
DARI ORANG-ORANG YANG MENARIK TALI ITU MELEPASKAN SELIMUTNYA, TERNYATA MEREKA
PARA PENARI YANG MENGENAKAN PAKAIAN PUTIH-PUTIH. MEREKA MENARI KE ATAS KAIN
PUTIH. PARA WARTAWAN BEREBUTAN MEMOTRET. BENAR-BENAR BEREBUTAN SALING DORONG
MENDORONG UNTUK MENDAPATKAN ANGLE YANG LEBIH BAGUS. DI MONITOR MUNCUL RANGKAIAN
PERISTIWA KERUSUHAN ATAU PEPERANGAN DI SELURUH DUNIA.
DALANG
(menyanyi)
Ibu
Pertiwi sudah lelah menjadi saksi kebejatan manusia. Makin tinggi
peradaban, makin lihai, o, kelakuan, makin besar
semangat mengoyak sesama. Makin pintar otak o ladalah angher, makin sempurna penyelewengan. O Gusti
minta ampun, mana tahan sampeyan! Ini
gara-gara Hansipnya terlambat terus. Komputernya
ya sekarang kok diam-diam saja. Sudah lupa ya?
KOMPUTER
Habis
nggak ditanya, bagaimana?
PARA
PENARI TERUS MENARI DI ATAS KAIN PUTIH,
LALU TERDENGAR SUARA
TURUN
DARI UDARA DAHSYAT DAN MEMPESONA. TABIR YANG TRANSPARAN (KELAMBU) YANG BESAR TURUN PERLAHAN-LAHAN
DARI UDARA MEMAGARI SELURUH KEJADIAN YANG BERLANGSUNG DI ATAS KAIN PUTIH ITU.
(CATATAN
KALAU
INI DIMAINKAN DI PANGGUNG CUKUP SATU SISI. KALAU DI ARENA, DA
RI
SEGALA SISI DENGAN SENDIRINYA. KALAU DI LAPANGAN TERBUKA, KELAMBU TERSEBUT
DAPAT DIPASANG DI KEEMPAT TIANG SUDUT YANG DIREBAHKAN SEBELUMNYA, KETIKA
DIPERLUKAN LALU DIDIRIKAN OLEH PARA WARTAWAN)
DALANG
Berita,
berita, masih hangat, komplit, dapat dipercaya, menarik, tuntas, mencerdaskan,
bersandarlah pada berita dua kali sehari, demi keawasan dan tuntutan zaman.
Mulailah dengan berita, karena berita adalah sumber-sumber kehidupan. Berita,
berita, nyata, berguna dan sehat.
(menembang
lagi)
PARA
WARTAWAN MENYELUSUP ATAU MELOMPAT MELUPUTKAN DIRI DARI SEKAPAN TIRAI. ADA JUGA
YANG IKUT MEMBANTU MEMBERESKAN TIRAI SUPAYA RAPIH. KETIKA DALANG MAU IKUT
KELUAR, IA DITARIK LAGI SUPAYA MENCELUP KE DALAM. DALANG TERPAKSA TINGGAL DALAM
KELAMBU ITU.
YANG
MENARIK TALI BERUSAHA TERUS MENARIK DARI LUAR KELAMBU DIKOMANDO OLEH SUAMI
ISTRI ITU. PARA WARTAWAN MERENGUTKAN JUBAH JUBAH MEREKA. TAMPAK MEREKA TAK LAIN
DARI PARA PENGIKUT YANG BERTOPENG DAN MEMBUNTAL DIRINYA ITU.
SUAMI
Tarik,
tarik terus, kalau perlu korbankan nyawamu!
ISTRI
Jangan
sampai mati, nanti kita, disalahkan dikutuk zaman!
PARA
WARTAWAN TERUS MENGABADIKAN DAN MEMBERIKAN JALAN. MEREKA JATUH BANGUN MENARIK
TALI. KALAU INI DIMAINKAN DI PANGGUNG USAHAKAN SUPAYA MEREKA SEMPAT JATUH KE
BIBIR PANGGUNG WAKTU MENARIK. KEMUDIAN BANGUN LAGI DENGAN GIGIH (SEMENTARA ITU
MUSIK ANEH DAN SUARA TEMBANG DALANG SERTA KESIBUKAN PENARI TERUS BERLANGSUNG).
TALI DISAMBUNG. SEMUANYA MENARIK TERUS SAMPAI KE PINTU KELUAR. TERUS MENARIK
SAMPAI SEMUANYA BERADA DI LUAR GEDUNG ATAU DAERAH PENONTON. TALI TERENTANG DARI
DALAM KELAMBU KE LUAR DAERAH PENONTON.
SUAMI
(di
luar berteriak memanggil-manngil)
Tolong,
tolong, tarik ada orang kelelap. Tolonggggggg!
ISTRI
Pak
Hansip, mana Pak Hansip, tolong Pak. Tuti, tolong Tut!
SUAMI
Pak
Hansippppp, tolonggg!
DALANG
MENGULURKAN KEPALANYA KE LUAR KELAMBU SAMBIL MEMEGANGI TALI.
DALANG
Jangan
ditarik kenceng-kenceng nanti dia mati!
PARA
WARTAWAN LANGSUNG MENDEKAT DAN MENJEPRET. DALANG BERBALIK DAN MENONGGOLKAN
PANTATNYA, LALU KENTUT. PARA WARTAWAN MELEMPAR DENGAN SEPATU PANTAT ITU. TIBA-TIBA
TERDENGAR SUARA GEMURUH DAHSYAT. TIRAI-TIRAI
ITU MENGALIR TURUN TAMPAK SEPERTI AIR TERJUN. LALU TIBA-TIBA PUTUS DAN HABIS.
WAKTU ITU KEPALA MELONTAR KE ATAS SEPERTI BATU TERLEMPAR OLEH GUNUNG MELETUS.
LALU TERGANTUNG DI UDARA.
CATATAN:
SEMUA INI DAPAT DILAKSANAKAN DENGAN SEDERHANA. TIRAI KALAU TIDAK MUNGKIN PANJANG,
DAPAT BEGITU SAJA TURUN, HABIS.
SEDANGKAN SEBELUM KEPALA TERLONTAR, DAPAT TURUN TALI YANG DENGAN BANTUAN
DALANG DAPAT DIPASANG PADA KEPALA, LALU MENARIK KEPALA SUPAYA DAPAT MELAYANG,
SEDANGKAN DUA TALI DARI KIRI KANAN JUGA MENGIKAT DAN MENARIK KE SAMPING. SEDANGKAN
KEDUA KAKI JUGA TERIKAT KE BAWAH. PRAKTIS SANG KEPALA TERPENTANG OLEH TALI-TALI
DI UDARA SEPERTI DIJEMUR.
KEMUNGKINAN
LAIN. MEMAKAI BONEKA. ATAU SANG KEPALA LANGSUNG BERDIRI SAMBIL MENGANGKAT
SEBUAH GALAH, DI UJUNGNYA ADA KEPALA MANUSIA YANG DIIKAT OLEH TALI YANG DITARIK
KELUAR ITU.
KEMUNGKINAN
LAIN JUGA TERBUKA DENGAN CATATAN BAHWA ADEGAN INI HARUS BENAR-BENAR MERUPAKAN
KLIMAKS VISUAL YANG MERUANG TERUTAMA
MEMENUHI DIMENSI KE ATAS, BAWAH DAN DEPAN.
SETELAH SANG KEPALA TERKATUNG DI UDARA, BUNYI YANG DAHSYAT ITU MENJADI
MUSIK YANG MONOTUN. KERAS TAPI MONOTUN. LALU SEMUA PEMAIN DATANG KE BAWAH
TEMPAT SANG KEPALA MELAYANG. DALANG,
PARA WARTAWAN, PENGIKUT, SUAMI
ISTRI DAN JUGA KEPALA . SEANDAINYA YANG MELAYANG ITU BONEKA, BERKUMPUL MEMBUAT
POSISI YANG BAGUS SEPERTI HENDAK MEMBUAT SEBUAH POTRET KELUARGA. MUSIK MONOTUN
TERUS. KOMPUTER KEMBALI BEBICARA, KINI
KEPADA PENONTON.
KOMPUTER
Para
hadirin sekalian, betapa inginnya kita untuk tetap bersama-sama berkumpul,
menonton, dan berbicara, tetapi waktu
rupanya sudah tak megijinkan lagi. Tiba waktunya untuk berpisah. Kami mengucapkan selamat malam, selamat tidur,
semoga besok kita berjumpa lagi dalam kesempatan dan jam yang sama dalam keadaan
sehat sejahtera bersama-sama.
(lalu
menyebutkan nama pemain dan peran-peran yang dibawakannya)
TV
MENAMPAKKAN GAMBAR SIARAN AKHIR ACARA. PARA PEMAIN DALAM POSISI SEMULA DI DALAM
SOROT LAMPU PANGGUNG MENANGGALKAN PAKAIANNYA DENGAN TENANG. TIBA TIBA TERDENGAR
SUARA SEMPRITAN. DUA HANSIP MEMAKAI SEPEDA ATAU MOTOR MUNCUL DENGAN PAKAIAN
LENGKAP. MEMARKIR KENDARAANYA DAN LANGSUNG MENIUP SEMPRITANNYA KERAS DAN
PANJANG SEKALI. PRITTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT.
HANSIP
Ada
apa, ada apa ini?
(meniup
sempritan)
HANSIP
Tenang,
tenang, buka pintu nyalakan lampu semua. Ayo bubar, bubar, jangan kumpul-kumpul
sini.
(nyemprit)
HANSIP
Ada
apa sih ini?
(kepada
penonton)
Ada
apa Bu? Ah?
KEDUA
HANSIP ITU BERTANYA-TANYA. SATU BERTANYA PADA KOMPUTER
YANG
SATU LAGI MENANYAI PEMAIN. DI JALAN YANG
DILALUI OLEH PARA PENONTON WAKTU PULANG, DI PINTU KELUAR ADA SEBUAH KOMPUTER
SEPERTI YANG DIPAKAI DI DALAM PERTUNJUKAN, SEDANG GIAT MENGELUARKAN
SINYAL-SINYAL. ANAK-ANAK KECIL
BERTERIAK-TERIAK MENJAJAKAN KORAN SEPANJANG JALAN PADA PARA PENONTON SAMBIL
MENERIAKKAN HEADLINE YANG HANGAT, KERAS,
MENGAGETKAN KADANGKALA CABUL.
LOPER
KORAN . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
LOPER
KORAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
LOPER
KORAN . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
LOPER
KORAN . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAN
SETERUSNYA MENRIAKKAN HEADLINE YANG HANGAT.
DI TEMPAT PARKIR HANSIP SEMPRAT-SEMPRIT DENGAN BISINGNYA MENGATUR LALU
LINTAS SEHINGGA KEADAAN JUSTRU KACAU. DAN SETERUSNYA.
0 Response to "Naskah Drama BOR karya Putu Wijaya"
Posting Komentar