Sinopsis
Novel Anak Tanah Air Karya Ajip Rosidi - Assalamu’alaikum….
Selamat beraktifitas di pagi yang cerah ini. Kali ini aku akan memposting
sebuah roman, yaitu sinopsis Anak Tanah Air. Langsung saja dilihat….
Anak
Tanah Air adalah salah satu novel mutakhir Indonesia yang berhasil dan banyak
dibicarakan orang, ditulis oleh Ajip Rosidi ketika berada di Jepang.
Diterbitkan oleh Gramedia tahun 1985.
Tema Cerita : Kisah seorang anak manusia
yang karena lugunya berhasil dihasut oleh kader-kader PKI.
Setting Cerita : Cerita terjadi di Jakarta dengan
segala denyut nadi masyarakat Jakarta yang waktu itu sedang menghadapi
pemilihan umum dan gencarnya pengaruh paham komunis dalam diri pemudanya.
Tokoh-tokohnya : 1. Ardi: seorang pemuda
kampung yang bersekolah di Jakarta. Dia seorang seniman lukis. Karena termasuk
pemuda lugu, Ardi cepat terpengaruh paham komunis.
2.
Abdulmanan: paman Ardi. Dialah yang membiayai sekolah Ardi di Jakarta.
3.
Muhammad: paman Ardi, seorang siswa SMA dan sambil bekerja di Departemen
Keuangan.
4.
Rusmin: paman Ardi, siswa sekolah Taman Dewasa.
5.
Hasan: teman Ardi sesama seniman.
6.
Rini: teman Ardi.
7.
Hermin: teman perempuan Ardi, kekasih Ardi.
8.
Suryo: teman Ardi, seorang kader PKI.
Ringkasan
Cerita:
Betapa
gembiranya Ardi, ketika mendapat tawaran dari pamannya Abdulmanan untuk
bersekolah di Jakarta. Bagaimana pun Jakarta adalah sebuah kota besar dan
selama ini dia mimpikan bisa melihat dan tinggal di Jakarta.
Sampai
di Jakarta, ternyata di rumah kontrakan pamannya, sudah tiga orang yang tinggal
di sana, yaitu Rusmin, Abdulmanan sendiri, serta Muhammad. Kalau ditambah
dirinya, rumah tersebut terasa sempit. Tetapi keadaan demikian bukanlah penghalang
untuk mereka berjuang dan menuntut ilmu di negeri orang. Muhammad adalah
pamannya juga, yang sedang bersekolah di SMA dan sambil bekerja di Departemen
Keuangan. Rusmin juga pamannya, sedang menuntut ilmu di sekolah Taman Dewasa.
Ardi
begitu kagum dan sangat hormat pada pamannya Abdulmanan, sebab walaupun
mempunyai penghasilan kecil, namun niatnya untuk menyekolahkan sanak familinya
cukup besar. Ardi sendiri dimasukkannya ke sekolah Taman Dewasa, di sekolah ini
pula pamannya Rusmin bersekolah. Karena jarak antara rumah dan sekolah jauh,
Ardi yang belum terbiasa pakai sepatu agak tersiksa juga, masalahnya dia
berjalan kaki. Namun semua itu tidak membuat dia surut dalam menuntut ilmu.
Pergaulannya
cukup baik di sekolah, suka bergaul dan bercakap dengan siswa yang lebih tua di
Taman Madya. Dia banyak berkenalan dengan siswa yang mempunyai hobi melukis,
dan sedikit-sedikit dia pun mulai belajar melukis. Karena memiliki bakat
melukis, lama kelamaan Ardi mulai pandai melukis. Dia mencoba mengirimkan
sketsa-sketsanya pada majalah Mimbar Indonesia, beberapa sketsanya mulai dimuat
dalam majalah tersebut.
Lulus
sekolah Taman Dewasa, Ardi masuk ke sekolah Taman Madya. Karena sekolahnya
sore, pagi-pagi sebelum sekolah, Ardi pergunakan waktunya berkunjung ke rumah teman-temannya
sesama pelukis. Di sana dia banyak belajar melukis. Walaupun Ardi lebih banyak
mencurahkan perhatiannya pada kegiatan melukis, namun karena pergaulannya pada
pemuda yang beraneka ragam itu, Ardi sedikit-sedikit mengerti juga masalah
politik. Apalagi banyak teman-temannya aktif dalam berbagai organisasi
kepemudaan. Hal ini juga sehubungan sedang memanas hawa politik pada masa itu,
karena sudah dekat pemilu atau pemilihan umum. Waktu kampungnya, tempat dia
mengontrak bersama pamannya itu terbakar, langsung dia hubungkan dengan keadaan
politik sekarang. Bahwa kebakaran sengaja dilakukan pihak pemerintah guna
menyerang lawan politiknya. Atau sebaliknya, ada pihak tertentu yang sengaja
membakarnya supaya pemerintah dijauhi oleh rakyat.
Ardi
makin aktif dalam dunia kesenian, terutama seni lukis. Ketika tamat sekolah
Taman Madya, dia tidak melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, karena dia dan
pamannya tidak punya biaya. Dia tinggal bersama Ahmad, tidak tinggal bersama
pamannya lagi, dia mencoba hidup mandiri.
Sewaktu
bersama Ahmad, Ardi berkenalan dengan Hermin dan Rini. Dia sering datang ke
rumah Rini, karena Rini hendak menjadi model lukisannya. Karena sering ke rumah
Rini dan sering bertemu dengan Hermin, hubungannya dengan Hermin sudah
melampaui batas. Mereka beberapa kali melakukan perbuatan maksiat. Masa itu,
perbuatan hubungan selayak suami-istri sudah merupakan suatu trend, suatu gaya
hidup masyarakat kota metropolitan. Mereka terkadang tidak takut akan hukum
Tuhan.
Karena
sudah mempunyai penghasilan dari hasil kerjanya di sebuah majalah ibu kota,
Ardi pindah dari rumah Ahmaddan mengontrak sebuah rumah kecil di bilangan
Setiabudi. Sementara itu akibat pergaulannya dengan beberapa kader PKI, Ardi
yang lugu itu dengan mudah tertipu oleh pemuda-pemuda PKI. Dia pernah ditipu
oleh Suryo dan kawan-kawannya sesama seniman Lekra. Dengan cara yang halus
mereka berhasil membujuk Ardi menandatangani suatu Konsepsi Presiden. Menurut
Ardi hanya biasa-biasa saja, tidak ada muatan politisnya, seperti kata Suryo bahwa
itu semua sekedar Syarat administrasi saja. Padahal dengan Ardi menandatangani
surat tersebut berarti bahwa Ardi sudah masuk ke dalam suatu lingkungan
komunis. Ardi dijauhi oleh teman-teman dekatnya yang anti komunis. Juga Hermin,
karena orang tua Hermin tidak mau anaknya berhubungan dengan seorang komunis.
Sketsa-sketsa yang dia kirim ke majalah yang biasa memuatnya, mulai tidak
dipublikasikan. Ardi tidak menyadari bahaya tersebut, bahwa dia sebenarnya
sudah menjadi anggota PKI dan dibenci orang.
Dia
semakin tidak menyadari semua itu, apalagi dia mendapat tawaran dari Suryo dan
kawan-kawan untuk berpameran tunggal dengan biaya seluruhnya ditanggung oleh
pihak Suryo dan kawan-kawan. Sebagai seniman lukis berbakat, tentu saja tawaran
tersebut sangat menarik. Dalam hati Ardi bahwa teman-temannya itu betul-betul
seorang, yang suka membantu orang yang sedang kesusahan. Sedangkan Ahmad,
Hasan, Hermin, ataupun yang lain-lainnya bukanlah seorang sahabat. Dia semakin
percaya pada Suryo dan kawan-kawan, karena Suryo dan kawan-kawan tidak hanya
suka datang ke rumahnya dan menemaninya secara materi, sehingga dia bisa
menyambung nyawa.
Pameran
tunggal Ardi sukses. Pengunjung berjubel. Banyak tanggapan tentang
karya-karyanya dipublikasikan di media massa. Semua menganggap positif karya
dan pameran Ardi. Dia dipuji-puji. Hal ini semua berkat bantuan teman-teman
PKI-nya. Makanya dia sangat aktif bersama teman-teman seideologinya
menggerakkan organisasi-organisasi kemudian di bawah lindungan PKI. Dia
beberapa kali dikirim ke luar negeri atas biaya PKI.
Suatu
kali, sewaktu dia dikirim ke luar negeri, Ardi bertemu Hasan, teman lamanya.
Hasan yang seniman lukis juga seperti Ardi, tidak suka berpolitik. Hasan lebih
suka menekuni kegiatan melukis daripada masuk dalam organisasi politik. Lewat
percakapannya dengan Hasan ini baru Ardi mengerti bahwa politik itu kejam.
Apalagi politik PKI yang selama ini menaungi Ardi, menurut Hasan adalah suatu
organisasi politik yang sangat berbahaya. Akhirnya Ardi memutuskan untuk keluar
dari Lekra dan PKI-nya, karena dia sudah sadar akan kekeliruannya.
Dia
semakin sadar kekeliruannya masuk dan bergabung dengan PKI, ketika terjadi
huru-hara tanggal 30 September 1965, dimana PKI mencoba mengambil alih
pemerintahan. Waktu itu Ardi menyelamatkan diri ke Jawa Tengah, sehingga dia
lolos dari penggeledahan dan penangkapan yang dilakukan di Jakarta terhadap
orang-orang PKI. Setelah kejadian itu, nasib Ardi tidak berkabar lagi.
Sekian
dulu postingan kali ini, semoga bermanfaat bagi teman-teman semuanya.
Wassalamu’alaikum....
Sumber: Rosidi, Ajip.
Anak Tanah Air. Jakarta. Gramedia. 1985.
0 Response to "Sinopsis Novel Anak Tanah Air Karya Ajip Rosidi"
Posting Komentar