Membaca Kehidupan Melalui Teks Puisi - Assalamu’alaikum… Selamat pagi, selamat
berjumpa lagi dengan blog yang sederhana ini. Sebenarnya ini sudah lama tapi
baru sempat ketemu sekarang filenya.
Pada bulan Desember kemarin, tepatnya 22
Desember 2014 bertempat di Aula Nyi Endang Dharma Ayu Universitas Wiralodra
Indramayu, diadakan sebuah kegiatan yang bernama Seminar Nasional Sastra yang
diselenggarakan oleh Himpunan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
(HIMBASI) dengan saudara Rifky Adi Prayogi sebagai Ketua Pelaksananya.
Peserta dari kegiatan ini adalah pelajar, mahasiswa,
dan umum dengan tiket masuk Rp. 10.000,-/pelajar dan Rp. 20.000,-/mahasiswa dan
umum. Kegiatan ini sendiri diikuti oleh lebih dari 350 peserta yang berasal
dari Indramayu dan daerah di sekitarnya. Pemateri pada kegiatan Seminar
Nasional Sastra ini adalah Prof. Dr. H. Abdul Rozak, M. Pd. yang merupakan Guru
Besar Unswagati Cirebon.
Apa saja yang disampaikan beliau pada Seminar
Nasional Sastra tersebut? Langsung saja disimak….
(Prof. Dr. H. Abdul Rozak, M. Pd.)
Disampaikan pada Seminar Nasional Sastra
Himpunan Mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Wilalodra (HIMBASI UNWIR)
Indramayu, 22
Desember 2014
A. PENGANTAR
Sebuah
pengalaman menjadi penting ketika diaktulisasikan dalam kehidupan. Banyak hal
menjadi penting dalam manata hidup jika diresapkan dengan olah pikir dan olah
rasa sehingga menjadi bagian tidak terpisahkan dari langkah kehidupan
berikutnya. Memeroleh pengalaman memerlukan kekuatan untuk menjalankannya.
Tidak ada pengalaman yang datang begitu saja. Pengalaman langsung dan tidak
langsung tetap harus diperjuangkan dengan sepenuh hati dan sepenuh raga dengan
keseimbangan yang tetap diprioritaskan.
Semua
pengalaman netral. Baik dan buruknya tergantung pada penyikapannya. Pikiran
positif akan merujuk pada penyikapan secara baik, apa pun pengalamannya.
Sebaliknya pengalaman menjadi jelek jika disikapi dengan pikiran negatif. Apa
yang disebut pengalaman adalah segala hal yang telah kita lewati baik secara
lansung maupun tidak langsung.
Kita mempunyai keterbatasan dalam banyak hal, tetapi memiliki keingintahuan yang tidak terbatas. Kita terbatas dalam ruang dan waktu. Dalam waktu yang bersamaan tidak akan mungkin ada dalam waktu dan tempat yang bersamaan secara wujud. Akan tetapi, pikiran dan perasaan kita bisa berada di tempat yang berbeda dengan tempat wujud kita. Kemampuan ini dapat kita manfaatkan untuk memeroleh pengalaman scera tidak langsung, misalnya pengalaman baca. Betapa banyak penulis telah menyajikan pengalaman batin dan lahirnya dalam berbagai bentuk tulisan.
Tulisan
ini secara sederhana menelusuri pengalaman penyair melalui puisi yang telah
dipubilkasikan. Tulisan ini berisi hasil membaca teks untuk yang
dipertimbangkan sebagai usaha menjalani hidup berkualitas. Beberapa puisi yang
diacak, tidak melalui seleksi ketat. Penulis membaca beberapa puisi yang dapat
memberikan keindahan dalam menjalani hidup. Teks puisi dijadikan sebagai
cermin. Teori disajikan sebagai penguat hakikat teks puisi yang pada prinsipnya
memberikan kebebasan kepada pembaca untuk menelaah dan menangkap maknanya
sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dipunyainya.
B. TEKS PUISI
Mengapa
sebuah puisi lahir? Banyak penyebab dan setiap kelahirannya berlatar belakang
masing-masing meski dari orang yang sama, dari penyair yang sama. Setiap orang
mempunyai hak melahirkan puisi, bukan monopoli penyair. Penyair bersenandung
melalui puisi, sebagai bukti berbakti pada hidup dengan menayangkan gagasan
melalui bahasa puitis.
Pilihan-pilihan
disajikan kepada pembaca melalui karya yang diungkapkan seolah tidak pernah
selesai. Para penyair, para pengarang mengolah kehidupan dengan renungan dan
pikiran yang matang kemudian dipersembahkannya dalam kehidupan yang luas.
Mereka selalu bersentuhan dengan alam yang indah, kehidupan yang kompleks,
rumit, terkadang misteri. Satu sama lain bersentuhan tetapi tidak mengenal,
bersahutan tetapi dalam diam. Banyak hal terungkap dalam syair dan kita dapat
memilih sejalan dengan apa yang kita butuhkan. Permasalahannya adalah sering
kita abai. Kita merujuk pada pendahuluan kepentingan diri, keluarga, dan
lingkungan sekitar tanpa menyadari bahwa makna hidup tidak selalu diraih dari
apa yang dialami sendiri. Penyair berbagi pengalaman hidup dan kita sebagai
pembaca dapat dengan membincangkannya dan membingkainya dalam hati dan pikir.
Kita menjalankannya dengan perhitungan, sesuai dengan kepentingan menuju hidup
yang baik. Pada akhirnya putusan berada pada tangan kita. Sebaiknya apa yang
baik dijalankan dengan baik agar berdampak terhadap kebaikan kita dan sesama.
Apa
yang menarik dari teks puisi? Puisi itu sebuah teks yang baru berbicara jika
disentuh dengan pikir dan rasa. Kebermaknaan teks terwujud pada saat terjadi
transaksi antara pembaca dan teks. Menurut Rosenblatt (1988) bahwa “The
‘meaning’ does not reside ready-made in the text or in the reader, but happens
during the transactional between reader and the text.”. Menurut Will and
Johnston (2000:2 /readingonline.org.) pengembangan makna melalui maju
mundurnya hubungan antara pembaca dan teks (transaksi) selama proses membaca.
Membaca merupakan tahapan penting yang harus dilalui dalam proses pemaknaan.
Oleh karena itu, transaksi antara pembaca dan teks tidak konsisten. Hal itu
akan berkembang terus selama proses membaca dan setelah proses membaca.
Aktivitas pembaca menentukan makna sebuah teks. Teks adalah sebuah kondisi
diam, tidak berdaya, hanya membuka peluang kepada pembaca untuk masuk dan
berbicara dengan hati dan pikirnya. Jadi, sebuah teks memang tidak berguna
selama dianggap sebagai teks. Teks, senyatanya mengajak dialog. Kita diam, dia
diam. Jadi, ketersentuhan kita membuka peluang seberapa besar makna yang
terungkap.
Pemaknaan
tergantung pada kemampuan pembaca menangkap simbol-simbol, kata-kata yang
mewakili maksud penyair. Amanat penyair mesti ada, tetapi tidak mutlak. Teks,
sekali lagi selalu membuka dirinya dengan batas-batas kata yang disiapkan
penyair. Pembaca mempunyai kebebasan, penyair menyiapkannya melalui kata-kata
yang dirangkai agar bunyi menjadi arti. Pembaca dapat membunyikannya dengan
bekal berkemampuan berbahasa. Pembaca dapat menelaah melalui kata-kata yang
dihidupkan dengan bekal bahasa, pengalaman, dan pengetahuan.
Teks (karya sastra) menyediakan pengalaman
hidup (living through) bukan pengetahuan sederhana (Rosenblatt,
1983:38). Bila pembaca membaca Rome and Juliet tidak akan akan
memperoleh pengetahuan tentang Rome and Juliet, tetapi ia akan
memperoleh pengalaman hidup, pengalaman hidup Rome and Juliet.
Pengalaman itu mungkin sama mungkin tidak. Pembaca telah membaca pengalaman
hidup para tokoh yang kemungkinan akan mengena dalam kehidupannya sehari-hari.
Paling tidak teks itu (Rome and Juliet) telah memberikan tambahan baru
terhadap pengalaman hidupnya. Teks itu sebagai perangsang. Teks itu sebagai
media penjelajahan, literature is thus for him a medium of exploration (Rosenblatt,
1983:v). Penjelajahan dapat dilakukan
dengan kesetiaan pembaca, memahami kata-kata sebagai representatif sekian
banyak niat penyair. Pengalaman melalui teks akan menjadi baru bagi pembaca.
Setiap orang mempunyai pengalaman berbeda karena berbagai alasan; orang tidak
akan mampu berada pada dua tempat dalam waktu yang bersamaan.
Dunia
teks adalah dunia lain, dunia yang berbeda. Kemungkinan dunia yang tidak
dialami pembaca (Smith, 1986: 1). Akan tetapi, pembaca tidak akan merasa
terganggu oleh cerita (peristiwa) yang tidak ada dalam dunia nyata. Kebenaran
yang ada dalam cerita adalah kebenaran yang hanya ada dalam cerita (Miller, 2002
: 206-207). Karya sastra merupakan dunia yang otonom yang tidak terikat pada
dunia nyata dan tidak menunjuk pada dunia nyata, kecuali melalui makna unsur
yang ditunjuk di dalamnya. Karya sastra memang dunia rekaan yang selfsufficient,
cukup diri, otonom, mematuhi hukumnya sendiri. Hukum itu tidak perlu bahkan
tidak mungkin bersamaan dengan hukum alam, atau hukum probabilitas, atau
hukum tata susila, atau hukum agama (Teeuw, 1984 : 12 – 34).
Teks
menurut Rosenblatt (1978:13)” The Text of poem or of a novel or a drama is
like a musical score.” Lebih jauh Rosenblatt (1978) mengatakan bahwa teks
akan mengarahkan pembaca melalui proses perbaikan diri. “The text itself
leads the reader toward this self-corrective process.” Dia mengatakan ada
dua fungsi utama teks.
“First, the text is a stimulus activating
elements of reader’s past experience—his experience both with literature and
with life. Second, the text serves as a blueprint, a guide for the selecting,
rejecting, and ordering of what is being called forth; the text regulates what
shall be held in the fore front of the reader’s attention.” (hlm. 11).
Teks tampak sebagai peristiwa hidup pembaca.
The
importance of the text is not denied by recognition of its openness. The text is the author’s
means of directing the attention the reader […] The reader, concentrating his
attention on the world he [the author] has evoked, feels himself freed for time
from his own preoccupations and limitations. Aware that the blueprint of his
experience is the author’s text, the reader feels himself in communication
with another mind, another world (hlm.
86).
Teks diciptakan penulis
berdasarkan pengalaman hidupnya, berdasarkan rekaannya. Penulis bermaksud
menyampaikan pengalamannya kepada pembaca. Dalam teks itu tersedia pengalaman
hidup dengan harapan pembaca dapat menemukan pelajaran, dapat menemukan sesuatu
yang dapat dipelajari. Teks itu berusaha menyediakan ragam kultur yang berbeda.
Di samping itu, sastra sebagai karya seni dapat juga mengisi batin pembaca, for
plesure (Purves, 1990) dengan cara demikian karya sastra akan diperhatikan
orang (pembaca). Rosenblatt (1978) berharap agar teks berfungsi meluas.
Perhaps
we should consider the text as an even more general medium of communication
among readers. As we exchange experiences, we point to those elements of the
text that best illustrate or support our interpretations. We may help one
another to attend to words, phrases, images, scenes, that we have overlooked or
slighted. We may be led to our own sense of having “done justice to” the text,
without denying its potentialities for other interpretations. Sometimes the
give-and-take may lead to general increase in insight and even to a consensus.
(hlm 146)
Kenetralan
teks memberikan peluang untuk ditelaah dari berbagai segi. Ratna (2004)
mencatat beberapa pendekatan terhadap teks, yaitu pendekatan biografis,
pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, pendekatan antropologis, pendekatan
historis, pendekatan ekpresif, pendekatan memisis, pendekatan pragmatis, dan
pendekatan objektif.
1.
Teks sastra, salah satu bentuk teks narasi bukan objek
yang berdiri sendiri dan memancarkan wajah yang sama kepada pembaca. Karya
sastra bukanlah sebuah monumen yang
mengungkapkan intinya yang abadi dalam sebuah monolog (Selden, 1991 : 121).
Karya sastra selalu membuka peluang dialog dengan pembacanya. Teks pada umumnya
membuka kemungkinan mengajak dialog kepada pembacanya. Dalam dialog itu berbagai
tafsiran akan muncul dan tafsiran pembaca dipengaruhi oleh pengetahuan
sebelumnya (pengetahuan, pengalaman, dan
perasaan) (Rozak, 2011 : 2)
2. Miller (2002 :32-41 memaparkan beberapa teks
sastra.
a) Karya
sastra tidak selaras dengan satu sama lainnya. Setiap karya sastra selalu berbeda satu
dengan lainnya. Bahkan dengan karyanya sendiri. Karya Putu Wijaya seperti Telegram berbeda dengan Bila Malam Bertambah Malam. Kedua karya
itu mempunyai ciri khas. Begitu juga dengan karya Ramadhan K.H. seperti Kemelut Hidup atau Royan Revolusi. Karya-karya itu khas. Oleh karena itu, membicarakan
sastra tidak akan membosankan karena selalu dituntut menemukan sesuatu yang
baru untuk bekal hidup. Pengalaman yang sangat beragam itu dapat mengayakan
pilihan hidup. Pengajar yang memegang peranan penting mengolah teks sastra agar
para pembelajar dapat menemukan makna hidup.
b) Sastra
adalah ungkapan performatif.
Ungkapan performatif itu tidak menyebutkan keadaan suatu kejadian, tetapi
mengungkapkan hal yang disebutkan. Salah satu contoh, misalanya dalam kondisi
tertentu penghulu mengatakan, “Dengan ini saya nikahkan dan kawinkan ....”
c) Sastra
menyimpan rahasianya sendiri. Bagaimana
cara membongkar apa yang terdapat dalam teks sastra? Membaca adalah cara untuk
mengungkap makna yang terkadung. Pengarang menitipkan pesannya melalui
kata-kata. Kata-kata dipilih pengarang dengan memertimbangkan berbagai aspek
yang berhubungan dengan niat. Keterpilihan kata-kata didorong penentuan amanah
yang akan disampaikan kepada pembaca. Pengarang selalu beranggapan bahwa
pembaca adalah orang yang cerdas. Oleh karena itu, pesannya dimasukkan ke dalam
kata yang dipilihnya dengan saksama. Rahasia itu harus diungkap pembaca dengan
cara membaca. Jadi, membaca teks sastra sesungguhnya belajar membongkar rahasia
yang rapi disimpan dalam rangkaian kata.
d) Sastra
menggunakan bahasa kiasan.
Sastra itu bukan karya biasa. Ia dilahirkan para pengarangnya melalui proses
yang panjang. Bahasa teks sastra menjadi tidak biasa karena cara berpikir para
pengarang luar biasa. Para pengarang mencipta peristiwa biasa menjadi tidak
biasa. Dengan keindahan dan kelincahan bahasanya berbagai peristiwa mengalir.
Bahasa kaisan yang tidak biasa itu menjelajah ruang-ruang kehidupan yang
sengaja dicipta pengarang. Bahasa dicipta menarik agar apa yang diniatkan
terwujud dengan indah dalam keseimbangan.
3. Kebermaknaan karya sastra terpenuhi setelah
disentuh pembaca (Rosenblatt, 1978). Karya sastra tidak dengan sendirinya
menjadi teks. Pembaca akan menentukan maknanya. Riset membuktikan bahwa lima
ratus orang akan menyatakan hal yang berbeda tentang teks, seperti membicarakan
bahasa, atau plot, atau karakter, atau setting, atau interpretasi, atau genre,
atau tema, atau moral, dan sebagainya (Purves, 1990 : 55). Hal itu dapat
terjadi karena pengalaman orang berbeda
dan pengalaman ini berpengaruh terhadap respons. Orang berbeda dalam konsep
sesuatu. Orang berbeda dalam menyikapi sesuatu dan minat orang berbeda (Rozak,
2011 : 14).
4. Pendekatan terhadap teks dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu efferent dan
aesthetic reading (Rosenblatt, 1978 :22-47). Kata efferent berasal dari bahasa
Latin yang bermakna “to carry away”. Secara sederhana Cox & Many, 1992 dikutip oleh
Will & Johson (2000),”Efferent stance can be described as reading for
information and facts, and is characterized as both impersonal and nonliterary.
In contrast, in an aesthetic stance, responsees are notably more literary – the
reader is able to “center upon her own transactions with the book and images,
feelings, sensation, moods, literature, and life.”. Efferent stance(orientasi
sikap efferent), pembacaan karya sastra dimaksudkan terutama untuk
“mengambil sesuatu” dari bacaan tersebut. Aesthetic stance bertujuan
pada penikmatan karya kesastraan sebagai hiburan dan “santapan batin”. (Rozak,
2011 : 17).
Banyak
hal yang dapat diungkap melalui teks puisi dan teks sastra pada umumnya.
Pembaca dapat membedah sesuai dengan tujuannya. Pembukaan makna yang begitu
beragam hanya dapat diungkap melalui kegiatan membaca yang bersifat transaksi.
Pada bagian selanjutnya akan diurai pembacaan beberapa puisi yang dikaitkan
dengan kemanfaatannya dalam menjalankan kehidupan berkualitas.
C. MEMBACA KEHIDUPAN
Sebuah
teks tersaji, terbuka pada saat pengarang/penyair telah melepasnya,
mempublikasikannya (Mohamad, 2011:31). Puisi yang ada di tangan kita adalah
milik kita. Kita bebas menerjemahkan yang berada di dalamnya dengan tidak
mengabaikan media yang digunakan penyair. Penyair selalu mengandalkan bahasa
untuk mengungkap yang dianggapnya penting tentang dunia (Mohamad,
2011:13). Bahasa alat ampuh penyair.
Pembaca, dengan demikian harus menguasai bahasa penyair agar terhindar dari
kesalahan elementer.
Tafsiran
muncul setelah memahami makna denotatif yang digunakan para penyair. Tanpa
dasar itu akan sulit memahami makna dalamnya, sajak itu selalu berisyarat
(Mohamad, 2011:42). Menangkap isyarat
itu adalah kegiatan pembaca pada saat bertransaksi dengan teks puisi. Apa yang
terdapat pada deretan baris puisi menjadi bagian tidak terpisahkan dari segala
hal yang ingin diungkapkan penyair. Keinginan ini yang sebetulnya tidak harus
dalam kebersamaan. Puisi memberikan peluang kepada para pembacanya untuk
menemukan makna lain. Penyair tidak akan memantau bagaimana puisinya ditelaah
oleh para pembaca, para kritikus, atau para akademisi lainnya. Mereka, seperti
telah disebutkan di atas telah merelakan karyanya untuk diapresiasi.
Perjalanan
setiap saat yang kita laksanakan sebenarnya menjalankan perintah Allah selama
mendapat kesempatan hidup di dunia fana ini. waktu kata, Sapardi Djoko Damono
itu fana.
Yang
Fana adalah Waktu
Yang
fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?"
tanyamu.
Kita abadi.
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?"
tanyamu.
Kita abadi.
Kita
harus tetap berjalan setelah waktu demi waktu berlalu, tetapi kita selalu
ditemani waktu dalam menjalani kehidupan. Waktu berganti menamani kita dalam
merangkai peristiwa tilas kehidupan yang hendak kita jalankan. Kita berkehendak
menentukan sendiri, dengan segala ingin. Akan tetapi, tidak mungkin semua
terpenuhi. Hidup ini selalu membutuhkan bantuan pada saat diperlukan atau
tidak, karena kita akan selalu membutuhkan, senang atau tidak senang kita
berada di ruang hidup yang sama dengan banyak tindak. Oleh karena itu, mengapa
kita selalu banyak tanya, tidak diiringi tindak sebagi jawaban. Hidup harus
berimbang.
KALAU KAU SIBUK KAPAN KAU SEMPAT
Mustofa
Bisri
Kalau kau sibuk berteori saja
Kapan kau sempat menikmati
mempraktekkan teori?
Kalau kau sibuk menikmati praktek
teori saja
Kapan kau memanfaatkannya?
Kalau kau sibuk mencari penghidupan
saja
Kapan kau sempat menikmati hidup?
Kalau kau sibuk menikmati hidup saja
Kapan kau hidup?
Kalau kau sibuk dengan kursimu saja
Kapan kau sempat memikirkan pantatmu?
Kalau kau sibuk memikirkan pantatmu
saja
Kapan kau menyadari joroknya?
Kalau kau sibuk membodohi orang saja
Kapan kau sempat memanfaatkan
kepandaianmu?
Kalau kau sibuk memanfaatkan
kepandaianmu saja
Kapan orang lain memanfaatkannya?
Kalau kau sibuk pamer kepintaran
saja
Kapan kau sempat membuktikan
kepintaranmu?
Kalau kau sibuk membuktikan
kepintaranmu saja
Kapan kau pintar?
Kalau kau sibuk mencela orang lain
saja
Kapan kau sempat membuktikan
cela-celanya?
Kalau kau sibuk membuktikan cela orang
saja
Kapan kau menyadari celamu sendiri?
Kalau kau sibuk bertikai saja
Kapan kau sempat merenungi sebab
pertikaian?
Kalau kau sibuk merenungi sebab
pertikaian saja
Kapan kau akan menyadari sia-sianya?
Kalau kau sibuk bermain cinta saja
Kapan kau sempat merenungi arti
cinta?
Kalau kau sibuk merenungi arti cinta
saja
Kapan kau bercinta?
Kalau kau sibuk berkhutbah saja
Kapan kau sempat menyadari kebijakan
khutbah?
Kalau kau sibuk dengan kebijakan
khutbah saja
Kapan kau akan mengamalkannya?
Kalau kau sibuk berdzikir saja
Kapan kau sempat menyadari keagungan
yang kau dzikiri?
Kalau kau sibuk dengan keagungan
yang kau dzikiri saja
Kapan kau kan mengenalnya?
Kalau kau sibuk berbicara saja
Kapan kau sempat memikirkan
bicaramu?
Kalau kau sibuk memikirkan bicaramu
saja
Kapan kau mengerti arti bicara?
Kalau kau sibuk mendendangkan puisi
saja
Kapan kau sempat berpuisi?
Kalau kau sibuk berpuisi saja
Kapan kau memuisi?
(Kalau kau sibuk dengan kulit saja
Kapan kau sempat menyentuh isinya?
Kalau kau sibuk menyentuh isinya
saja
Kapan kau sampai intinya?
Kalau kau sibuk dengan intinya saja
Kapan kau memakrifati nya-nya?
Kalau kau sibuk memakrifati nya-nya
saja
Kapan kau bersatu denganNya?)
“Kalau kau sibuk bertanya saja
Kapan kau mendengar jawaban!”
1987
Kesibukan harus membawa arti pada kualitas
hidup kita. Keseimbangan memerlukan pemahaman yang sungguh tinggi. Segala
tindakan terpikirkan pada saat mencoba memahamkan diri sendiri dan lingkungan
yang akan dipengaruhinya. Hidup kita harus membawa manfaat bagi sekitar
lingkungan yang juga sebenarnya memberikan banyak bantuan bagi hidup kita.
Hidup, sekali lagi harus berpasangan. “Kalau
kau sibuk bertanya saja/Kapan kau mendengar jawaban!”.
Bertanya itu tanda keingintahuan akan sesuatu dan “ketahuannya” ada pada
jawaban. Apa yang terjadi dengan orang yang sibuk bertanya, tetapi tidak
mengabaikan jawaban? Ia tidak akan menemukan jalan yang benar. Dalam pikirannya
hanya ada satu keinginan lurus (tidak memedulikan apa kata orang).
Penyair
memberikan gambaran jelas bagaimana orang menderita jika dalam hidupnya hanya
terus bertanya. Hidupnya akan selalu menyibukkan orang lain, yang ditanya. Dia
hanya bertanya dan tidak memerlukan jawaban. Baris-baris yang dirangkai penyair
sederhana. Ia memberikan misal pada kehidupan kita. Kita renungkan beberapa
larik puisi tersebut.
Kalau kau sibuk dengan kursimu saja
Kapan kau sempat memikirkan
pantatmu?
Kalau kau sibuk memikirkan pantatmu
saja
Kapan kau menyadari joroknya?
Apa yang tegambar
dalam pikiran dan perasaan pembaca pada saat membaca larik ini. Larik ini
berbicara masalah kesatuan yang saling membutuhkan. Kata kursi, pantat, dan kotoran menyelaraskan hubungan yang biasa dalam
kehidupan kita. Orang yang sibuk memilih kedudukan, tidak akan sempat memeroleh
kedudukan itu. Ia tidak akan sempat duduk untuk berpikir, mengeluarkan
kebijakan. Dia tidak sempat menelaah baik dan buruknya kebijakan. Memang tugas
pantat itu mengeluarkan kotoran, tetapi perlu. Bagaimana nasib orang yang
pantatnya tertutup, ia akan sakit. Bagaimana nasib pemimpin yang tidak pernah
mengeluarkan pikirannya, padahal rakyat sedang menunggunya. Banyak yang akan
sakit dan dia akan dikecam karena tidak berbuat.
Hidup memang harus
menjalankan kesimbangan agar tidak ada yang merasa terganggu. Setiap hal
berpasangan dan jika tidak dilakukan salah satu, akan pincang, tidak
bermanfaat. Apa yang dipunyai seharusnya dijalankan agar menjadi manfaat bagi
sesama. Coba perhatikan larik di bawah ini.
Kalau kau sibuk membodohi orang saja
Kapan kau sempat memanfaatkan
kepandaianmu?
Kalau kau sibuk memanfaatkan
kepandaianmu saja
Kapan orang lain memanfaatkannya?
Kalau kau sibuk pamer kepintaran
saja
Kapan kau sempat membuktikan
kepintaranmu?
Kalau kau sibuk membuktikan
kepintaranmu saja
Kapan kau pintar?
Kepandaian itu untuk memandaikan orang lain
dan kepandaian hanya ada dalam pandangan orang lain yang dipandaikannya. Pamer
tidak sejalan dengan memberikan manfaat. Pamer hanya untuk diri sendiri yang
merasa hebat atas penilainya diri sendiri. Penyair mengingatkan kita, para
pembaca umumnya untuk mengaca pada diri selalu agar kehidupan menjadi baiknya
karena menyeimbangkan segala perilaku hidup. Pilahan kata kalau dan kapan merujuk pada niat penyair
mengingatkan bahwa kalau itu tidak pernah terjadi, hanya niat yang selalu tidak
tercapai karena tidak berniat menyatakannya atau kerena terlalu banyak
timbangan yang tidak perlu sehingga berlalu seiring dengan berjalannya waktu.
Pikiran seperti itu disejalankan dengan kata kapan yang merujuk pada peraguan akan terjadinya sesuatu. Jadi,
segalanya tidak akan terjadi karena sibuk bertanya dan bertanya,” “Kalau kau sibuk bertanya
saja/Kapan kau mendengar jawaban!”. Akhir larik ini menutup
maksud larik-larik sebelumnya yang menggambarkan segalanya menjadi sia-sia.
Bertanya perlu. Menemukan jawab harus. Akan tetapi, lebih penting
menyeimbangkan apa yang dicari dengan hasil cariannya.
Bertanya
dan mencari jawaban mesti diniatkan untuk menjalankan kehidupan yang lebih
baik. Kehidupan itu diatur meskipun kita dapat menyusunnya sejalan dengan
keinginan kita karena Allah Yang Mahaasih memberikan kesempatan kepada kita.
Komunikasi dengan Allah harus dijalankan setiap saat dan media itu telah
disediakan. Penyair mencurahkannya dalam bentuk dendang yang merdu. Ingat
menjadi penting karena dengan itu komunikasi terjaga.
Ajip Rosidi
Ingat aku dalam do'amu: di depan makam Ibrahim
akan dikabulkan Yang Maha Rahim
Hidupku di dunia ini, di alam akhir nanti
lindungi dengan rahmat, limpahi dengan kurnia Gusti
Ingat aku dalam do'amu: di depan makam Ibrahim
di dalam solatmu, dalam sadarmu, dalam mimpimu
Setiap tarikan nafasku, pun waktu menghembuskannya
jadilah berkah, semata limpahan rido Illahi
Ya Robbi!
Biarkan kasih-Mu mengalir abadi
Ingat aku dalam do'a-Mu
Ingat aku dalam firman-Mu
Ingat aku dalam diam-Mu
Ingat aku
Ingat
Amin
akan dikabulkan Yang Maha Rahim
Hidupku di dunia ini, di alam akhir nanti
lindungi dengan rahmat, limpahi dengan kurnia Gusti
Ingat aku dalam do'amu: di depan makam Ibrahim
di dalam solatmu, dalam sadarmu, dalam mimpimu
Setiap tarikan nafasku, pun waktu menghembuskannya
jadilah berkah, semata limpahan rido Illahi
Ya Robbi!
Biarkan kasih-Mu mengalir abadi
Ingat aku dalam do'a-Mu
Ingat aku dalam firman-Mu
Ingat aku dalam diam-Mu
Ingat aku
Ingat
Amin
Petunjuk hidup
diperlukan agar tidak tersesat di dunia belantara ini. Kita banyak tidak tahu
dan hanya tahu setelah diberi tahu. Apa yang dapat kita lakukan tanpa ingat.
Lupa tidak akan membantu apa pun. Ingat pada seseorang akan berpenagruh
terhadap perilaku. Kita tidak akan pernah bertindak korupsi jika ingat terhadap
Allah, terhadap penderitaan rakyat, kerugian teman, dan segala hal yang akan
dideritanya. Orang akan mempertimbangkan matang-matang jika ingat kerugian yang
akan dideritanya dengan mengisap ganja. Harga diri yang seharusnya dijaga
dengan kesungguhan sirna seketika karena nikmat sesaat. Orang yang ingat akan
segala hal yang diperjuangkannya dalam hidup, tidak akan menghilangkan seketika
dengan perbuatan yang kotor dan memalukan. Pemeliharaan hidup akan dilakukannya
sepanjang hayat dengan tidak mencederai perilakunya.
Salah satu
pemeliharaan hidup yang pokok adalah kontak dengan Allah Yang Maha Pengatur.
Keteringatan akan hidup yang harus dilakukan dengan kecerahan batin dan lahir
hanya dapat dilakukan dengan meminta petunjuk. Ajip Rosidi mengungkapkannya
dalam doa yang merepresentasikan keingatannya kepada Allah. Hidup mesti
dilingkungi dengan doa yang akan selalu mengingatkan perilaku yang harus
dijalankan. Hidup harus selalu berarti. Bahkan tarikan nafas yang dianggap
sepele, padahal pokok, Ingat aku dalam do'amu: di depan makam Ibrahim/di dalam solatmu,
dalam sadarmu, dalam mimpimu/ Setiap tarikan nafasku, pun waktu
menghembuskannya/ jadilah berkah, semata limpahan rido Illahi. Hidup tidak boleh sia-sia dan itu dilalukan dengan mengingat
kepada Yang tidak pernah tidur, Yang tidak pernah lupa. Doa seharusnya,
dipanjatkan setiap saat, Ingat aku dalam
do'amu: di depan makam Ibrahim/akan dikabulkan Yang Maha Rahim/Hidupku di dunia
ini, di alam akhir nanti lindungi dengan rahmat, limpahi dengan kurnia Gusti.
Kondisi ini menjadi penting sehingga apa pun yang dilakukannya sebagai ibadah
dan ibadah tidak akan pernah berhenti sepanjang hidup diberikan kepada kita,.
Ya Robbi!
Biarkan kasih-Mu mengalir abadi
Ingat aku dalam do'a-Mu
Ingat aku dalam firman-Mu
Ingat aku dalam diam-Mu
Ingat aku
Ingat
Amin
Biarkan kasih-Mu mengalir abadi
Ingat aku dalam do'a-Mu
Ingat aku dalam firman-Mu
Ingat aku dalam diam-Mu
Ingat aku
Ingat
Amin
Betapa pentingnya menjalankan kehidupan yang diseiringkan dengan
perilaku baik sesuai dengan aturan Allah. Kita akan mengingat hidup singkat ini
seperti panjangnya sajadah dalam pengertian kisah hidup. Sajadah itu tidak
panjang, sebatas sujud kita. Akan tetapi, apa yang tersaji dalam bentangkan
sajadah itu menjadi panjang di mata penyair, Taufik Ismail.
Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati
Kisah sejak lahir sampai dengan meninggal, sampai mati. Dari
tersembunyi kembali pada kesembunyian. Buain melambangkan kasih sayang ibu yang
tidak akan pernah putus. Ketulusan yang digambarkan tanpa keluhan; mendidik,
membimbing, mengarahkan ke jalan yang benar, siap sedia pada saat dibutuhkan.
Apa yang terlihat pada sajadah itu adalah perjalanan yang sangat panjang. Sejak
dibimbing jalan, berceloteh, berdiri hingga berdiri sendiri, salat dengan
keteguhan dan keyakinan. Sajadah mengingatkan kita keberawalan dan keberakhiran
hidup. Buaian adalah tempat pertama dengan kekasihsayangan, penuh kecintaan dan
akhir tempat tergandung pada perilaku hidup
selepas dari buaian. Di atas sajadah itulah setiap orang, setiap kita
dapat menelaah perjalan hidup kita selama ini. bagaimana cara kita akan
mengakhiri hidup akan jelas pada saat kita menghadap kepada Allah. Apa yang
kita minta, apa yang telah kita abdikan kepada-Nya akan menentukan akhir hidup
kita; Kuburan hamba bila mati.
Di
atas sajadah itu ternyata hanya sebentar, tidak berapa lama kita berada di tempat
lain.
Diselingi sekedar interupsi
Mencari
rezeki, mencari ilmu
Mengukur
jalanan seharian
Begitu
terdengar suara azan
Kembali
tersungkur hamba
Begini senyatanya menjalankan kehidupan. Sekedar interupsi keluar dari sajadah.
Ingatan kita selalu ada dalam wilayah sajadah,
Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur
jalanan seharian untuk
membekali kebutuhan tubuh dalam rangka meningkatkan ibadah kita kepada-Nya
karena yang sesungguhnya Begitu
terdengar suara azan/ Kembali tersungkur hamba. Apa yang dijalani dalam menata kehidupan
sekedar mendengat panggilan Allah
melalui azan yang dikumandangkan lima kali sehari. Tujuan hidup hanyalah
berada dalam lingkaran kesujudan terhadap Allah. Dalam hidup mencari rezeki
mengedapankan apa yang dicintai Allah. Dalam bermuamalat selalu mendahulukan
apa yang dicintai Allah. Makna salat yang sesungguhnya adalah berpasarah kepada
Allah dalam segala keseluruhan hidup.
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya
Keteringatan dalam keikhlasan adalah ujung hidup yang penuh
kenikmatan tiada tara. Apa yang dicari orang sibuk mencari rezeki setelah itu
tidak dapat menikmati karena kelelahan, sakit. Kenikmatan seharusnya
berlangsung dalam proses pencarian. Proses pecarian berjalan setiap saat dan
tidak akan pernah berhenti. Sampai tujuan adalah bagian dari proses untuk
melanjutkan hidup yang lebih baik. Usaha mengingat Allah adalah aktivitas yang
membutuhkan energi berlebihan, lebih dari mengingat apa pun. Ingat kepada-Nya
segalanya menjadi indah dan nikmat meski dalam keadaan sakit.
Pada akhirnya memang manusia akan kembali kepada-Nya biar
susah sungguh dan melalui proses yang berliku. Kita baca gambaran hidup Chairil
Anwar.
DOA
kepada pemeluk teguh
Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namam
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
13 November 1943
kepada pemeluk teguh
Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namam
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
13 November 1943
Kepasrahan pada
akhirnya harus diterima dengan segalanya. Kita tidak akan bisa berlari dan
berpaling dari kekuatan-Nya, dari kasih sayang-Nya. Kita kembali ke rumah-Nya, Tuhanku/di pintuMu aku mengetuk/aku tidak bisa berpaling. Siapa yang akan mampu berpaling dan pergi daripada-Nya.
Orang yang telah bepergian jauh ke mana pun akan kembali ke rumah, rumah itu,
tempatnya kerinduan, keriangan, kekangenan yang tidak akan mampu menjauhkan
kita. Di sana ada keluarga yang sama-sama merindu. Di sana ada kehangatan kasih
sayang. Siapa yang tidak mau kembali ke rumah. Di luar rumah adalah asing,
tidak dikenal dan tidak mengenal dirinya, seolah mengembara tetapi perlu
dilakukan karena harus mengisi kehidupan yang berbeda agar bergairah, Tuhanku/aku mengembara di negeri asing. kita
memamg selalu penasaran terhadap sesuatu. Sifat ini mengarah pada bagaimana
sebuah perjalanan dilakukan dengan segala keinginan dan kesungguhan.
Begitu banyak di antara kita mengembara, mencari melalui
jalan berliku yang tak henti. Setelah lelah kembali kepada Allah Yang Mahaasih,
Mahasayang. Di antara kita begitu banyak yang sejak awal selalu merasakan dan
memahami dekat dengan Allah menemukan kedamaian dan kebutuhan hidup yang
sesungguhnya.
Doa
Amir Hamzah
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita,
kekasihku?
Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama
meningkat naik, setelah
menghalaukan panas payah terik.
Angin malam mengembus lemah, menyejuk badan,
melambung rasa menayang
pikir, membawa angan ke bawah kursimu.
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang
memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap
malam menyiarkan kelopak.
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu,
penuhi dadaku dengan cahayamu,
biar bersinar mataku sendu, biar berbinar
gelakku rayu!
Pertemuan indah diulang dan diulang karena pada kondisi itu
menemukan keindahan dan kenikmatan tiada tara, sulit membandingkannya, Dengan
senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah menghalaukan panas
payah terik. Apa yang terasa dalam dada, dalam dekapan
nafas, dalam pikir membaca kondisi ini. apa yang kita rasakan saat senja
setelah panas perlahan menepi. Hanya angin perlahan menyapu tubuh. Indah dan
indah sekali pertemuan itu, pertemuan yang berulang, atau dibandingkan dengan, Angin malam mengembus lemah, menyejuk badan,
melambung rasa menayang pikir,
membawa angan ke bawah kursimu.
Keindahan yang
dirasa oleh orang yang begitu dekat dan selalu ingin mendekat pada Yang Mahasegala.
Pertemuan apalagi yang ingin dicari. Situasi bahagia apa lagi yang ingin
dicari?
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang
memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap
malam menyiarkan kelopak.
Hati kita selalu
berkeinginan seperti itu, meski dalam kondisi apa pun. Ikhlas, pasrah dan
bertenaga. apa pun kondisi badan kita, hati selalu berada dalam dekapan-Nya.
Kita berusaha mendekat dan mendekat. Bahkan dalam keadaan sakit, lemas. Cinta
Rendra terhadap Tuhan tidak pernah punah, tidak pernah berkurang. Bahkan
kecintaan itu bertambah melekat, bertambah mesra.
Tuhan,
aku cinta padamu
Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
atau gatal
Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar
Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi
Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah
Tuhan, aku cinta padamu
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
atau gatal
Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar
Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi
Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah
Tuhan, aku cinta padamu
Dalam ketidakberdayaan, orang yang
mengingat Allah akan selalu berada di lingkarannya, dia terus menyalakan
cintanya agar tidak menjauh dari dirinya. Kebersihan dirinya pada detik-detik
terakhir diharapkan agar menghadap Tuhan tidak ada lagi membawa kekotoran yang
akan menjadi rintangan kecintaannya kepada Allah, Aku pengin membersihkan tubuhku dari racun kimiawi. Apa yang telah dimasukkan ke dalam dirinya
sebagai obat dianggap racun. Dia ingin kembali dalam kebersihan diri secara
alami agar tidak ada beban bertemu dengan Allah dan sebagai wujud pengabdian
kepada-Nya, Aku ingin meningkatkan
pengabdian kepada Allah dan dia berbisik Tuhan, aku cinta padamu. Ungkapan ini tertinggi dan harus
dipelihara serta ditingkatkan setiap saat selama Allah memberikan kesempatan
hidup. Cinta selalu menjadi bagian sangat penting dalam kehidupan dan
menjalankan hidup dengan ikhlas dan baik. Tidak ada yang terkuat, kecuali
cinta.
Kita perhatikan bagaimana dialog
orang tua dan anak dalam puisi Khalil Gibran.
Tanya Sang Anak
Kahlil Gibran
Konon pada suatu desa terpencil
Terdapat sebuah keluarga
Terdiri dari sang ayah dan ibu
Serta seorang anak gadis muda dan naif!
Pada suatu hari sang anak bertanya pada sang ibu!
Ibu! Mengapa aku dilahirkan wanita?
Sang ibu menjawab,”Kerana ibu lebih kuat dari ayah!”
Sang anak terdiam dan berkata,”Kenapa jadi begitu?”
Sang anak pun bertanya kepada sang ayah!
Ayah! Kenapa ibu lebih kuat dari ayah?
Ayah pun menjawab,”Kerana ibumu seorang wanita!!!
Sang anak kembali terdiam.
Dan sang anak pun kembali bertanya!
Ayah! Apakah aku lebih kuat dari ayah?
Dan sang ayah pun kembali menjawab,” Iya, kau adalah yang terkuat!”
Sang anak kembali terdiam dan sesekali mengerut dahinya.
Dan dia pun kembali melontarkan pertanyaan yang lain.
Ayah! Apakah aku lebih kuat dari ibu?
Ayah kembali menjawab,”Iya kaulah yang terhebat dan terkuat!”
“Kenapa ayah, kenapa aku yang terkuat?” Sang anak pun kembali melontarkan pertanyaan.
Sang ayah pun menjawab dengan perlahan dan penuh kelembutan. “Kerana engkau adalah buah dari cintanya!
Cinta yang dapat membuat semua manusia tertunduk dan terdiam. Cinta yang dapat membuat semua manusia buta, tuli serta bisu!
Dan kau adalah segalanya buat kami.
Kebahagiaanmu adalah kebahagiaan kami.
Tawamu adalah tawa kami.
Tangismu adalah air mata kami.
Dan cintamu adalah cinta kami.
Dan sang anak pun kembali bertanya!
Apa itu Cinta, Ayah?
Apa itu cinta, Ibu?
Sang ayah dan ibu pun tersenyum!
Dan mereka pun menjawab,”Kau, kau adalah cinta kami sayang..”
Terdapat sebuah keluarga
Terdiri dari sang ayah dan ibu
Serta seorang anak gadis muda dan naif!
Pada suatu hari sang anak bertanya pada sang ibu!
Ibu! Mengapa aku dilahirkan wanita?
Sang ibu menjawab,”Kerana ibu lebih kuat dari ayah!”
Sang anak terdiam dan berkata,”Kenapa jadi begitu?”
Sang anak pun bertanya kepada sang ayah!
Ayah! Kenapa ibu lebih kuat dari ayah?
Ayah pun menjawab,”Kerana ibumu seorang wanita!!!
Sang anak kembali terdiam.
Dan sang anak pun kembali bertanya!
Ayah! Apakah aku lebih kuat dari ayah?
Dan sang ayah pun kembali menjawab,” Iya, kau adalah yang terkuat!”
Sang anak kembali terdiam dan sesekali mengerut dahinya.
Dan dia pun kembali melontarkan pertanyaan yang lain.
Ayah! Apakah aku lebih kuat dari ibu?
Ayah kembali menjawab,”Iya kaulah yang terhebat dan terkuat!”
“Kenapa ayah, kenapa aku yang terkuat?” Sang anak pun kembali melontarkan pertanyaan.
Sang ayah pun menjawab dengan perlahan dan penuh kelembutan. “Kerana engkau adalah buah dari cintanya!
Cinta yang dapat membuat semua manusia tertunduk dan terdiam. Cinta yang dapat membuat semua manusia buta, tuli serta bisu!
Dan kau adalah segalanya buat kami.
Kebahagiaanmu adalah kebahagiaan kami.
Tawamu adalah tawa kami.
Tangismu adalah air mata kami.
Dan cintamu adalah cinta kami.
Dan sang anak pun kembali bertanya!
Apa itu Cinta, Ayah?
Apa itu cinta, Ibu?
Sang ayah dan ibu pun tersenyum!
Dan mereka pun menjawab,”Kau, kau adalah cinta kami sayang..”
Cinta adalah cinta
yang selalu membawa kekuatan semua insan dalam menjalankan hidup ini“Kenapa ayah,
kenapa aku yang terkuat?” Sang anak pun kembali melontarkan pertanyaan. Apa yang harus
dijawab ayah. Tidak ada jawaban yang memuaskan bagi anak. Anak dalam masa
penasaran, tidak takut bersalah, tidak merasa berdosa karena dia belum
berkenalan dengan dosa. Jawaban apa pun akan dikejar dan ayah menjawab, “Kerana engkau adalah buah dari cintanya!.
Cinta terkadang tidak perlu alasan yang panjang lebar, logik, rasional, tetapi
cinta bisa menudukkan segalanya, Cinta
yang dapat membuat semua manusia tertunduk dan terdiam. /Cinta yang dapat
membuat semua manusia buta, tuli serta bisu!. Apakah sang sanak berhenti
bertanya. Selama menurutnya harus ditanyakan, dia tidak akan berhenti, akan
terus dan terus, Dan sang anak pun
kembali bertanya!/Apa itu Cinta, Ayah?/
Apa itu cinta, Ibu? Apa yang harus dijawab agar anak berhenti bertanya. Orang tua sangat mungkin dapat menjawabnya dengan sejumlah alasan, tetapi dia takut anak bertanya dan bertanya. Inilah jawaban yang tepat, penuh kasih sayang dan inspiratif. Sangat mungkin pada suatu saat anak akan ingat jawaban orang tuanya dan itu yang akan membawa kebahagian menjalani hidupnya, Dan mereka pun menjawab,”Kau, kau adalah cinta kami sayang..”. Apalagi yang lebih indah dari jawaban itu. Inilah jawaban yang tepat dalam segala hal, dalam segala cuaca karena cinta selalu dibutuhkan dalam segala cuaca dan menenangkan yang berkecamuk dalam hidup.
Apa itu cinta, Ibu? Apa yang harus dijawab agar anak berhenti bertanya. Orang tua sangat mungkin dapat menjawabnya dengan sejumlah alasan, tetapi dia takut anak bertanya dan bertanya. Inilah jawaban yang tepat, penuh kasih sayang dan inspiratif. Sangat mungkin pada suatu saat anak akan ingat jawaban orang tuanya dan itu yang akan membawa kebahagian menjalani hidupnya, Dan mereka pun menjawab,”Kau, kau adalah cinta kami sayang..”. Apalagi yang lebih indah dari jawaban itu. Inilah jawaban yang tepat dalam segala hal, dalam segala cuaca karena cinta selalu dibutuhkan dalam segala cuaca dan menenangkan yang berkecamuk dalam hidup.
D. PADA AKHIRNYA
Pada akhirnya saya
harus menutup penelusuran teks puisi. Jika diteruskan tidak akan pernah
selesai. Sepanjang mata tidak lelah akan banyak gambaran hidup yang ditemkan
dalam teks puisi. Teks puisi akan memberikan banyak ajaran hidup.
Suluk
Karya Matori A. Elwa
memetik pelajaran dari daun-daun
hidup tumbuh berguguran
bersama waktu, matahari dan rindu
dari lautan tinta
aku menulis berkah
manfaat dan madarat
saling bercumbu
menempa parang cinta
menggosok batu permata
jika bencana telah usai
pertempuran sebenarnya baru mulai
agar tetap tegar dan waspada
bersama pertapa
aku memilih fajar
1990
Hidup memang tidak akan pernah selesai,
selalu koma. Kita terus mengarah pada titik nol, titik temu dengan Allah Yang
Maha Segala dan pada saat itulah kehidupan menjadi abadi.
Cirebon, 3 Desember
2014
Miller,
J. (2002). On Literature, Aspek Kajian Sastra. Yogyakarta: Jalasutra.
Mohamad,
G. (2011). Di Sekitar Sajak. Jakarta: Tempo PT. Grafiti Pers.
Mohamad,
G. (2011). Puisi dan Antipuisi. Jakarta: Tempo PT. Grafiti Pers.
Purves,
A. (1990). Testing Literature; The Current State of Affairs.
http:/ed.gov/database/ERIC_Digest/ed321261.html 23 April 200013.
Rosenblat,
L. (1978). The Reader, The Text, The Poem. Carbordare: SIUP.
Rosenblatt,
L. (1976). Literature as Exploration. New York: The Modern Language
Assocition America.
Rozak,
A. (2011). Konstruksi Respons Pembaca terhadap Teks Naratif. Cirebon:
Unswagati Press.
Selden,
R. (1991). Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Smith,
P. (2001). Collaborative Teaching.
http://www.ade.org/ade/bulletin/n128/128060.htm 4/4/2005.
Teeuw,
A. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta:
Pustaka Jaya.
0 Response to "Membaca Kehidupan Melalui Teks Puisi"
Posting Komentar