Kisah Perjalanan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW - Assalamu’alaikum…. Selamat berjumpa lagi dengan semua
teman-teman dunia maya. Sebelumnya terima kasih buat teman-teman yang sudah
berkunjung ke blog aku.
Pada postingan kali ini, aku ingin
sedikit berbagi dengan teman-teman semua tentang kisah perjalanan Isra’ Mi’raj
Nabi Muhammad SAW. Setelah mencari
referensi tentang isra’ mi’raj dari berbagai sumber, Alhamdulillah akhirnya aku
bisa berbagi lagi dengan teman-teman semua. Langsung saja ya dibaca tulisannya.
Pada kenyataan yang berkembang di
masyarakat, tentunya kita mengetahui bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj dalam
pandangan mereka adalah merupakan satu peristiwa. Mereka mengartikan dan
menggabungkan Isra’ Mi’raj menjadi satu peristiwa yang sama. Padahal sebenarnya
Isra’ dan Mi’raj merupakan dua peristiwa yang berbeda.
Pengertian
Isra dan Mi’raj
Isra’ Mi’raj adalah dua bagian dari
perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam waktu satu malam saja.
Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena
pada peristiwa ini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah dari Allah SWT untuk
menunaikan shalat lima waktu dalam sehari semalam.
Isra’ merupakan kisah perjalanan
Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerussalem.
Sedangkan Mi’raj merupakan kisah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari bumi naik ke
langit ketujuh dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha (akhir penggapaian) untuk
menerima perintah di hadirat Allah SWT.
Namun karena dua peristiwa ini
terjadi pada waktu yang bersamaan maka disebutlah peristiwa Isra’ Mi’raj.
Selama perjalanan, Nabi Muhammad SAW ditemani Malaikat Jibril dengan
menunggangi Buraq. Peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi dalam waktu singkat, yaitu
hanya dalam satu malam.
Isra Mi’raj terjadi pada periode
akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah
ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi’raj terjadi pada
tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah
al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian,
dan inilah yang popular hingga saat ini.
Bagi
umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika
itulah shalat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat
perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti itu. Walaupun begitu, peristiwa
itu juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW
sedih.
Sejarah/Kisah Perjalanan Isra’
Mi’raj Nabi Muhammad SAW
Perjalanan
dimulai Rasulullah mengendarai Buraq bersama Jibril.
Jibril
berkata, “turunlah dan kerjakan shalat”.
Rasulullah
pun turun. Jibril berkata, “dimanakah engkau sekarang?”
“Tidak
tahu”, kata Rasululullah.
“Engkau
berada di Madinah, di sanalah engkau akan berhijrah“, kata Jibril.
Perjalanan
dilanjutkan ke Syajar Musa (Masyan) tempat penghentian Nabi Musa AS ketika lari
dari Mesir, kemudian kembali ke Tunisia tempat Nabi Musa AS menerima wahyu,
lalu ke Baitullahmi (Betlehem) tempat kelahiran Nabi Isa AS. Kemudian
terjadilah peristiwa pembelahan dada Nabi Muhammad SAW untuk disucikan dengan
air zamzam oleh Malaikat Jibril di samping Ka’bah sebelum berangkat ke Masjidil
Aqsha di Yerussalem sebagai kiblat nabi-nabi terdahulu.
Sesampainya
di Yerussalem, Jibril menurunkan Rasulullah dan menambatkan kendaraannya.
Setelah Rasulullah memasuki masjid ternyata telah menunggu Para nabi dan rasul.
Rasulullah bertanya : “Siapakah mereka ?”
“Saudaramu
para Nabi dan Rasul”.
Nabi
Muhammad SAW kemudian menjadi imam bagi nabi-nabi terdahulu ketika melaksanakan
shalat sunnah dua rakaat di Masjidil Aqsa. Jibril membawa dua gelas minumam
berisi susu dan arak, Nabi Muhammad SAW memilih susu sebagai isyarat bahwa umat
Islam tidak akan tersesat.
Kemudian
Jibril membimbing Rasulullah ke sebuah batu besar, tiba-tiba Rasulullah melihat
tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit.
Kemudian Rasulullah bersama Jibril naik tangga itu menuju ke langit tujuh dan
ke Sidratul Muntaha.
“Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihat
Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul
Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika
Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya
(Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak pula
melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan)
Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm : 13-18).
Di
langit pertama, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Adam AS, di langit kedua
bertemu dengan Nabi Isa AS dan Yahya A.S, di langit ketiga bertemu dengan Nabi
Yusuf AS, di langit keempat bertemu dengan Nabi Idris AS, di langit keenam
bertemu dengan Nabi Musa A.S dan di langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim
A.S.
Dari
Sa’id bin Al Musayyib, dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
« حِينَ أُسْرِىَ بِى لَقِيتُ مُوسَى – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – ».
فَنَعَتَهُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « فَإِذَا رَجُلٌ – حَسِبْتُهُ قَالَ
– مُضْطَرِبٌ رَجِلُ الرَّأْسِ كَأَنَّهُ مِنْ رِجَالِ شَنُوءَةَ – قَالَ –
وَلَقِيتُ عِيسَى ». فَنَعَتَهُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « فَإِذَا
رَبْعَةٌ أَحْمَرُ كَأَنَّمَا خَرَجَ مِنْ دِيمَاسٍ ».
- يَعْنِى حَمَّامًا – قَالَ « وَرَأَيْتُ إِبْرَاهِيمَ –
صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِ – وَأَنَا أَشْبَهُ وَلَدِهِ بِهِ – قَالَ – فَأُتِيتُ
بِإِنَاءَيْنِ فِى أَحَدِهِمَا لَبَنٌ وَفِى الآخَرِ خَمْرٌ فَقِيلَ لِى خُذْ
أَيَّهُمَا شِئْتَ. فَأَخَذْتُ اللَّبَنَ فَشَرِبْتُهُ . فَقَالَ هُدِيتَ
الْفِطْرَةَ أَوْ أَصَبْتَ الْفِطْرَةَ أَمَا إِنَّكَ لَوْ أَخَذْتَ الْخَمْرَ
غَوَتْ أُمَّتُكَ ».
“Ketika aku
diisra’kan (diperjalankan), aku bertemu Musa ‘alaihis salam.” Lalu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mensifatinya dengan mengatakan bahwa ia adalah pria yang
tidak gemuk yang berambut antara lurus dan keriting serta terlihat begitu
gagah.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku pun bertemu ‘Isa.” Lalu
beliau mensifati ‘Isa bahwa ia adalah pria yang tidak terlalu tinggi, tidak
terlalu pendek, dan kulitnya kemerahan seakan baru keluar dari kamar mandi.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku pun bertemu Ibrahim -shalawatullah
‘alaih- dan aku adalah keturunan Ibrahim yang paling mirip dengannya. Aku
pun datang dengan membawa dua wadah. Salah satunya berisi susu dan yang lainnya
khomr (arak). Lantas ada yang mengatakan padaku, “Ambillah mana yang engkau
suka.” Aku pun memilih susu, lalu aku meminumnya.” Ia pun berkata, “Engkau
benar-benar berada dalam fithrah. Seandainya yang kau ambil adalah khomr, tentu
umatmu pun akan ikut sesat.” (HR. Muslim no. 168).
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan
hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang
telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui." (Q.S Al Isra (17):1)
Selanjutnya
Rasulullah melanjutkan perjalanan menghadap Allah tanpa ditemani Jibril.
Rasulullah membaca yang artinya : “Segala penghormatan adalah milik Allah,
segala Rahmat dan kebaikan“.
Allah
berfirman yang artinya: “Keselamatan bagimu wahai seorang nabi, Rahmat dan
berkahnya“.
Rasul
membaca lagi yang artinya: “Keselamatan semoga bagi kami dan hamba-hamba Allah
yang sholeh.”
Berfirman
Allah SWT : “Hai Muhammad Aku mengambilmu sebagai kekasih sebagaimana Aku telah
mengambil Ibrahim sebagai kesayangan dan Akupun memberi firman kepadamu seperti
firman kepada Musa Akupun menjadikan umatmu sebagai umat yang terbaik yang
pernah dikeluarkan pada manusia, dan Akupun menjadikan mereka sebagai umat
wasath (adil dan pilihan), Maka ambillah apa yang aku berikan kepadamu dan
jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur“.
“Kembalilah
kepada umatmu dan sampaikanlah kepada mereka dari-Ku”. Nabi kemudian menerima
perintah untuk membawa amanah Allah berupa shalat 50 waktu dalam sehari semalam
untuk Nabi Muhammad SAW dan umatnya.
Kemudian
Rasulullah turun ke Sidratul Muntaha. Dalam perjalanan pulang di langit keenam,
beliau bertemu Musa A.S. Terjadilah percakapan di antara keduanya, Musa
menanyakan apa yang dibawa Muhammad setelah menghadap Allah. Muhammad kemudian
menjelaskan mengenai perintah untuk melakukan shalat 50 waktu dalam sehari
semalam. Musa lantas menyuruh Muhammad untuk kembali menghadap Allah dan
meminta keringanan.
Muhammad
lantas kembali kehadirat Allah untuk meminta keringanan. Permintaan tersebut
dikabulkan, perintah salat diturunkan menjadi 45 kali. Setelah itu Muhammad
kembali dan bertemu lagi dengan Musa. Dikisahkan Nabi Muhammad SAW sempat
beberapa kali pulang pergi untuk meminta keringanan shalat, hingga akhirnya
turun menjadi lima kali dalam waktu sehari semalam.
Setelah
perintah shalat diturunkan menjadi lima waktu dalam sehari semalam, dikisahkan
bahwa Nabi Musa masih menyuruh Muhammad untuk meminta keringanan. Tapi Nabi
Muhammad tidak berani lagi melakukannya karena malu pada Allah, ia pun rela dan
ikhlas dengan ketentuan tersebut. Nabi akhirnya kembali dengan membawa perintah
shalat selama lima waktu yang kita kenal sebagai salat Subuh, Zuhur, Asar, Maghrib
dan Isya.
Kemudian
Jibril berkata: “Allah telah memberikan kehormatan kepadamu dengan penghormatan
yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun dari makhluk-Nya baik malaikat
yang terdekat maupun nabi yang diutus. Dan Dia telah membuatmu sampai suatu
kedudukan yang tak seorangpun dari penghuni langit maupun penghuni bumi dapat
mencapainya. Berbahagialah engkau dengan penghormatan yang diberikan Allah kepadamu
berupa kedudukan tinggi dan kemuliaan yang tiada bandingnya. Ambillah kedudukan
tersebut dengan bersyukur kepadanya karena Allah Tuhan pemberi nikmat yang
menyukai orang-orang yang bersyukur”.
Lalu
Rasulullah memuji Allah atas semua itu.
Kemudian
Jibril berkata : “Berangkatlah ke surga agar aku perlihatkan kepadamu apa yang
menjadi milikmu di sana sehingga engkau lebih zuhud disamping zuhudmu yang
telah ada, dan sampailah di surga dengan izin Allah SWT. Tidak ada sebuah
tempat pun aku biarkan terlewatkan”. Rasul melihat gedung-gedung dari intan
mutiara dan sejenisnya, Rasul juga melihat pohon-pohon dari emas. Rasul melihat
di surga apa yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga dan
tidak terlintas di hati manusia. Semua itu membuat Rasul kagum dan untuk
mengejar surgalah mestinya manusia beramal. Kemudian Rasululullah diperlihatkan
neraka sehingga rasul dapat melihat belenggu-belenggu dan rantai-rantainya
selanjutnya Rasulullah turun ke bumi dan kembali ke Masjidil Haram menjelang
subuh.
Itulah kisah perjalanan Isra’ Mi’raj
Nabi Muhammad SAW yang membawa perintah shalat 5 waktu dari Allah SWT. Semoga membawa
pemahaman baru untuk kita dan menjadi pedoman kita untuk menjalankan shalat 5
waktu.
Sekian dulu postingan kali ini,
semoga bermanfaat. Wassalamu’alaikum….
Dari berbagai sumber.
0 Response to "Kisah Perjalanan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW"
Posting Komentar