Sejarah Desa Haurgeulis - Pada zaman dahulu Desa Sejahtera berupa hutan. Suatu ketika
datang seorang yang sakti dan bijaksana yang bernama Aki Midun yang berasal
dari gunung Kanci. Beliau adalah salah
seorang cucu dari Aki Winarita. Aki Midun datang ke Lebak Tanjung karena adanya
suatu peristiwa yaitu pada waktu mudanya beliau suka merantau dan mengembara
maupun bertapa serta berguru untuk mendapatkan ilmu dan kesaktian bahkan
setelah menikahpun beliau masih suka melakukan kesenangan merantau meninggalkan
seorang istri. Suatu ketika Aki Midun pulang dari merantau mendapatkan istrinya
sudah menikah lagi, karena kecewa beliau meninggalkan kampungnya menuju ke arah
timur menyebrangi sungai Cisaca sampai ke Kebon Waru, di kampung tersebut
beliau bertemu seorang tokoh yang masih saudara yang kemudian memberi petunjuk
agar menetap di sebelah selatan Kebon Waru di sebuah bukit berbatu padas putih.
Suatu hari datang seorang tamu bernama Kartanagara meminta
perlindungan kepada Aki Midun dan diperbolehkan menetap di wilayah Kebon Waru.
Kartanagara adalah seorang pelarian yang dicari oleh Belanda. Karena kesaktian
Aki Midun, wajah Kartanagara diusap langsung berubah wajahnya, kemudian diganti
namanya menjadi Panji Sakti dan menetap di Kebon Waru. Suatu ketika datang tentara
Belanda ke Aki Midun mencari pelarian yang bernama Kartanagara. Kemudian
komandan tentara Belanda dipertemukan dengan kartanagara, “Apakah orang ini
yang dicari oleh Belanda?” karena wajahnya sudah berubah, komandan tentara
Belanda tidak mengenal lagi wajah Kartanegara, kemudian menjawab “Bukan orang
ini yang dicari”.
Sepeninggal tentara Belanda, Panji Sakti (Kartanagara)
mengucapkan terima kasih kepada Aki Midun dengan memberi ayam jago bernama si
Jagur, ayam tersebut setiap diadu pasti menang sehingga sangat terkenal,
dikemudian hari kampung kebon Waru berubah menjadi Desa dengan nama Desa Jagur.
Setelah orde Baru kemudian diganti menjadi Desa Sejahtera.
Pada waktu penjajahan, Desa Haurgeulis termasuk daerah
distrik Talaga yang diperintah oleh seorang Tumenggung. Dan Desa Haurgeulis
masih meliputi Desa Cikidang, Gunung Larang, Sukamenak, yang kemudian tahun
1842 berdiri menjadi empat Desa. Semenjak itu Desa Haurgeulis termasuk wilayah
Kecamatan Bantarujeg, Kawedanan Talaga. Dari berdirinya Desa Haurgeulis tidak
mengalami perubahan apa-apa, keadaan aman tenteram berkat keaktifan para
pemimpin dan tokoh masyarakatnya.
Peristiwa yang menyedihkan terjadi sejak penjajahan Jepang
di negara kita. Keadaan masyarakat pada waktu itu sangat menderita kekurangan
sandang dan pangan. Pada tahun 1947 – 1960 Desa Haurgeulis mengalami kehancuran
atas tindakan gerombolan DI/TII, banyak sekali yang rumah dibakar habis dan
kekayaan desa di garong. Bahkan terjadi empat orang di bunuh diantaranya
seorang kepala desa yang bernama Juhri.
Setelah aman dari gangguan DI/TII dengan kesadaran dan keinsyafan
diri telah membangun kembali desanya, bahu membahu antara rakyat dan
pemimpinnya melaksanakan pembangunan tahap demi tahap
Asal mula berdirinya Desa Haurgeulis, pada awalnya terdiri
dari Tiga daerah yaitu Bunigeulis, Gunung Larang, dan Cikidang. Asal mula nama
Desa Haurgeulis pada jaman Kerajaan Talaga manggung diambil dari kata Buni dan Geulis,
artinya daerah yang terpencil tetapi sangat disukai oleh penduduk karena
iklim dan panorama alam yang indah, dan pada jaman itu ada suatu lokasi/tempat
yang dinamakan Bunigeulis
dan dikaitkan dengan salah satu lokasi yang banyak rumpun bambu yang
sangat aneh, karena tidak memiliki pelepah bambu (Solokop). Akhirnya sesepuh
pada zaman itu mempunyai rempugan kata Bunigeulis dikaitkan dengan
keanehan bambu tersebut.
Nama Bunigeulis diubah menjadi Haurgeulis. Haur berarti bambu, sedangkan geulis
berarti cantik. Jadi, nama
Haurgeulis mempunyai arti Bambu Cantik
atau Pring Ayu dalam bahasa Jawa. Hali ini konon dikarenakan wilayah kecamatan ini
pada masa lampau banyak ditumbuhi oleh tumbuhan-tumbuhan bambu yang mempunyai
bentuk unik dan mempunyai manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar.
Dari berbagai sumber.
0 Response to "Sejarah Desa Haurgeulis"
Posting Komentar